TUJUH BELAS

2.4K 347 18
                                    

"BAAAAAA!!!"

"AKHH SETAN LO MONYET!!"

Bara mengelus dada nya lantaran terlalu kaget dengan kedatangan Sica yang muncul tiba-tiba di bawah tangga menyerupai suster ngesot. Apa lagi dengan sengaja, Sica membuat rambut panjang nya menutupi seluruh wajah, membuat kesan menyeramkan dengan di barengi teriakan mengagetkan.

"Bhahahaha, rasain lo!! Siapa suruh pulang malem!!" Seru Sica kesenangan karena rencana nya berhasil untuk menakut-nakuti Bara.

"Bego!! Kalo gue punya penyakit jantung gimana??!" Sentak Bara kesal. Ekspresi wajah nya sangat masam untuk di pandang.

"Ya maaf, soal nya dari tadi gue tungguin pulang lo nya nggak pulang-pulang!!!" Sungut Sica kesal. Pasal nya sudah lewat tengah malam, tapi Bara belum juga pulang. Mana di rumah sepi lagi, bunda dan ayah nya Bara tidak ada dirumah karena sedang mengontrol perusahan di luar negeri.

"Siapa suruh nunggu gue!!?" Ujar Bara kesal. Setelah mengatakan itu, Bara pun melanjut kan langkah nya yang terhenti menuju kamar nya dan di ikuti oleh Sica.

"Takut tidur sendiri." Cicit Sica. Entah karena apa ia malah takut tidur sendiri sekarang, padahal waktu di dunia nya dulu, dirinya sering tidur atau pun tinggal sendiri. Atau itu mungkin karena Sica sudah terbiasa tidur berdua dengan Bara.

"Cih, gitu aja takut!" Ketus Bara.

Sica mendelik tidak suka akan ucapan Bara barusan. "Lo juga barusan takut, baru aja gue gituin, belum ketemu yang asli!" Ujar Sica.

"Gue bukan takut ya, tapi gue lebih ke kaget gara-gara lo keluar di balik tangga terus teriak!!" Jelas Bara kesal.

Sungguh, ia sama sekali tidak takut dengan mahkluk halus seperti itu. Karena ya gitu, kalau kita merasa tidak pernah mengganggu mereka, untuk apa takut.

"Ohhhhh gue kira takut." Ucap Sica kemudian naik keatas kasur setelah mereka nyampai di kamar Bara.

"Eh tapi, itu muka lo kenapa?" Tanya Sica bingung ketika melihat luka lebam di sudut bibir Bara. Memang sih hanya ada dua tapi itu sangat mencolok di wajah Bara yang putih.

"Di pukul." Terang Bara, tadi waktu berkelahi dengan Rider ia pun sempat terkena dua pukulan.

"Isss nakal ya lo! Lapor bunda nih!!" Seru Sica.

Bara berdecak kesal. Dasar bocil, begitu saja langsung lapor. "Ck. Cepu banget sih lo!!".

"Gak papa lah, yang cepu juga gue!!" Seru Sica tidak terima.

"Dari pada bacot lo nggak bermutu, mending lo obatin nih luka gue!! Perih tau!" Titah Bara sembari menyodorkan kotak P3K pada Sica.

"Berantem aja kemauan sendiri, masa ngobatin nya nyusahin orang!!" Ketus Sica. Tapi tak urung ia pun mulai mengobati luka di sudut bibir dan pelipis Bara.

"Sttst perih anjir!" Gerutu Bara.

"Ya tahan lah!!" Kesal Sica yang masih berusaha sabar untuk mengurusi Bara.

"Mangkanya lo pelan-pelan bocil!!" Sentak Bara kesal. Tangan nya menoyor jidat Sica kesal.

"Ihhh bukan nya berterima kasih, malah noyor kepala gue lagi lo!!" Ujar Sica kesal.

"Bacot ah." Ketus Bara.

Sudah hampir beberapa menit suasana berubah menjadi hening, Sica yang sedang serius mengobati luka Bara, dan Bara yang sedang serius memperhatikan wajah Sica.

"Nah udah beres!" Ucap Sica memecah keheningan di antara mereka.

Bara berdehem pelan. "Hemm thanks!"

Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang