"Dek! Woy Dek!"
Sica menoleh saat merasa seseorang memanggil nya, gadis itu menatap bingung gadis yang memiliki lambang kelas XII kini melambaikan tangannya pada Sica. Sica merasa menyesal karena memilih tugas mengantarkan buku paket ke perpustakaan yang notabene nya melewati tangga kelas XII, tidak tahu apa niat kakak kelas ini memanggil nya, tapi Sica sudah berpikiran buruk.
"Saya kak?""Iya lo!" Sica berjalan menghampiri gadis itu, dengan penasaran Sica pun bertanya.
" Iya kak, ada apa ya?" Tanya Sica ramah, asal kalian tahu saja, ini adalah cara ampuh saat menghadapi kakak kelas. Karena di mata kakak kelas itu seorang adik kelas selalu salah, entah itu baik atau buruk pasti saja jadi omong.
"Nama Lo siapa?" Tanya gadis itu dengan pandangan menilai, Sica mengulum bibirnya sebelum menjawab. "Sica kak."
"Oh Sica, lo mau ikutan ekskul nggak? Seru loh, ekskul dance!" Ujar kakak kelas yang bername tag Afifa.
"Emang nya harus ikutan ekskul ya kak?" Tanya Sica penasaran. Afifa menggeleng.
"Nggak juga sih, tapi siapa tau lo berminat. Jadi gue kasih tau!" Ujar nya.
"Ohh yaudah kalo gitu aku mau ikutan aja, tapi kapan mulai latihan nya?" Tanya Sica.
"Bentar ya, gue panggil temen gue dulu." Ucap Afifa kemudian berjalan menuju lantai dua atau lebih tepat nya kelas XII IPA.
Tak lama Afifa pun kembali bersama dua teman lainnya. "Nih, namanya Sica! Mau ikutan katanya." Ujar Afifa. Dalam hati Sica mencibir, bukannya tadi dia yang menawarkan ya. Ck, biarkan saja lah, kakak kelas kan memang selalu benar.
"Oh ok, kalo gitu ini nih baca aja di kertas ini jadwal nya." Ujar gadis di sebelah kanan Afifa. Tangannya memberikan selembar kertas pada Sica, dengan senyuman manis Sica mengambil nya dari tangan Gita, gadis di sebelah kanan Afifa.
"Ok, makasih ya kakak-kakak!" Seru Sica. "Kalo gitu saya duluan ya!" Lanjut nya.
Mereka bertiga mengangguk, Sica memutar tubuh nya dan melangkah kan kaki nya kearah tujuan nya tadi. Namun saat agak jauh dari tempat kakak kelas nya gadis itu mendengar mereka berbicara seperti ini.
"Sok akrab banget ya!"
"Heem, biarin lah!"
"Tau, buat apa coba lewat jalur kelas dua belas. Ya udah deh gue panggil aja."
"Mau caper kali, biasanya kan anak cowoknya suka nongkrong di tangga."
Sica mendengus, apa Sica bilang. Adik kelas itu serba salah di mata kakak kelas, ramah di sebut sok akrab, cuek di anggap sombong. Terus, memang nya sekolah ini milik mereka? Jika memang tidak boleh melewati jalur tangga kelas XII, maka minta pada pihak sekolah untuk memindahkan perpustakaan ke lantai satu. Jika begini, Sica bingung. Mau nya mereka itu apa sih, jadi frustasi tingkat dewa dirinya.
•°•°•
"Dari mana aja lo? Kok ngelunjak ya di bebasin kaya begini mah!" Cibir cowok yang saat ini sedang bersila di atas sofa sembari memakan keripik singkong balado. Matanya pun masih fokus kearah layar televisi. Sica menatap kearah cowok itu, yang tak lain adalah Bara. Kemudian gadis itu pun menghampirinya duduk di sebelah Bara.
"Tadi piket dulu, di suruh ngembaliin buku paket ke perpus, terus di jegat kakak kelas buat nawarin ekskul!" Jelas Sica.
Mau tak mau dirinya harus menjelaskan nya. Jika tidak, maka Bara akan menghukum nya seperti seminggu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )
FantasiaTernyata, kedatangan Sica di dunia novel tidak terlalu mengecewakan. Dari awal yang menjengkelkan, berubah menjadi momen yang begitu berkenang. Baginya, jika takdir itu tidak terjadi, maka Sica tidak akan pernah bertemu dengan Bara. Sosok tampan yan...