Chapter 3 : Surprising recognition

5.1K 657 14
                                    




"Kenapa kau masih di sini?" Krystal mendelik kesal ke arah Jaehyun yang duduk dengan kaki bersilang dan tangan bersedekap. Sorot matanya tertuju pada satu titik di mana Doyoung sedang berjalan tertatih dengan memegang salah satu tiang besi yang disediakan oleh Jongin.

Melihat hal itu, Jaehyun tahu bahwa Doyoung tidak mengalami kelumpuhan total di kakinya. Hanya butuh beberapa kali latihan, sepertinya laki-laki itu akan bisa berjalan kembali. Jaehyun tersenyum sinis yang berhasil ditangkap oleh saudarinya.

"Apa yang kau rencanakan?" seru Krystal yang bisa melihat rencana jahat di balik tatapan dan senyuman adiknya.

"Berapa lama lagi ia bisa berjalan?" Jaehyun mengabaikan pertanyaan Krystal, ia merasa pertanyaan Krystal tidak penting dan.. ia tidak ada kewajiban untuk menjawabnya. Yang paling penting tanpa ia menjawab pertanyaan saudarinya itu, Jaehyun yakin kakaknya itu sudah mengetahui jawabannya.

"Aku sedang bertanya padamu, Je?!" sentak Krystal, memaksa Jaehyun agar menoleh ke arahnya.

Jaehyun menatap Krystal dengan wajah tenang, namun Krystal tahu di balik wajah tenang itu tersimpan banyak rencana jahat yang tersembunyi. Krystal tahu, Jaehyun bukanlah pria bodoh, laki-laki itu pasti tahu bahwa Doyoung akan bisa kembali berjalan.

"Tidakkah kau merindukanku? Hampir lima bulan kita tidak bersua."

"Kau mengabaikan panggilan, pesan, bahkan e-mail dariku. Masih pantaskah kau untuk dirindukan?"

"Aku berlibur ke Dubai," Jaehyun mengumumkan.

"Bersemedi di gurun pasir?" sarkas Krystal yang di angguki santai oleh Jaehyun.

"Dan bertanya pada pasir serta angin yang tidak memberikan kesejukan sama sekali, ada apa dengan keluargaku, kenapa mereka menahan laki-laki itu, laki-laki yang seharusnya mendapat hukuman karena sudah membunuh kekasihku, pusat kebahagiaanku. Aku bertanya-tanya, apakah kebahagiaanku tidak begitu penting untuk saudari dan ipar ku?" Jaehyun menatap Krystal tepat di maniknya. Menatap dengan penuh intimidasi.

Tersirat luka di kedua mata sekelam malam yang terlihat sangat dingin itu. Jaehyun persis terlihat seperti dahulu sebelum bertemu dengan Jisoo. Dingin dan tak terjamah.

"Apakah kemarahan mu akan mengembalikan Jisoo?–.."

"Apakah kau bisa memastikan Jisoo-ku bahagia di alam sana? disaat kematiannya terasa tidak adil?!" Sinis Jaehyun dengan menyalip cepat kalimat Krystal yang menggantung di udara.

"Yang pasti Jisoo-mu tidak akan bahagia melihatmu tersiksa. Terkurung dalam kemarahan dan dendam yang tidak akan membuat semuanya membaik."

"Bijak sekali kalimat mu," puji Jaehyun namun tidak sungguh-sungguh dengan pujiannya. Wajahnya terlihat bengis saat melontarkan kalimat tersebut.

"Wanita memang racun dunia, tapi pria itu benar-benar memuakkan!" Jaehyun menjeda ucapannya sesaat menunggu reaksi Krystal atas pernyataannya itu. "Tentunya itu tidak berlaku pada Jisoo-ku," imbuhnya begitu melihat mulut Krystal bergerak untuk bersuara, ia terka sang kakak akan mengeluarkan protesnya.

"Lalu bagaimana denganku?"

Jaehyun mendengus, "No comment!"

"Kau menyayangiku, aku tahu itu,"

"Dan aku benci fakta itu!" Jaehyun tersenyum tipis. Ya, ia sangat menyayangi Krystal.

Krystal adalah kakak yang sangat baik baginya. Selalu ada disaat ia membutuhkannya. Wanita yang mengusap air matanya di kala ia menangis merindukan kasih sayang seorang ibu. Krystal jugalah yang akan mengobati lukanya saat ia dengan sengaja melukai dirinya guna mendapat perhatian dari ibunya yang nyatanya tidak akan pernah menoleh padanya sekalipun darah bercucuran dari tubuhnya.

Here's your perfect | JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang