DUA

4.2K 574 5
                                    

Kali ini Sica telah sampai di pekarangan rumah yang sangat besar, entah lah dirinya tidak tau ini rumah siapa. Mungkin juga ini rumah Bara, karena cowok itu yang membawa nya kesini. Sedang asik memperhatikan desain interior rumah di hadapan nya, Sica di kaget kan dengan sentakan di depan.


"Masih betah lo di motor gue!!? Turun nggak!!" Dengan kesal Bara pun mengguncang motor yang dirinya dan Sica tumpangi agar gadis itu segera turun dari motor nya.

"Eh eh mamih!! Iya iya gue turun ini!! Astaga, sabar yaelah!!" Jerit Sica karena panik motor yang ia tumpangi terguncang dengan sangat kencang, membuat dirinya hampir terjatuh dari motor. Setelah puas akan aksinya, Bara menghentikan acara mengguncang motor nya. Kemudian segera turun dari motor kesayangannya itu.

"Cepetan turun!! Kenapa masih duduk di motor gue!!" Seru Bara ketus.

Sica memberenggut di perlakukan seperti itu, kenapa harus menggunakan cara kasar untuk menyuruh orang lain turun dari motor, bisakan gunakan cara yang lembut dan sopan.

"Iya gue turun!!" Dengan kesal Sica turun dari motor itu, kemudian berdiri disebalah Bara.

"Udah numpang nyusahin lagi!!" Gerutu Bara merasa kesal dengan gadis tak tahu diri yang dirinya bawa ini, ia jadi memikiran bagaimana nasib nya nanti kalau diri nya menjadi kan gadis ini pembantu. Bisa-bisa gadis itu terus merepot kan nya.

Ah Bara tahu, setelah memberikan gadis itu makan, Bara akan segera mengantar Sica untuk pergi dari rumahnya. Untuk apa dirinya perduli bagaimana nasib gadis itu nantinya, dia kan bukan siapa-siapa Bara. Dengan pemikiran itu, Bara pun masuk kedalam ruman nya sembari tersenyum. Tapi senyuman itu tidak bertahan lama setelah satu jam kemudian apa yang terjadi di rumah nya. Dengan kesal Bara pergi menuju kamar nya, bagaimana ia tidak kesal coba. Lihat lah perlakuan bunda nya terhadap gadis bau itu.

Tadi setelah Bara dan Sica masuk, awalnya bundanya tidak ada jadi Bara dengan tenang membawa Sica ke ruang makan untuk di beri makan. Maklum lah gadis yang dirinya bawa kemari terlihat sekali belum makan beberapa minggu, terlihat dari penampilan nya yang kucel seperti pengemis.

Awalnya pembantu di rumah nya memberikan beberapa jenis makanan untuk Sica dan itu lumayan banyak, Bara kira itu semua tidak akan habis kalau di lihat dari tubuh Sica yang kecil. Mana muat makanan itu diperutnya. Tapi ternyata dugaan nya salah besar, karena makannan di meja makan semua habis terguras oleh mesin penggiling yang ia bawa.

Dan dengan tidak tahu diri nya Sica malah meminta pencuci mulut, dengan kesal Bara menyuruh pembantunya untuk membawakan pencuci mulut itu.

Setelah acara menggiling dan merampok semua makanan di rumah nya selesai, niatnya Bara akan segera membawa Sica ke tempat yang jauh dari rumahnya. Namun, gangguan datang menghampiri nya lagi. Tadi rencana nya gagal karena Sica yang meminta untuk di berikan pencuci mulut, dan sekarang gagal karena kedatangan bunda nya yang baru saja pulang dari kantor sang suami.

Bunda yang melihat Bara membawa seorang gadis jadi senang, bunda nya pikir Sica adalah pacar Bara. Jadi bundanya bersemangat. Karena tidak setuju dengan pemikiran sang bunda, akhirnya Bara pun menjelaskan sendang sedetail-detailnya. Bara pikir setelah bunda nya tahu kalau Sica bukan pacar nya melain kan mesin penggiling yang ia bawa dari jalanan, akan menyuruh Bara membawa kembali gadis itu ketempat asalnya.

Tapi memang realita tidak seindah ekspetasi, pemikiran itu langsung lenyap ketika bunda nya masih tersenyum cerah setelah Bara bercerita dengan apa yang terjadi oleh Sica. Bundanya malah tambah semangat dan sekaligus prihatin atas nasib bocah berusia 15 tahun itu, jadi bunda nya berencana untuk menyuruh Sica tinggal dirumah mereka.

Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang