"Selamat malam." Ujar Lunette berusaha melewati tubuh Niel, namun pria itu lagi-lagi menahannya.
"Ku tanya, kau dari mana?!" Niel terdengar marah.
"Arggghh! Benar-benar! Bisakah kau lepaskan tanganku?" Tanya Lunette kesal, "Aku jijik denganmu!"
Mendengar itu, rasa kesal Niel meningkat, ia pun tersenyum sambil menatap Lunette dengan senyuman sinis, "Kau tidak salah? Kau bahkan lebih menjijikan lagi." Ujarnya meremehkan.
Lunette tak menjawab, ia masih menatap datar pada Niel.
"Kau mengemis cinta kedua orang tua mu, dan bukankah kau seorang pelacur yang pernah menjual tubuh lalu bertaubat? Dan sekarang? Kau menganggap dirimu berharga, huh?"
Sakit? Tentu saja. Lunette tak menyangka Niel akan mengatakan hal itu, hal yang selalu Lunette pendam sekaligus hal yang Lunette sesali seumur hidupnya karena telah mengharapkan kasih sayang kedua orang tuanya.
Lunette terkekeh kecil lalu berkata, "Haha... Ya! Kau benar. Aku lebih menjijikkan karena mengharapkan hal itu, bahkan karena hal itu aku harus kehilangan mahkota ku yang berharga akibat pemerkosaan." Ujar Lunette.
DEG.
Niel tersentak mendengar ucapan Lunette barusan, sesuatu seperti menggerogoti hatinya hingga membuat bagian itu terasa di remas. Perasaan apa ini? Mungkinkah Niel merasa bersalah?
"Jadi, ku harap kau tidak akan pernah menyentuh ku, karena itu akan lebih baik untuk kita berdua nantinya." Lunette menghempaskan tangan Niel yang memegang lengannya, lalu wanita itu berbalik dan pergi ke kamarnya.
Di kamar, Lunette langsung membanting dirinya di tempat tidur, menyembunyikan wajahnya dengan bantal sambil terus menahan air matanya yang terus memaksa untuk keluar.
"Ku harap aku tak akan pernah jatuh cinta pada orang sepertinya. Tenanglah Lunette, kau pasti bisa! Hanya 3 tahun." Batin Lunette. "Semakin tinggi kau memanjat, semakin sakit bila kau terjatuh."
"Maka dari itu aku tak akan pernah berharap apapun padanya."
*****
Kini Niel tengah berdiri tepat di depan pintu kamar Lunette, entah sudah berapa lama pria itu berdiam diri di sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tangannya terulur hendak mengetuk pintu di depannya, namun niatnya ia urungkan, hal itu terus berulang hingga 2 jam lamanya.
"Apa aku keterlaluan tadi?" -Batinnya.
Niel menatap pintu di depannya, di dalam begitu hening, Niel tak dapat mendengar apapun, entah apa yang di lakukan Lunette di dalam, Niel sama sekali tidak tahu.
"Mungkin sebaiknya aku kembali besok." -Batinnya lagi.
Niel berbalik dan masuk ke kamarnya. Malam itu ia sama sekali tak bisa tidur karena terus menerus memikirkan Lunette, bahkan nafsu seksual yang setiap malam ia rasakan kini hilang entah kemana.
Keesokan harinya Niel bangun di siang hari karena ia tak bisa tidur sebelumnya, Niel langsung berlari ke kamar kecil dan membersihkan dirinya lalu bergegas ke kamar Lunette, namun Lunette tak berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced To Marry The Duke || 𝓐𝓭𝓾𝓵𝓽
Fantasy⛔ 𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 𝐂𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍𝐓 ᴅᴜᴋᴇ ɴᴀᴛʜᴀɴɪᴇʟ ᴇʀʜᴇ ʟᴜxᴀʀ, sɪ ᴘᴇᴛᴜᴀʟᴀɴɢ sᴇʟᴀɴɢᴋᴀɴɢᴀɴ ᴘᴇʀᴀᴡᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ᴋᴇʜɪᴅᴜᴘᴀɴ ᴍᴀʟᴀᴍ ʟɪᴀʀ ᴅɪ sᴇᴛɪᴀᴘ ʜᴀʀɪɴʏᴀ ʜᴀʀᴜs ᴍᴇɴɪᴋᴀʜ ᴋᴏɴᴛʀᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ʟᴜɴᴇᴛᴛᴇ ʏᴀɴɢ sᴜᴅᴀʜ ᴛᴀᴋ ᴘᴇʀᴀᴡᴀɴ. ᴅᴇᴍɪ ᴍᴇᴍᴇɴᴜʜɪ ᴋᴇɪɴɢɪɴᴀɴ ᴛᴇʀᴀᴋʜɪʀ sᴀ...