Sudah hampir dua minggu Sica bersekolah di SMA Buana Harapan (BH). Dan selama itu juga ketenangan Sica terganggu dengan ada nya seorang Baratama abigail, kemanapun Bara pergi, disitu juga harus ada Sica. Sica sudah macam babu saja, atau mungkin Bara sering menyebut nya pembantu pribadi.
Sebenar nya Sica sangat malas mengikuti Bara kemana-mana, di kantin pun dirinya harus ada di sebelah Bara. Otomatis Sica pun selalu ada di lingkaran geng Afca, dan itu tentu saja membuat semua orang iri terhadap nya.
Tak jarang jika Sica sedang berjalan sendiri di koridor sekolah, banyak orang yang mencibir nya terang-terangan. Tapi entah kenapa, grup Sabrina selalu tidak mempermasalah kan soal ini.
Apa lagi jika Sica ikut kumpul di meja geng Afca, Sabrina terlihat fine-fine saja. Tapi jika Vika dan Luna ada di antara lingkaran mereka, pasti Sabrina akan beraksi dengan menjadi seorang Queen bullying.
Tidak tanggung-tanggung, Sabrina langsung menyiram tubuh Vika dengan kuah bakso yang baru saja di beli oleh seorang siswi. Kemudian dia kembali menyiramkan es teh manis ke wajah Vika sembari berteriak,
"MUKA INI YANG HARUS DI ANCURIN SUPAYA NGGAK BANYAK ORANG YANG KETIPU!!" Teriak Sabrina berang, tatapan mata nya sangat tajam hingga membuat orang bergidik ngeri.
Begitupun Sica yang saat ini sedang duduk tidak jauh dari tempat Sabrina membully Vika atau lebih tepatnya di sebelahnya. Tak terbayang rasa nya jika kuah panas bakso itu terkena tubuh nya, bisa-bisa Sica berteriak nyaring sambil guling-guling di lantai.
"STOP SABRINA!!" Teriak Daffa tajam, Sabrina tersentak kaget. Lalu gadis itu menoleh kearah lelaki yang dirinya cintai itu dengan mata yang berkaca-kaca, Sica tercengang. Sejak kapan seorang antagonis seperti Sabrina menangis. Bukan hanya Sica yang tercengang, tapi mereka yang menyaksikan nya pun ikut tercengang, pasalnya Sabrina itu tidak pernah menampilkan ekspresi menyedihkan seperti itu.
Daffa yang di tatap seperti itu oleh gadis yang mencintainya pun tak kalah tercengang. Sekejam apapun dirinya memperlakukan Sabrina, dia tidak pernah melihat Sabrina dengan mata yang penuh dengan kesedihan seperti ini.
Di mata gadis itu hanya terpancar rasa cinta saat menatap nya dan memancarkan kebencian ketika melihat Vika. Tapi lihat lah sekarang, gadis itu bersikap begitu menyedihkan dengan mata yang berkaca-kaca tanda air mata yang menumpuk dan siap meluncur bebas dari kelopak mata nya.
"Kenapa? KENAPA SELALU AJA DIA YANG KAMU BELA?? KAMU LUPA? KAMU LUPA KALO AKU SAHABAT KA-"
"STOP SABRINA!!" Potong Daffa dengan berteriak berang. Tangan nya mengepal kuat karena menahan emosi, cowok itu menatap tajam Sabrina.
"Stop urusin hidup gue, karena sampai kapan pun gue nggak bakal suka sama lo!" Ujar Daffa dengan penekanan di setiap katanya.
Sica melongo mendengar nya, jika Sica tidak ingat kalau sekarang ini dirinya berada di dalam dunia novel, sudah Sica pukul wajah datar Daffa dengan pantat panci yang gosong milik bi Imah pembantunya dulu.
Sok kegantengan sekali cowok ini, belaga menolak pesona sang antagonis yang melebihi protagonis wanita. Jika Sabrina saja yang cantik seperti itu di tolak, bagaimana dengan Sica yang burik nya tidak tertolong ini, pasti sebelum mulai berjuang sudah ada saja batu yang menyandung nya hingga jatuh dan kembali dari mimpi tinggi nya bahwa lebih baik diam sebelum tersakiti oleh kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghancur Suatu Alur Cerita ( REVISI )
FantasyTernyata, kedatangan Sica di dunia novel tidak terlalu mengecewakan. Dari awal yang menjengkelkan, berubah menjadi momen yang begitu berkenang. Baginya, jika takdir itu tidak terjadi, maka Sica tidak akan pernah bertemu dengan Bara. Sosok tampan yan...