DELAPAN BELAS

2.4K 360 33
                                    

"Nanti di kumpulin nya minggu depan kan?" Tanya Sica pada Alif, ketua kelas X IPA2.

"Iya, kalo mau bareng-bareng nanti telpon aja gue!" Ujar Alif sembari tersenyum ramah kearah Sica.

" Hehehe lo mah tau aja, kalo git-"

"Keluar cepetan!" Ucapan Sica terpotong kala seseorang tiba-tiba saja menarik tangan nya pelan.

Sica menoleh dan mendapati Bara yang sedang menarik tangan kanan nya menuju luar kelas.

"Mau ngapain?" Tanya Sica bingung. Tadi pagi saja dia marah-marah kepada nya, dan sekarang malah datang tiba-tiba terus menarik tangan nya untuk mengikuti cowok itu.

"Ke kantin! Lama banget lo gue tungguin di depan kelas!" Ketus Bara tanpa menoleh kebelakang.

"Loh, bukan nya baru bel istirahat ya? Kok lo bisa sampe lama nunggu?" Bingung Sica. Ia menatap punggung Bara yang masih tetap berjalan di depan nya dengan tatapan curiga.

"Serah gue dong, mau dua menit pun bagi gue tetep lama!! Apa lagi nungguin lo!!" Ujar Bara ketus.

Sica mendengus kesal mendengar itu. Apa ada yang salah dengan otak cowok di depan nya ini, dari tadi pagi terus saja berkata ketus kepada nya. Emang nya apa yang Sica lakukan hingga membuat Bara terlihat kesal padanya.

"Ya ane-"

"Bara?" Ucapan Sica lagi dan lagi terpotong. Cuman kali ini bukan terpotong gara-gara Bara. Tapi ucapan nya terpotong gara-gara gadis dengan rambut sebahu yang lurus di depan mereka ini.

Langkah mereka terhenti, lebih tepat nya langkah Bara. Karena sedari tadi Sica hanya mengikuti kemana saja Bara membawa nya. Sica memandangi gadis ber-almameter osis yang kini tengah menatap nya juga, ah atau lebih tepat nya tengah menatap Bara.

Sica bisa merasakan jika pegangan tangan Bara pada tangannya menegang. Atensi Sica beralih pada ekspresi Bara di sampingnya. Tapi Sica tidak bisa membaca ekspresi Bara saat ini, karena entah kenapa ekspresi yang di tunjukan Bara sulit untuk di baca.

Ahhhh Sica tau sekarang siapa gadis cantik di depannya ini. Apa mungkin gadis ini yang di ceritakan sebagai penyebab seorang Baratama abigail merasakan cinta bertepuk sebelah tangan.

Amanda.

Nama itu, nama yang seharusnya sudah ia pikir kan cara menjauhkan nya dari Bara agar cowok itu tidak pernah merasakan sakit hati gara-gara patah hati. Tapi seperti nya Sica sudah terlambat, atau ia bisa merubah alur ini agar Amanda pun sama-sama mencintai Bara? Karena ini masih terlalu awal dari berjalan nya rasa cinta Amanda.

Gadis itu mencintai Daffa saat di adakan nya kemah. Karena di saat itu lah Amanda melihat Daffa dengan berani melawan penjahat suruhan musuh geng Afca, yang mencoba menghentikan jalan nya bus yang menuju tempat kemah.

Padahal kalau di pikir lagi, tidak hanya Daffa yang melawan penjahat itu. Masih ada yang lainnya termasuk Bara dan ketua osis. Dan saat ini, bukan kah Amanda sempat menyukai Bara? Ya!! Itu benar, Amanda sempat mengagumi Bara karena cowok itu pernah menolong nya.

Padahal di setiap Amanda mengalami kesusahan, Bara selalu ada untuk menolong. Bara itu pengamat yang ahli, dia selalu memerhatikan orang apa lagi jika orang itu yang dia suka.

Amanda berjalan mendekat kearah mereka berdua. Kemudian tersenyum sebentar kearah Sica. "Hai!" Sapanya.

Sica balas tersenyum canggung kearah Amanda. "O-oh hai!" Balas Sica.

Tatapan Amanda beralih kearah Bara. "Bar, bisa bantuin gue bentar gak?" Tanya Amanda penuh harap.

Bara masih diam saat Amanda bertanya kearah nya. Karena kesal, Sica pun menggoyang kan tangan Bara yang masih menggenggam nya sampai cowok itu tersadar dari diam nya. Bara menatap Sica dengan tatapan yang sulit di artikan oleh Sica. Kemudian kembali menatap Amanda.

Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang