Chapter 13 : What is a karma?

5.1K 599 81
                                    





"Aa–aku Doyoung," Doyoung perlu menegaskan karena berulang kali pria itu terus mengigau memanggil nama Jisoo. la juga khawatir Jaehyun tidak menyadari hal itu mengingat pria itu dalam pengaruh alkohol dan tentu saja ia juga takut Jaehyun menyakitinya dengan tuduhan mendekatinya.

"Aku tahu. Diamlah!" Jaehyun memeluk erat tubuh Doyoung.

Mendengar penegasan Jaehyun, Doyoung bernapas lega. Tangannya terulur mengusap lembut kepala Jaehyun berharap usapannya mampu menenangkan pria itu. Ya, tubuh Jaehyun masih bergetar hebat akibat mimpi buruk yang cukup mengguncang mentalnya, napasnya juga masih memburu hebat.

Merasakan sentuhan Doyoung di kepalanya, Jaehyun semakin mengeratkan pelukannya, membenamkan kepalanya di ceruk leher Doyoung bahkan menghirup dalam aroma tubuh pria manis itu.

Napas Jaehyun mulai tenang dan terkendali. la juga terkejut dengan reaksi tubuhnya sendiri, tidak menyangka ada hal lain yang mampu menenangkannya dari mimpi buruknya selain Jisoo bahkan dengan cara yang sangat berbeda.

Satu sisi Jaehyun merasa bersyukur ada seseorang yang bisa menyelamatkannya dari ketakutannya tapi sisi dirinya yang lain memaki dan mengumpat, kenapa malah orang yang mampu menenangkannya malam ini adalah Doyoung, pria yang sangat ia benci.

Akh, ingin rasanya ia melepaskan pelukan tangannya dari tubuh Doyoung dan melempar kasar pria buta itu. Namun, ia tidak melakukannya dengan alasan yang bahkan tidak ia ketahui.

Takut? Astaga, Aku benci kenyataan ini. Jaehyun mencemooh dirinya sendiri.

Disaat Jaehyun berperang dengan hati dan pikirannya, Doyoung justru jatuh tertidur dan mulai mendengkur halus.

"Kau tidur?" tanya Jaehyun dan mulai mengendurkan pelukannya. Tidak ada sahutan dari Doyoung membuat Jaehyun melepaskan pelukan mereka. Dan benar saja, Doyoung memang sudah tertidur.

"Beraninya kau tidur. Hei buta!" Jaehyun tidak benar-benar membangunkannya, ia justru mengubah posisi Doyoung agar nyaman dalam tidurnya, bahkan teriakannya pun hanya terdengar berupa bisikan. Untuk sesaat ia menatap wajah Doyoung dengan ekspresi datar sebelum akhirnya ia berdiri dan membawa Doyoung naik ke kamar.

Sungguh, Jaehyun benci dengan sikapnya yang memberikan perhatian kecil pada Doyoung, namun nalurinya menolak untuk menyakiti pria itu malam ini. la akan bersabar untuk esok hari.

"Anggap ini sebagai ucapan terima kasihku padamu karena sudah berhasil membangunkan ku dari mimpi buruk." Jaehyun meletakkan tubuh Doyoung di atas ranjang, tidak hanya sampai di situ, ia juga menarik selimut untuk menutupi tubuh Doyoung.

Tangannya terhenti, begitu melihat memar yang sudah membiru di kaki mulus Doyoung.

"Harusnya aku tertawa." Gumamnya, bahkan setelah ia memaksa bibirnya menyunggingkan senyuman, otot bibirnya seakan enggan untuk bergerak.

"Baiklah, anggap saja malam ini sebagai ucapan terima kasih dariku." Jaehyun beringsut, berjalan mendekati nakas dan membuka lacinya untuk mengambil kotak P3K lalu mengeluarkan salep untuk mengobati memar di kaki Doyoung.

. . .




"Selamat pagi Nyonya." Yiseo menyapa riang. Wanita paruh baya itu menatap kagum pada Doyoung yang sudah bangun dan terlihat rapi.

Ya, Doyoung sudah mandi dan sedang mengenakan jubah mandi, menunggu seseorang membantunya untuk mengambilkan pakaian.

"Selamat pagi Bibi Yiseo. Tolong panggil saja, Doyoung."

Here's your perfect | JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang