Doyoung terbangun karena merasa tenggorokannya kering. Cacing-cacing manja di perutnya juga berdemo minta di kasih jatah. Wajar saja, mengingat Doyoung memang melewatkan makan malamnya dan bukan hanya makan malam, makan siangnya juga terlewat begitu saja karena Jaehyun menyeretnya dari rumah sakit saat jam makan siang.
Duduk dari pembaringannya, Doyoung meraba nakas yang ada di sampingnya. Tidak ada apa-apa selain sebuah jam weker. Doyoung meraba sisi tempat tidur di sebelahnya dan tentu saja kosong karena Jaehyun tertidur di bawah.
Menyadari Jaehyun tidak tidur bersamanya, Doyoung segera berpindah tempat, berharap nakas yang berada di sisi lain tempat tidur terdapat air minum. Ternyata sama saja, hanya ada lampu hias.
Doyoung hanya tidak mengetahui bahwa Jaehyun melarang pelayan untuk menyediakan air minum di dalam kamar guna menyulitkan Doyoung. Jaehyun juga tidak berniat sama sekali untuk tidur di atas ranjang yang sama. Ia tidak sudi.
Tidak menemukan air, akhirnya Doyoung memilih untuk melanjutkan tidurnya. Namun matanya enggan untuk kembali terpejam. Bukan hanya tenggorokannya yang meminta agar dibasahi melainkan cacing-cacing di perutnya juga.
Mau tidak mau Doyoung memilih nekat. la menurunkan kaki dari atas ranjang, berjalan perlahan menggapai pintu sambil mengucap doa semoga ia tidak termakan jebakan betmen Jaehyun yang bisa saja mencelakainya.
Lolos keluar dari kamar tanpa ada hambatan dan benturan, ia bernapas lega. Doyoung menduga di kamarnya tidak memiliki banyak perabotan. Tadinya ia khawatir Jaehyun melakukan hal gila dengan sengaja menyusun perabotan di dalam kamar agar ruang geraknya menjadi sempit.
"Beberapa meter dari pintu kamar, harusnya menuju tangga. Semoga aku tidak terjun bebas dan semoga saja suamiku tidak terbangun dan melemparkan kelereng," gumamnya hinga tangannya menggapai pinggiran tangga.
Dengan penuh hati-hati dan jantung yang berdebar tidak karuan, Doyoung mulai menuruni tangga sambil menghitung anak tangga agar ia terbiasa.
Beberapa kali ia hampir terjatuh, dan hal itu membuatnya semakin mengerti jarak antara satu anak tangga dengan anak tangga lainnya. Di dua anak tangga terakhir, Doyoung pun terjatuh. Bukan tanpa sebab, tapi pria itu terkejut mendengar suara Jaehyun.
. . .
Jaehyun kecil dengan baju dan sepatu penuh lumpur berlari masuk melewati ruang utama hingga lumpur di sepatunya meninggalkan jejak yang sangat jelas tercetak di lantai.
Jung Soyeon, wanita angkuh yang tidak lain adalah ibunya dan juga Krystal sedang berada di ruang utama bersama beberapa temannya, sedang bergosip ria, hingga salah satu temannya menyadari kehadiran Jaehyun dan mengadukannya kepada Soyeon.
Soyeon menoleh dan air wajahnya berubah 180 derajat begitu melihat sosok Jaehyun yang sangat kotor.
"Aku dan beberapa temanku sedang bermain bola dan aku memenangkannya, Eomma." Jaehyun berlari mendekati ibunya dengan wajah berbinar. la memenangkan pertandingan, seperti ibu-ibu lainnya yang sangat antusias menyambut kemenangan putra-putra mereka, Jaehyun mengharapkan respon yang sama.
Namun, saat Jaehyun sudah berdiri di hadapannya, Soyeon dengan mata melotot segera menarik telinganya, bahkan mencengkram anak rambut di sekitar telinganya. Bayangkan betapa sakitnya itu.
"Sa-sakit, Eomma," adunya dengan berusaha menahan tangisannya. la tidak ingin menjadi pria yang cengeng karena ibunya mengatakan bahwa ia membenci tangisan seorang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here's your perfect | Jaedo
Romance[END] My first Jaedo Fanfiction JH (Dom) DY (Sub) Disclaimer!!! - not true story alias halu! - bxb - genre: drama (romansa) - pairing: Jaehyun x Doyoung (Jaedo) - konten dewasa⚠️