Brakkk
Ucapan Bara terpotong karena suara gebrakan yang berasal dari arah pintu depan. Lima orang perempuan yang masih menggunakan baju seragam berdiri di depan pintu, beberapa orang menatap bingung kehadiran mereka. Bukan kah tadi Daffa bilang hanya Vika yang datang? Tapi mengapa saat ini jumlah nya bertambah menjadi lima. Mereka yang melihat kedatangan tamu tak di undang lain nya pun beranjak ke asal keributan. Tapi sebelum mencapai pintu masuk, salah satu dari lima orang di sana berlari ke arah Daffa seraya berteriak.
"Daffa~~ kamu kok tegak sih nggak ajak aku main ke rumah nya Bara, malah cuman ngajak si uler~~" rengekan manja itu memasuki pendengaran orang-orang yang berada di sana.
Ah! Sica tahu, dari ciri-ciri yang ada pada gadis ini, kemungkinan dia adalah antagonis perempuan. ciri-ciri nya sama persih seperti di dalam novel. Sungguh rasa nya Sica ingin nyungsep saja melihat nya. Ia jadi insecure melihat Sabrina yang cantik dengan gaya nya sendiri.
Pandangan Sica beralih ke pintu masuk, dan ya ampun kejutan apa lagi ini, ia bisa melihat protagonis wanita disana. Vika itu jika di deskripsikan Bisa di sebut sebagai teratai putih, kenapa Sica mengatakan bahwa Vika itu adalah teratai putih, karena pembawaan nya yang putih polos dan tampak paling rapuh diantara mereka.
Berbeda dengan antagonis wanita, yang pembawaan nya itu seperti mawar hitam berduri. Dia itu indah untuk di pandang dan di kagumi, tapi berbahaya jika ada yang berniat menyakitinya atau pun mengganggunya. Dia itu memiliki duri bak perisai di sekelilingnya. Sangat sama dengan kepribadian Sabrina si antagonis. Dengan tangan yang bergelayut manja pada Daffa, Sabrina berkata dengan nada merengek.
"Daffa~~ ayo duduk, nggak kasian kamu sama aku? Ini pegel loh~~"
Daffa yang risih dengan perlakuan Sabrina pun menyentak kan tangan itu dengan kuat, sampai-sampai Sabrina terhuyung kebelakan dan akan jatuh. Tapi karena reflek Sica cepat, ia langsung menahan punggung Sabrina dengan tangan kecil nya.
"Daffa!" Pekik Sabrina kesal sekaligus kaget, jika saja tidak ada yang menahan nya, pasti ia sudah terjatuh dengan mengenas kan di lantai dingin ini. Tapi yang membuat ia mengernyit kan dahi bingung itu, siapa yang menahan nya dari belakang, tidak mungkin itu teman-teman nya, karena mereka masih berada di ambang pintu. Apa lagi kalau temannya Daffa, mana mau mereka.
"Njir lah, Sab! Itu anak orang udah keberatan, masih aja lo pertahanin gaya kaya gitu. Mau foto lo?" Karena sautan dari Semi barusan lah Sabrina sadar. Dengan cepat, ia berusaha kembali berdiri seperti semula.
Kepalanya menoleh ke arah gadis dengan tubuh mungil yang menahan nya. Tunggu dulu, gadis itu terlihat seperti anak SMP? Apa kah Bara memiliki adik perempuan? Ck. Jika itu benar, maka Sabrina sangat menyayangkan karena sikap kakak adik itu yang jauh berbeda.
"Thanks!" Ucap Sabrina, mereka yang mendengar nya langsung melongo. Sejak kapan seorang Sabrina mengucap kan terima kasih. Tapi kembali lagi, mereka tidak peduli sama sekali. Sica pun awal nya kaget dengan respot Sabrina, ia kira Sabrina akan marah pada nya. Tapi malah sebaliknya, dia malah berterima kasih. Sica mengangguk sebelum menjawab.
"Iya, sama-sama!"
Bara kembali teringat akan keberadaan Sica, hampir saja ia melupakan pembantu pribadi nya itu. Dengan gerakan cepat Bara menarik kerah baju Sica, membuat gadis itu terpekik kaget.
"Akh!"
Bara tidak peduli dengan pekikan gadis di depan nya ini, yang sekarang ia perdulikan adalah bagaimana caranya mengusir Sica dari rumah nya tanpa dimarahi oleh bundanya.
"Ngapain ikut kepo, diem di sana apa susahnya sih!" Ketus Bara, kini posisi mereka berdua sangat lah dekat. Sica yang hanya sedada Bara hanya bisa pasrah dengan kelakuan Bara yang di luar nalar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )
FantasyTernyata, kedatangan Sica di dunia novel tidak terlalu mengecewakan. Dari awal yang menjengkelkan, berubah menjadi momen yang begitu berkenang. Baginya, jika takdir itu tidak terjadi, maka Sica tidak akan pernah bertemu dengan Bara. Sosok tampan yan...