Suara patient monitor telah memenuhi ruangan operasi. Hampir dua jam lebih belum juga selesai. Kini Azwar mondar-mandir depan pintu ruang operasi karena telah menghawatirkan keadaan putra semata wayangnya.
"Lebih baik kamu salat, Nak," ucap Umi Fatimah.
"Iya, Umi. Aku mau ke mushola dulu." Azwar pun langsung pergi ke mushola. Ia pun melaksanakan salat Duha dengan khusyuk. Air mata tidak henti-hentinya mengalir deras saat berdoa kepada sang Maha Pencipta.
Setelah itu, Azwar kembali ke ruangan operasi.
"Loh, bukanya Abang masih di Turki?" tanya Zidan yang baru datang.
"Abang mu baru balik langsung kesini, Nak." Bukan Azwar yang menjawab melainkan Uminya lah.
Lampu pintu operasi pun telah mati, bertanda telah selesai. Dokter pun keluar dan Azwar pun langsung menghampirinya. "Bagaimana keadaan putra saya, Dok?"
"Alhamdulillah. Operasi berjalan dengan lancar," ucap Dokter Surya.
"Alhamdulillah," ucap mereka dengan bersyukur.
"Tetapi–"
"Tetapi apa dok?" tanya Zidan. "Nissa baik-baik saja kan?"
Azwar pun yang mendengar nama Nissa pun mengerti dahinya. Ia baru sadar yang mendonorkan salah satu ginjal untuk putranya adalah Almira.
"Almira masih dalam keadaan Kritis," katanya. "Bahkan tadi sempat jantungnya berdetak lambat. Akan tetapi, Allah masih memberikan kesempatan untuk dia hidup di dunia."
"Alhamdulillah ...,"ucap mereka.
Ibrahim pun telah di pindah di ruang inap biasa, sedangkan Almira masih belum bisa dipindah karena kondisinya masih kritis.
Terlihat Mamanya Almira dan Faisal sedang menunggu Almira yang masih tertidur.
"Dek ...bangun ya. Abang udah beliin kamu coklat dan Abaya dari Turki," ucap Faisal yang sedang duduk di kursi samping tempat tidur Almira. "Abang janji gak bakal usil sama kamu."
"Bagaimana keadaannya?" tanya Azwar yang tiba-tiba masuk ke dalam.
"Masih sama yang seperti kamu lihat," jawab Faisal.
"Kalau kalian mau pulang istirahat silahkan," ujar Azwar. "Biar saya yang menunggunya."
"Tapi Ibrahim gimana, War?" tanya Faisal.
"Tenang udah ada Bunda dan Zidan," jawabnya.
Faisal dan Mamanya pun pulang terlebih dahulu. Kini di dalam ruangan hanya ada Azwar dan Almira.
"Cantik," ucap Azwar yang tidak sadar. "Astaghfirullah. Bukan mahrom, War."
Azwar pun memutuskan untuk membacakan Al-Qur'an untuk Almira, tetapi ia pun mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Azwar pun membacakan dengan suara yang indah. Selain, suaranya indah ia juga merupakan seorang hafidz lulusan dari pesantren Darul Musthafa didirikan oleh Habib Umar bin Hafidz yang terletak di Kota Tarim, Hadramaut, Yaman.
"Shadaqallahul adzim ...." Azwar pun menutup musaf Al-Quran.
***
Hampir satu Minggu, Almira pun belum terbangun. Semua orang pun merindukan gadis ceria itu. Apalagi, Zidan yang selalu menjenguknya dengan membawakan coklat kesukaannya setiap hari. Sedangkan, Azwar juga selalu menunggunya bergantian dengan Faisal.
Ibrahim pun telah diperbolehkan pulang dua hari yang lalu. Kini tinggal Almira yang masih terbaring lemas.
Tanpa Azwar sadari tiba-tiba jemarinya Almira bergerak satu persatu. Ia yang melihatnya entah mengapa begitu bahagia.
"Keadaan Ibrahim gimana?" tanya Almira yang baru sadar.
"Udah jangan bicara dulu, kamu baru sadar," ucap Azwar.
Almira pun baru sadar bahwa Azwar memanggilnya dengan kamu tidak lagi anda. Entah, mengapa membuat hatinya bahagia.
Apakah aku mulai mengaguminya?
"Terima kasih. Kamu telah menyelamatkan nyawa Ibrahim," ujar Azwar.
"Iya sama-sama. Sesama manusia harus saling tolong menolong bukan?"
"Apa tidak sayang dengan nyawa m–"
"Cieee ...udah akrab nih," ucap Faisal yang tiba-tiba datang dan memotong ucapan Azwar.
"Abang ...," rengek Almira kepada Faisal.
"Ish, adeknya Abang udah sadar tapi gak gila kan?" candanya dengan memeluk Almira.
"Bang. Jangan buat adiknya kesal! Dia baru siuman," ucap Mamanya yang baru saja masuk.
"Bentar-bentar kok Abang dan Mama udah tahu kalau Al udah bangun?" tanya Almira dengan binggung.
Faisal pun melirik Azwar. "Iya tadi sewaktu jari kamu bergerak, saya langsung kabari keluarga kamu."
Almira pun binggung dengan Azwar yang kini sifatnya tidak seperti biasanya, bahkan sifat dinginnya 1% mulai mencair.
"Apa kamu mau menikah dengan saya?" ucap Azwar yang berhasil membuat Almira terkejut yang tidak ada hujan dan tidak ada angin kini melamarnya.
Almira pun binggung harus menjawabnya.
"Nah, waktu itu pas Abang chat kamu ada yang melamar kamu itu Azwar," kata Faisal.
Dua Minggu yang lalu Almira memang mendapatkan pesan dari Faisal bahwa akan ada yang melamarnya. Almira pun hanya menganggap hanya candaan karena Faisal sering menjahilinya, tetapi ternyata kini tidak sedang bercanda.
Jantung Almira berdetak lebih kencang dari biasanya. Apa ini bertanda bahwa Almira mencintainya?
"Kasih waktu saya satu Minggu untuk istikharah dulu," ucap Almira dengan gugup.
***
Yogyakarta,09 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Almira (Completed)
Художественная прозаStart : 01 September 2021 finished: 30 September 2021 Peringkat Cerita Paling Mengesankan #gus 14 (23-03-2022) #perjodohan 12 (24-03-2022) #spiritual 1 (30-03-2022) #nikahmuda 1 (30-03-2022) #baper 7 (31-03-2022) #muslimah 4 (02-04-2022) #cinta...