Pertemuan yang berujung pada keributan, ya seperti itu lah keadaan saat ini. Bukan nya selesai mendiskusikan rencana kedepan nya tentang geng Afca dan geng Sidar. Malah terjadi keributan gara-gara gadis bernama Sica.
Mereka yang tadi nya ricuh mempermasalah kan makanan berbanding terbalik dengan sekarang yang ricuh gara-gara bagaimana cara agar ruam yang muncul di tubuh Sica hilang. Apa lagi Bara, tersangka utama yang membuat Sica menjadi korbannya. Dia sangat khawatir, pasal nya di rumah nya tidak pernah ada yang mempunyai alergi, apa lagi sampai ruam-ruam seperti ini.
"Ini harus gimana??" Ucap Semi heboh, Daffa mendelik mendengar suara Semi yang seperti toa. Astaga, apa dirinya salah merekrut anggota Afca.
"Kalo kata emak gue mah pake garem supaya nggak gatel!!" Seru Nico, kali ini cowok bule kesasar ini mulai ikutan memberi usulan yang mana malah mendapat kan toyoran dari orang di sebelah nya.
"Tolol nya kondisi in dong setan!!!" Sentak Dandi, cowok itu sungguh tidak bisa lagi membendung kata-kata mutiara nya.
"Lo yang tolol, itu kan bener!" Ujar Nico tidak terima kalau usulan nya di tolak.
"Bener kata si Dandi kalo lo tolol. Kan si Sica alergi, bukan kena ulet bulu njingan!!" Seru Semi ikut serta dalam perdebatan sengit itu.
"Astagfirullah, udah ngapa. Kalian kok malah ribut sendiri sih!!" Ucap Arif menengahi sahabat-sahabat nya yang sableng ini.
"TERUS KITA HARUS APA??" Teriak tiga orang itu, kali ini keributan mereka memancing emosi Bara yang sedang panik.
"MATI AJA BIAR DUNIA TENANG!!" Balas Bara sama dengan teriakan. Mereka yang ada di sana bergidik ngeri, wakil ketua Afca ini nyeremin kalau bercanda.
"Bercanda lo nggak lucu sumpah!" Ucap Semi dengan kekehan yang garing.
"Gue beneran goblok!!" Ketus Bara, lagi-lagi Semi harus menelan ludah nya kasar. Ia harus sabar menghadapi Bara yang sensitif seperti ibu hamil itu.
"Coba lo sebutin apa aja yang lo rasain sekarang?" Tanya Arif, memang seperti nya disini yang waras hanya lah Arif, pikir Daffa.
"Apa kerasa nya mual? Pusing? Pengen mangga muda?" Lanjut Arif dengan tangan yang naik turun memperagakan seperti orang yang membantu lahiran.
Daffa mendengus kesal, sialan. Lagi dan lagi perkiraan nya salah. Memang di sini tak ada yang benar, semua kewarasannya sudah di jual seperti nya.
"Berisik setan!" Ujar Daffa yang mulai terbawa emosi, ingin rasa nya Daffa menghajar mereka.
"Kalian kok nggak bermanfaat banget sih bacot nya!!" Ketus Sabrina yang pusing mendengar suara para monyet di sekitar nya.
"Udah Sab, harus sabar. Bentar lagi juga mereka pada mati!" Ucap Cika, tangan nya ia eluskan pada punggu Sabrina yang sedang emosi itu.
"Terus ini harus gimana dong?" Tanya Arif, Sica memutar bola matanya malas. Apapun yang mereka bicarakan sama sekali tak mendapat kan solusi untuk nya.
Gadis itu mendengus kesal, kemudian menepis tangan Bara kasar. Matanya mendelik saat tangan Bara menggapai wajah nya lagi dan mendekat kan nya pada wajah cowok itu.
"Coba diem dulu cil!!" Sentak Bara kesal, diri nya masih berpikir bagaimana cara mengatasi alergi gadis itu.
"Ck. harus nya lo yang diem!! Gue pusing nih!!" Ujar Sica kesal.
Kini perhatian semua mata tertuju pada Sica, Sica yang di tatap seperti itu jadi salah tingkah sendiri.
"K-kenapa? Gue salah ngomong gitu?" tanya Sica gugup, ia memang bukan tipe gadis pemalu, tapi kalau di tatap banyak orang seperti ini, bisa-bisa dirinya sawan. Apa lagi yang menatapnya ganteng sama cantik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )
FantasyTernyata, kedatangan Sica di dunia novel tidak terlalu mengecewakan. Dari awal yang menjengkelkan, berubah menjadi momen yang begitu berkenang. Baginya, jika takdir itu tidak terjadi, maka Sica tidak akan pernah bertemu dengan Bara. Sosok tampan yan...