14•| OTW Halal

3.2K 296 3
                                    

"Jika bukan diriku yang kau harapkan, aku merelakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika bukan diriku yang kau harapkan, aku merelakannya. Sebab, Jodoh takkan mungkin salah hinggap di hati para hamba-hambanya."
~ Ustadz Hanan Attak
***

Almira tersenyum saat melihat isi totebag dari Azwar. Tiba-tiba gawainya berdering tanda sebuah pesan masuk.

+62***********
Semoga suka.

Almira pun mengerutkan keningnya melihat nomor yang tak dikenal. Lalu ia melihat profilnya.

"Oh, calon imam," ucapnya yang tidak sadar.

"Siapa dek?" tanya Faisal yang baru saja masuk.

Almira yang mendengar suara Faisal langsung mengumpatkan totobagnya. "Ish, main masuk aja!"

"Kayaknya tadi Abang dengar ada yang nyebut calon imam, nih," celtuk Faisal sambil terkekeh. "Pasti dari Azwar. Kan yang ngasih nomor kamu ke dia , Abang."

"Abang apaan, sih." Almira pun melempar guling ke arah Faisal.

"Anyway, itu kayak totebag dari Azwar?" tanya Faisal lalu mengambil dari bawah selimut Almira. "Iya kan. Orang ini belinya bareng aku."

"Ternyata dikasih calon imamnya" celtuk Faisal dengan menggoda adiknya.

Muka Almira kini merah seperti kepiting rebus. Sebenarnya, dia senang Azwar memberi coklat kesukaan, tetapi ia kesal abangnya mengetahuinya.

"Keluar deh, bang. Almira mau tidur," ucap Almira sambil menguap.

Almira pun pura-pura tertidur agar Abangnya segera keluar dan benar Faisal keluar dari kamarnya. Kini ia kembali bangun, bahkan mengambil totebag tadi. Ia membukanya hingga matanya berbinar melihat berbagai banyak coklat.

Mulutnya pun tersenyum seperti bulan sabit. Almira merasakan ada getaran di dadanya. Ia berharap bahwa rasa ini membawanya ke cinta yang suci karena ia takut hanya berharap dan terluka untuk kedua kalinya.

Pikirannya pun mundur mengingat kejadian saat di Butik. Entah, mengapa ia belum siap untuk bertemunya kembali. Bukan karena luka yang lama belum sembuh, tetapi hanya rasa kecewa yang ada. Bukan karena cinta yang masih tertinggal, tetapi rasanya tidak mau bertemu kembali setelah menghilang dari bumi.

"Astaghfirullahalazim, jangan mengingat masa lalu. Ingat udah otw halal," lirihnya.

Senyumannya mengembangkan kembali saat memakan coklat dari Azwar. Entah mengapa pemberian pertamanya membuat ia bahagia.

Lalu Almira pun mengambil gawainya dan mengesave nomor milik Azwar dengan nama Calon Imam Es Batu bermuka tembok.

***

Pagi telah menyambut insan dunia. Kini Almira sedang tersenyum di balik kaca. Ia melihat bahwa hari ini adalah hari yang bahagia buatnya. Dengan memakai brokat berwarna navy dan riasan natural. Ia jadi mengingat waktu membeli brokat kebaya bersama Zidan. Ia rindu dengan sahabatnya. Ia pun memutuskan untuk video call kepada Zidan.

Ternyata tidak ada jawaban dari sebrang sana padahal pemilik nomornya sedang online. Almira pun memutuskan untuk memberi pesan saja.

To Zidan
Assalamualaikum, Zi. Kok Vide coll aku gak pernah di angkat? Zidan marah? Emang Almira punya salah apa? Atau Zidan sibuk? Tolong lah beri kabar ! Masa tega sama sahabat sendiri. Btw, congrats on your graduation Zidan.

Setelah itu, Almira mematikan gawainya karena tidak dapat balasan dari Zidan dan segera untuk berangkat ke kampus untuk acara wisudanya.

Kini Almira dan ketiga temannya telah selesai melaksanakan acara wisudanya. Dengan senyuman bahagia mereka berfoto ria. Almira mendapatkan banyak kado dan buket dari teman-temannya untuk ucapan selamat kepadanya karena telah mendapatkan gelar Cumlaude, yaitu lulusan dengan predikat tertinggi.

Mamanya pun bangga dengan prestasinya Almira, bahkan Faisal tidak percaya bahwa adiknya bisa sepintar ini karena setiap di rumah Almira tidak pernah belajar. Akan tetapi, Almira memiliki sistem belajar sendiri, yaitu hanya satu jam setiap harinya setelah subuh. Jadi, tidak ada yang mengetahuinya saat ia belajar.

"Enggak ada Zidan rasanya kurang lengkap ya," kata Sila.

"Iya. Bakan Zidan gak balsa chatku," keluh Almira.

"Ini semua gara-gara kamu!" tuduh Rama.

Sisil dan Rara mengkode agar Rama tidak memberi tahu Almira.

"Maksudnya?" tanya Almira.

Rama pun langsung pergi begitu saja hingga membuat Almira binggung atas ucapannya. "Maksudnya apa Ra-Sil?"

"Em ...anu, Al," ucap Rara.

"Biar aku aja yang ngomong," sahut Sisil

"Sebenarnya Zidan suka sama kamu," ucap Sisil.

"Ja–jadi, waktu itu dia bilang sayang sama aku. Sayang sebagai rasa cinta bukan karena sahabat?" Wajah Almira begitu kaget saat mengetahui sebenarnya.

Almira pun menangis karena telah menyakiti hati sahabatnya. "Dia ke Yamma karena aku mau nikah sama abangnya?"

"APA?!" teriK Sisil dan Rara.

"Iya waktu itu aku di lamar sama abangnya," ucap Almira.

"Jahat banget kamu gak jujur, Al," ujar Sisil. "Kamu anggap kita apa?"

"Maaf  ...Sil. Aku mau ngabarin kalian tapi aku selalu menangani operasi pasien dadakan," kata Almira. "Maaf ...aku mohon jangan marah."

"Siapa yang marah? Kita senang. Iya gak Ra?" ucap Sisil dengan tersenyum.

"Iya Ra. Btw selamat udah mau jadi istri orang," ucap Rara dengan memeluk Almira disusul oleh Sisil.

"Tapi aku merasa bersalah sama Zidan," ujar Almira.

Rara pun tersenyum untuk menenangkan hati sahabatnya. "Tenang Al. Zidan udah ikhlas kok makanya dia ke Yamma untuk bisa muveon."

"Iya, Al. Jangan khawatir soal Zidan. Sekarang fokus untuk masa depan,"ucap Sisil.

Dan Almira pun tersenyum lega karena ucapan kedua sahabatnya.

***

Yogyakarta, 14 September 2021

Yogyakarta, 14 September 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kisah Cinta Almira (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang