PLAKK
Bukan hanya Sica yang tercengang melihat itu, tapi seluruh siswa/siswi BH pun sama tak kalah terkejut nya. Suara tamparan yang nyaring terdengar di penjuru kantin, semua orang menahan nafas nya tercengang. Kini hanya ada keheningan di kantin dan deru nafas tak beraturan yang terdengar dari Daffa dan Sabrina.
"K-kamu tampar aku? Kenapa?" Tanya Sabrina lirih dengan mata penuh air mata.
"Kenapa lo bilang? Maksud Lo apa lakuin ini sama Vika!" Tekan Daffa kuat. Matanya menatap nyalang Sabrina, nafas nya pun ikut tidak beraturan akibat menahan emosi yang membuncah di dadanya. Entah lah perasaan apa ini, tapi yang benar ini sangat menyesakkan bagi Daffa.
"Daff, aku nggak lakuin apa-apa sama dia!! Tapi kenapa malah aku yang di salahin lagi?! KENAPA HAH? NGGAK KAMU! PAPA, SAMA SEMUA ORANG CUMA PANDANG AKU SEBAGAI ORANG JAHAT NYA!!" Teriak Sabrina kencang. Sungguh ia tak bisa lagi terus-terusan seperti ini, di sini tidak ada yang mengerti dia sama sekali.
"LIAT! LIAT SAMA APA YANG LO LAKUIN KE GUE!! LO SENENG KAN?! JAWAB ANJING!" Teriak Sabrina berang sembari menendang tubuh Vika yang berada di bawah nya.
"D-daffa b-bukan Sabrina yang s-salah, ini aku j-jatuh s-sendiri kok. Hiks sakit!" Jelas Vika dengan suara yang tergugu.
"Sutt, Bara. Mereka tuh punya masalah apa sih?" Tanya Sica yang saat ini berjinjit untuk berbisik di dekat telinga Bara. Sampai-sampai nafas hangat nya pun terasa menggelitik kulit telinga Bara.
Bara menoleh pada gadis pendek di sebelah nya, wajah dan telinganya memerah karena malu. Karena tidak ingin Sica menatapnya, cowok itu pun segera menjawab.
"Lo gak liat? Mereka lagi akrobat." Ucap Bara dengan wajah lempeng mencoba menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba saja menyergap diri nya.
"Masa sih? Kok gak seru sih akrobat nya. Nggak ada atraksi makan beling nya." Cibir Sica.
Bara mendelik ketika mendengar cibiran Sica, dengan kesal sebelah tangan nya meraup wajah kecil Sica gemas. "Itu mah kuda lumping anjing, udah lah. Bisa stres gue lama-lama dengerin bacotan Unfaedah lo!" Kesal nya.
"Ya elo juga, gue kan lagi nanya serius." Ketus Sica pada Bara.
"Kalian ini, kalo mau romantis-romantisan jangan depan gue napa?! Gue jomblo ini, berasa dunia milik berdua aja lo pada." Gerutuan bernada ketus di belakang mereka mengalih kan atensi boss dan babu nya itu.
Mereka menoleh kearah belakang, tepatnya di tengah-tengah antara mereka berdua. "Siapa yang lagi romantis-romantisan sih Sem?" Ucap Bara geram.
"Itu, manusia di depan gue." Jawab Semi sewot.
"Bacot. Mana ada kita romantis-romantisan kaya gitu, yang ada gue di siksa tuh sama temen lo!" Ujar Sica kesal.
"Elo yang bacot! Pangeran macam gue nyiksa rakyat jelata macam lo?! Iyuww nggak level banget!" Balas Bara dengan muka seolah menahan jijik.
"Ck. Apa gue bilang juga, stop buat romantis-romantisan di depan gue. Kaya drama korea aja kalian pada!" Ujar Semi kesal, kemudian pergi ke sisi Dandi yang menurut nya waras.
"Sohib lo kenapa lah?" Tanya Sica pada Bara.
Bara mengedikan kedua bahunya tanda tidak tahu. "Kobam kali." Ucap nya asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )
FantasiaTernyata, kedatangan Sica di dunia novel tidak terlalu mengecewakan. Dari awal yang menjengkelkan, berubah menjadi momen yang begitu berkenang. Baginya, jika takdir itu tidak terjadi, maka Sica tidak akan pernah bertemu dengan Bara. Sosok tampan yan...