Chapter 19 : Courage

4.3K 585 66
                                    





Dalam beberapa menit entah sudah berapa kali Jaehyun dibuat terkejut oleh perubahan sikap Doyoung yang terlihat menantang. Masih sangat jelas dalam ingatannya beberapa jam yang lalu pria itu memohon dan menangis agar dikasihani.

Ya, Jaehyun akui tindakannya yang meminta Doyoung untuk 'tidur bersama' sangat tidak bisa dimaafkan. la benar-benar bertindak seperti seorang bajingan kurang ajar.

"Heh, siapa yang peduli? Bukankah pria itu juga sudah membuat kekacauan di dalam hidupku." Dengan kasar Jaehyun mengambil satu batang rokok dan mengisapnya dalam, menghembuskan asapnya ke udara. "Ck!" membuang rokok tersebut dengan geram karena ternyata rokok tersebut pun tak mampu menenangkannya.

"Terbiasa dengan sentuhannya? Argh!Kurasa aku sudah mulai gila. Dan apa yang merasuki pria itu, kenapa ia terlihat begitu berani dalam sekejap?" Jaehyun tidak menemukan jawaban dan berakhir dengan mengacak rambutnya frustasi.

"Sepertinya bukan pria itu yang bermasalah, tapi aku," gumamnya sembari menundukkan kepala dengan kedua tangan yang memegang pagar besi pembatas balkon.

Jaehyun mengembuskan napas dalam, ia tidak bisa mengelak lagi. Sepertinya memang dirinya lah yang bermasalah. Dulu, sentuhan Jisoo selalu mampu menenangkannya. Tapi, tidak untuk malam ini. Ya, ia akui ia menikmati sentuhan Jisoo, ia bahkan sangat menikmatinya dan baginya Jisoo masih sama. Wanginya memabukkan dan bercumbu dengannya sangat menyenangkan.

Meski malam ini tidak ada yang terjadi selain ciuman panas di atas ranjang. Tidak ada ketenangan yang ia dapatkan seperti biasanya. Hanya rasa senang namun tidak puas.

Bingung dengan apa yang dirasakannya, ia melangkahkan kaki keluar kamar menuju kamar Doyoung. Entah jawaban apa yang
akan ia cari di sana. Namun, bukannya menemukan jawaban, Doyoung dengan beraninya menjengkelkan dirinya, menuding bahwa Jaehyun sudah mulai terbiasa dengan sentuhan pria itu.

Jaehyun tidak menerima tuduhan tersebut, tapi lidahnya kelu untuk membantah. Untuk itu lah ia melampiaskan kemarahannya terhadap pintu yang tidak berdosa itu.

Lenguhan Jisoo membuat Jaehyun menoleh ke arahnya. Pria itu pun tersenyum lalu melangkah mendekat. Naik ke atas ranjang dan membawa Jisoo ke dalam pelukannya.

Untuk saat ini ia tak ingin berpikir terlalu keras tentang hal tak penting, ada Jisoo yang lebih penting saat ini.


. . .

Kejutan lagi di pagi hari. Jaehyun mematung di pertengahan anak tangga bersama Jisoo yang ada di dalam gendongannya.

Di bawah sana, terlihat Doyoung sedang mengaduk kopi untuk suaminya –Jaehyun. Dan ya sejak kapan ruang utama menjadi ruang makan. Tidak hanya kopi yang tersaji di sana tapi juga sarapan.

Sebelumnya Jaehyun memang meminta Doyoung untuk menyiapkan keperluannya layaknya seorang istri juga membuat kopi serta sarapan untuknya. Tetapi, sebelumnya Doyoung tidak selalu melakukannya, dan ya, karena Doyoung selalu terlambat bangun.

Selalu ia yang ditunggu di meja makan. Tapi berbeda dengan hari ini, pria manis itu bahkan terlihat sudah rapi. Tidak mengenakan Piyama kebesarannya lagi seperti biasanya.

Jaehyun benar-benar dibuat bingung, apakah selama ini ia salah mengenali Doyoung. Pria yang selalu diam saat ia menindasnya, bahkan tidak membantah saat pengadilan menyatakannya bersalah dan menangis histeris dikala Jaehyun hendak menyentuhnya.

"Istrimu melakukan tugasnya dengan baik," sindir Jisoo dengan nada cemburu yang tidak bisa ia sembunyikan.

Jaehyun mengalihkan tatapannya dari Doyoung ke wanita yang ada di dalam gendongannya, "Tidak ada yang sebaik dirimu." Tukas Jaehyun dengan senyuman menenangkan.

Here's your perfect | JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang