26•| Keikhlasan Hati Almira

4.4K 279 0
                                    

"Kehidupan yang membuatku belajar ikhlas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kehidupan yang membuatku belajar ikhlas. Karena kamu adalah titipan Allah yang diberikan untukku yang tak akan selamanya berada di sisiku."
~Kisah Cinta Almira

***

Rembulan telah menyapa malam untuk menyinari bumi yang kini telah kembali cerah. Seperti, kisah cinta Almira yang saat ini dapat merasakan kebahagiaannya, tetapi itu hanya sementara ternyata. Dua jam yang lalu mendapatkan kabar bahwa Aisyah keadannya memburuk karena penyakit kankernya kembali menyerang tubuhnya.

Almira tidak mau serakah untuk memiliki Azwar sepenuhnya. Ia harus bisa ikhlas karena Aisyah lebih membutuhkannya saat ini dibandingkan dirinya. Jika memang Azwar akan kembali bersama Aisyah, ia harus ikhlas untuk di madu atau akan mundur. Ini pilihannya karena melihat orang yang kita cintai bahagia sama saja kita ikut bahagia.

Kini ia sendiri di rumah impiannya yang kini telah sepi setelah canda tawa bersama suaminya. Air mata menetes begitu saja. Hanya kalimat istighfar yang ia lantunkan. Kali ini ia berusaha untuk tidak egois. Ia ingin menjadi istri yang patuh dan membuat suaminya bahagia.

Gawainya berbunyi. Ia mengambilnya lalu mengangkatnya.

"Assalamualaikum, Nak," ucap umi mertuanya disebarang sana.

"Waalaikumsalam, umi."

"Kamu apa kabar, Nak?"

"Alhamdulillah, baik. Umi sendiri dan abi bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah kami baik-baik saja,Nak," kata yang disebarang sana.

"Umi tahu saat ini kamu sedang tidak baik-baik saja. Percayalah bahwa setiap ujian akan ada kebahagiaan yang akan datang untukmu, Nak."

"Aamiin, umi. Insyaallah, Almira ikhlas bila suatu saat mas Azwar akan kembali dengan Aisyah," ucap Almira dengan tidak tahan menahan tangisnya.

"Nak, umi tahu perasaan cintanya kepada Aisyah sudah tak ada. Dia sudah mencintaimu, Nak."

"Iya, umi. Al rindu dengan Ibrahim."

"Ibrahim sudah tidur, Nak. Kalau gitu umi tutup teleponnya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Almira kembali meletakkan gawainya kembali. Ia ingin tidur, tetapi matanya tidak bersahabat untuk diajak istirahat. Ia mengambil gawainya kembali lalu membuka aplikasi untuk dia menulis. Jari tangannya menari-nari di atas keyboard handphonenya. Entah, apa yang sedang ditulis Almira. Mood saat menangis memang bagus untuk menulis sebuah novel karena dapat mengembangkan isi cerita.

Kantuk pun menyerang mata Almira. Ia meletakkan gawainya lalu berbaring di atas kasur. Ia telah terlelap di alam mimpinya.

***

Pukul setengah tiga dini, Almira terbangun dari tidurnya. Dengan mata sembab ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil air wudhu. Setelah selesai, ia mengambil mukena dan membentangkan sajadahnya ke arah kiblat.

Dengan khusyuk ia melaksanakan salat tahajud. Selesai salam, ia mengangkat kedua tangannya. Ia berdoa Allah SWT. Air mata tak henti-hentinya keluar saat mencurahkan isi hatinya.

"Ya Rabb ... ikhlaskan hati hamba bila suatu hari keadaan membuat hamba mundur atau akan bertahan."

Setelah selesai, Almira mengusap kedua tangannya di wajahnya. Hari ini ia memutuskan akan kembali ke Jakarta. Ia sudah memesan tiket pesawat yang akan berangkat sebelum subuh. Ia bersiap-siap untuk menuju Bandar. Untung saja baju yang ia pindah dari rumahnya belum di keluarkan dari koper.

Almira telah memesan taksi online sejak semalam. Jadi, ia tidak harus menunggunya terlalu lama. Di perjalan menunju Bandara International Yogyakarta, Almira hanya menatap kosong luar jendela.

"Mbak sudah samapi," kata supir taksi yang menyadarkan dari lamunannya.

Tidak lupa Almira membayarnya. Ia masuk kedalam Bandara lalu check-in terlebih dahulu. Setelah 30 menit ia masuk ke dalam pesawat. Tak lupa ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di dalam hatinya agar di beri keselamatan samapai tujuan.

Tempat pukul 05.05 pesawat telah berhasil sampai di Bandara Sukarno-Hata. Almira bersyukur karena masih diberikan keselamatan samapai tujuan.

Saat keluar dari Bandara ternyata mamanya telah menjemputnya. Ia langsung memeluknya. Tangisan pun tidak ia bisa tahan. "Al rindu, Mama."

"Kalau rindu kenapa ninggalin mama tanpa pamit?"

"Maaf ...ma."

"Ya udah sekarang kita pulang!"

Almira bahagia akhirnya bisa bertemu dengan mamanya setelah satu bulan lamanya telah berpisah kota.

Apapun yang terjadi aku harus kuat, batin Almira.

***

Yogyakarta, 26 September 2021

Hai!!! Jangan lupa vote dan commen.
Cerita ini baru aku edit revisi ya;)

Cerita ini baru aku edit revisi ya;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kisah Cinta Almira (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang