Azan subuh telah berkumandang. Kini seorang suami yang siaga sedang menuntun istrinya untuk mengambil wudhu. Karena sang istri sedang kesusahan untuk berjalan akibat hamil besar.
Setelah itu, sang istri memakai mukenanya. Ia pun membangun seorang anak laki-laki berusia satu setengah tahun untuk salat subuh.
"Ibrahim ...anak bunda bangun, nak." Sang ibu menggoyahkan tubuh putranya, bahkan sambil mencium pipinya karena terlalu gemas dengan pipi chubby-nya.
"Uwaaa ...." Ibrahim menguap sambil mengusap matanya. Ia mengecup kening ibunya. "Selamat pagi, bunda."
"Pagi sayang. Yuk sekarang ambil air wudhu soalnya udah ditunggangi papa!"
"Iya bunda. Tapi bunda janji ya, kalau Iblahim dan papa ke masjid harus duduk aja gak boleh ngapa-ngapain. Karena Iblahim khawatil," ucapnya dengan cedal.
"Kok sekarang anaknya bunda kayak papa ya? Jadi, posesif gini. Bunda makin sayang, deh." Almira mencubit pipi Ibrahim dengan gemas.
"Sini cium bunda dulu," katanya dengan mencium kedua pipi putranya. "Bau acem."
Ibrahim berdiri lalu menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Anak itu memang sudah di latih sejak dini oleh Almira dan Azwar. Almira pun sangat menyayanginya seperti putra kandungannya sendiri, sampai-sampai waktu Ibrahim sedang diajak oleh Faisal pergi ke Turki baru beberapa hari di suruh pulang olehnya karena khawatir tentang keadaannya.
Saat ini Almira hanya diam di rumah karena setelah kabar kehamilannya ia disuruh suaminya untuk berhenti menjadi dokter demi kesehatan janjinya.
Setelah salat subuh, Almira membacakan surat Maryam dan Yusuf sambil mengelus perutnya yang sudah besar. Ia belum tahu jenis kelaminnya karena sengaja ingin menjadi kejutan saat lahir di dunia nanti. Selesai membaca, Almira menutup musaf lalu meletakkan di meja sebelahnya. Ia tersenyum menatap cermin yang menampilkan dirinya dengan perut besarnya. Ia sudah tidak sabar menunggunya untuk hadir. HPL kehamilannya telah di perkirakan tiga hari lagi.
"Bunda ...." Ibrahim memanggilnya lalu memeluknya. "Ini bubur ayam khusus, bunda."
"Masya Allah, anak bunda pinter banget. Makasih ya," ucap Almira dengan mencium kedua pipi Ibrahim. Almira melihat sekitarnya untuk mencari seseorang. "Papa mana, sayang?"
"Kayaknya papa mau cali bunda balu, deh," celtuk Ibrahim.
Almira mengerut dahinya. "Beneran?"
"Iya Bun. Tadi papa berbicala sama cewek cantik," kata Ibrahim.
"Bohong Bun! Jangan percaya!" Azwar tiba-tiba datang membawa tote bag dikedua tangannya.
"Anak papa kok gitu?" Azwar pura-pura ngambek. "Ya udah baju ini gak jadi buat kakak Ibrahim, deh."
"Maafin Iblahim, Pa. Soalnya tadi Iblahim kila dia pacarnya, papa," ucap Ibrahim dengan polos.
Almira dan Azwar saling bertatapan karena sejak kapan putranya sudah mengerti kata pacaran.
"Anak bunda kok tahu pacaran, siapa yang ngajarin?" tanya Almira.
" Kata om Faisal, bu. Soalnya katanya kalau cowok bertemu cewek berarti pacalan," jawabnya dengan polos.
Almira menghelakan napasnya. Ia benar-benar ingin memarahi abangnya karena telah mengajar putranya seharusnya diusianya yang masih dini belum tahu menjadi tahu.
"Anak bunda gak boleh lagi nyebut pacaran, ya. Karena belum waktunya dan pacaran itu gak boleh," ucap Almira.
"Kenapa bunda pacaran gak boleh?"
"Karena pacaran itu dosa. Emang Ibrahim mau kalau pacaran terus bunda dan papa masuk neraka?"
Ibrahim menggelengkan kepalanya lalu menangis. "Iblahim gak mau bunda dan papa masuk neraka. Iblahim sayang sama kalian."
Almira tersenyum lalu memeluk putranya. Ia bangga memiliki putra seperti Ibrahim. Karena anak yang selalu menurut sama orang tua dan mampu menghafal Al-Qur'an dua juz diusianya yang terbilang masih dini.
"Em, papa kayaknya disini hanya jadi patung deh."
"Papa sama patung beda. Kalau patung dibuat dari batu kalau papa dibuat dari apa ya?"
"Dari segumpal darah, nak. Sama seperti Ibrahim waktu di perut bunda Aisyah," ucap Almira dengan tersenyum.
Ibrahim pun hanya mengangguk saja karena belum paham yang diucapkan oleh Bundanya.
"Itu papa bawa apa ya?" tanya Almira.
"Papa bawa baju buat kakak Ibrahim dan calon adik dong, nih." Azwar memberikan tote bag kepada Almira.
"Masya Allah Tabarakallah, bilang apa nak sama papa?"
"Terima kasih, papa," ucap Ibrahim dengan senang.
"Sama-sama, sayang. Sini peluk dong papa," ujar Azwar sambil membuka lebar tangannya. Ibrahim pun langsung memeluk Azwar. "Makasih untuk baju balunya, pa."
"Sama-sama, sayang." Azwar tak henti-hentinya mencium kedua pipinya Ibrahim. Walaupun dia bukan papa kandungnya, tetapi sudah ia anggap seperti anak kandungnya karena telah ia rawat sejak bayi.
"Bunda gak dipeluk,nih?'
"Sini bunda pelukan sama papa dan Ibrahim." Azwar menarik tubuh istrinya pelan kedalam dekapannya.
Almira bersyukur karena diberi kebahagiaan yang luar biasa dan akan hadir buah hatinya datang di dunia ini.
***
Yogyakarta, 29 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Almira (Completed)
Ficción GeneralStart : 01 September 2021 finished: 30 September 2021 Peringkat Cerita Paling Mengesankan #gus 14 (23-03-2022) #perjodohan 12 (24-03-2022) #spiritual 1 (30-03-2022) #nikahmuda 1 (30-03-2022) #baper 7 (31-03-2022) #muslimah 4 (02-04-2022) #cinta...