30•| Akhir yang Bahagia

8.7K 364 4
                                    

Pukul 02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 02.00 WIB dini, perut Almira tiba-tiba sakit. Ia merintih hingga membuat sang suami khawatir. Azwar sudah siaga sejak semalam yang telah mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah sakit. Ia segera menyiapkan mobilnya keluar dari garasi rumahnya.

Almira berusaha untuk tenang dan terus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Azwar segera mengangkat tubuh Almira untuk masuk ke mobil. Ibrahim yang melihat bundanya memegangi perutnya sedikit kesakitan, ia menangis. "Bunda harus kuat. Iblahim gak mau lihat bunda sakit."

"Iya, nak. Bunda gak papa kok," ucapnya. "Ibrahim janji ya? Bila nanti bunda gak bisa jagain adek, Ibrahim harus selalu jagain adek dan papa. Janji?"

"Bundaaa ...ndak boleh gitu. Iblahim gak mau kehilangan bunda kedua kalinya. Bunda janji harus kuat?!"

Almira tersenyum kepada putranya. "Bunda janji, nak."

Sesampai di rumah sakit, para suster segera mengambil bankar untuk Almira. Azwar begitu setia menemani sang istri di sampingnya, sedangkan Ibrahim telah di bawa oleh Faisal karena menangis terus. Kedua keluarga mereka memang segera datang saat tahu Almira sampai di rumah sakit.

Almira masih menunggu sekitar dua jam karena masih pembukaan lima. Ia tak henti-hentinya melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

"Kuat ya, sayang," kata Azwar.

"Insyaallah, mas."

"Mas akan selalu di sampingmu." Azwar memegang tangan istrinya lalu tidak henti-hentinya mencium keningnya.

"Jaga Ibrahim dan anak kita ya, mas!"

"Kita jaga berdua sayang. Kamu pasti bisa, kuat sayang," ucap Azwar. "Kita harus rawat sama-sama, sayang."


Pukul setengah empat Almira pembukaan sepuluh. Ia pun seharusnya di larikan ruang operasi, tetapi ia tidak mau karena ingin melahirkan dengan normal. Walaupun, resiko yang sangat berbahaya ia tetap berisi keras melahirkan dengan normal. Azwar yang melihat sifat kekehnya istrinya ia pun mengalah.

Azwar tak henti-hentinya berdoa kepada Allah agar istri dan anaknya selamat. Ia yang di sampingnya memberi semangat untuk istrinya.

Suara bayi telah terdengar, Azwar menangis terharu karena ia telah menjadi seorang ayah. Suster membawanya untuk membersihkan bayinya, tetapi ia heran dokter menangani istrinya seperti tadi. Ternyata istrinya melahirkan dua anak sekaligus. Ia sangat bahagia karena telah diberikan dua anak sekaligus.

Suara tangisan telah berbunyi kembali. Bayi laki-laki diambil ahli oleh suster untuk dibersihkan badannya. Azwar telah menjadi seorang ayah dari anak perempuan dan laki-laki.

Azwar melihat istrinya tersenyum dan mengucapkan syukur, tetapi tiba-tiba matanya tertutup. Ia melihat layar monitor yang tadinya garis gelombang kini menjadi garis lurus. Dokter pun menyuruh ia untuk keluar karena ingin menanganinya.

Azwar benar-benar takut untuk kehilangan istrinya. Ia menangis, tetapi uminya menyuruh untuk kuat dan berdoa. Suster memanggilnya untuk menyuruh mengazani kedua anaknya.

Ia mengendong anaknya yang memakai selimut biru. Bayi laki-laki lahir kedua yang akhirnya anak pertama. Ia pun mengazaninya. Setelah itu, ia meletakkannya lalu menggendong bayi perempuan yang memakai selimut merah muda. Ia tersenyum melihat bayi perempuannya karena wajahnya mirip dengan istrinya.

"Kamu beri nama siapa Nak?" tanya uminya yang baru saja datang.

" Nadifa latifa Nissa dan Nadif Latif Haidar," ucap Azwar sambil menggendong kedua bayinya. "Nadifa dan Nadif."

"Masya Allah."

"Umi keadaan Almira bagaimana?" tanya Azwar.

"Dokter sudah  berusaha menanganinya, nak," jawabnya. "Alm–"

"Maksud umi apa? Almira baik-baik saja kan?!"

Azwar segera meletakkan kedua anaknya. Ia segera menuju ruang ICU. Saat ia membuka pintu ia melihat istrinya berbaring lemah sambil tersenyum ke arahnya. Ia bernapas lega ternyata yang dipikirkan salah.

"Kamu gak papa kan, sayang?" tanya Azwar dengan khawatir. "Ada yang sakit gak?"

Almira hanya tersenyum karena ingin berbicara terhalang oleh alat bantu pernapasan.

"Azwar! Umi kan belum selesai bicara malah langsung nyelonong pergi aja!" kesal uminya saat masuk.

"Ya maaf, mi. Soalnya tadi Azwar khawatir dengan istri tercinta," ucap Azwar dengan cengengesan.

Almira ingin rasanya tertawa karena gombalan receh suaminya, tetapi ia tahan karena badannya masih lemas.

"Mass ...," panggilnya dengan suara lemas.

"Ada apa sayang? Ada yang sakit? Atau mau minum? At–"

"War, tanyanya satu-satunya kasihan istrimu!"

"Umi mah gitu. Kayak gak tahu aja orang lagi khawatir," ujar Azwar.

Almira mencoba melepaskan alat pernapasan bantunya. Azwar pun segera membantunya.

"Anak kita mana?"

"Biar umi aja yang bawa kesini! Kamu disini nemenin mantu kesayangannya umi. Ingat! Jangan diapa-apain! Kalau sampai diapa-apain umi keluarin dari daftar anak umi!"

"Ish, umi! Anak umi siapa sih sebenarnya?"

Uminya langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Azwar tidak henti-hentinya mencium kening istrinya dan ia bersyukur dengan apa yang ia rasakan saat ini.

~END?~

***

Yogyakarta, 30 September 2021

Yogyakarta, 30 September 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Cinta Almira (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang