"Mungkin pertemuan kita terlalu singkat, bahkan rasa ini telah tumbuh tanpa permisi. Aku hanya bisa berharap namaku tertulis di Lauhul Mahfudz mu."
-Kisah Cinta AlmiraHujan deras mengguyur Ibu kota. Kini Almira sedang berada di sebuah coffe favoritnya, tetapi kini ia sendiri karena Zidan dan kedua sahabatnya sedang sibuk dengan skripsinya masing-masing. Berbeda dengan Almira yang telah lulus satu bulan yang lalu.
Coklat panas telah ada di depannya. Almira sudah terlalu nyaman dengan coffe ini karena tempatnya yang nyaman untuk ia menyendiri. Selain itu, kombinasi tempatnya terlalu jaman kekinian sehingga banyak anak zaman muda yang sering datang di coffe ini.
Tiba-tiba pikiran Almira mundur, mengingatkan kejadian dua hari yang lalu sebelum Ibrahim keluar dari rumah sakit.
"Bunda makasih sudah nyuapin, Iblahim," katanya dengan tersenyum.
"Sama-sama." Almira tersenyum kepada Ibrahim sambil memeluknya.
"Bunda ...," panggil Ibrahim kepada Almira.
"Iya?" Almira melonggarkan pelukannya.
"Kata ayah, Bunda bukan Bundanya Iblahim sebenarnya. Bunda mau gak jadi Bundanya Iblahim beneran?" ucap Ibrahim. "Biar Iblahim sama Ayah bisa tinggal satu rumah."
Almira pun dibuat terkejut dengan ucapan anak yang berusia empat tahun ini, bahkan ia binggung harus menjawabnya apa. Akan tetapi, untung saja Zidan datang untuk menjemput Ibrahim karena dia telah diperbolehkan untuk pulang. Sedangkan, Ayahnya Ibrahim tidak dapat menjemputnya. Karena sedang ada perkerjakan yang tidak bisa ditinggalkan di Turki bersama Faisal-Abangnya Almira.
Tanpa Almira sadari ada seseorang yang menghampirinya sehingga ia tersadar dari lamunannya.
"Bolehkah saya duduk disini?" tanya seorang wanita bercadar yang ada di depannya.
"Boleh, ukh. Silahkan," jawab Almira dengan tersenyum.
"Perkenalkan saya Aisyah." Orang itu memperkenalkan namanya kepada Almira.
Almira pun tersenyum. "Saya Almira, Ukh. Salam kenal dan salam ukhuwah Fillah."
"Sepertinya kita seumuran. Jadi, panggil nama saja," kata Asiyah.
"Iya, ukh. Eh, maksudnya Aisyah."
Mereka pun saling bercengkrama, bahkan mereka tidak menyadari hampir tiga jam mereka disini. Hujan pun sudah reda sehingga Almira memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.
Di perjalanan pulang, Almira melihat seorang laki-laki paruh baya yang terlihat sedang di marah-marahin seseorang. Ia pun menghentikan mobilnya untuk berniat untuk menolongnya.
"Mohon maaf ini ada apa?" tanya Almira. "Apakah pantas anak muda seperti anda memarahi orang tua, bahkan ini di keramaian. Se-"
"Alah, anda itu tidak usah ikut campur! Saya hanya mau menagih utang!" Orang itu pun memotong ucapan Almira.
"Memang hutang bapak ini berapa?" tanya Almira.
"Dua ratus enam puluh ribu," jawabnya.
"Ini kembaliannya buat kamu." Almira pun mengeluarkan uang tiga lembar dari dompetnya.
"Nah, gini dong. Jadikan lunas," katanya lalu pergi.
"Kakek tidak ada apa-apa?" tanyanya dengan tidak tega.
"Saya baik-baik saja, Nak. Terima kasih ya. Kakek hanya punya uang seratus ribu untuk mengganti uang kamu, Nak. Akan tetapi, sisanya saya akan cicil." Kakek itu pun memberikan uang selembar merah ke Almira.
"Tidak usah, kek. Saya kebetulan ada rezeki lebih," tolak Almira dengan halus. "Oh iya, ini ada sedikit uang buat kakek."
"Masya Allah. Terima kasih banyak, Nak," ucap Kakek itu dengan terharu.
"Iya sama-sama, kek. Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum," pamit Almira.
Rezeki yang diberikan oleh Allah SWT bukanlah milik kita seutuhnya. Karena semua yang kita milik adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada Allah SWT. Harta kekayanmu hanya ada di dunia semata. Jadi, sisakan hartamu untuk orang-orang yang tidak mampu dan anak Yatim.
***
Sesampai di rumah, Almira melihat seorang yang ia rindukan. "Abang ...." Almira pun langsung memeluknya.
"Adek yang terjelek apakah engkau tidak malu?" tanya Faisal. "Lihatlah yang sedang duduk disana."
Almira pun melepaskan pelukannya. "Ih ...Abang kok gak bilang?" kesal Almira dengan cemberut.
"Loh, ini Almira?" tanya Ilham. "Makin cantik aja."
"Ish, Ilham gak berubah ya dari SMA. Jadi playboy mulu," celtuk Faqih.
"Ya namanya hidup, Qih," ucap Ilham dengan santai. "Daripada Faisal jadi sad boy sejak di ti-"
"Diem gak Lo!" ucap Faisal dengan membungkam mulut Ilham.
"Emang Bang Ilham pernah pacaran?" tanya Almira. "Jujur!"
"Bohong dia, dek. Jangan didengarkan ucapan buaya darat," bela Ilham yang tidak terima.
"Hahaha ...panik gak? Panik lah masa enggak," ucap Ilham dengan tertaw puas.
"Ish, gimana sih! Mending Almira ke kamar aja daripada kumpul dengan calon bapak-bapak rumpi," ucap Almira lalu meninggalkan mereka.
Apa kamu tidak sadar aku juga disini, Almira?
***
Yogyakarta,06 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Almira (Completed)
General FictionStart : 01 September 2021 finished: 30 September 2021 Peringkat Cerita Paling Mengesankan #gus 14 (23-03-2022) #perjodohan 12 (24-03-2022) #spiritual 1 (30-03-2022) #nikahmuda 1 (30-03-2022) #baper 7 (31-03-2022) #muslimah 4 (02-04-2022) #cinta...