Aku mengernyit menatapnya, aku sungguh heran. Kemana perginya keberanian yang selama ini dia tunjukkan? Bukankah dia selalu melawanku? Kenapa dia tiba-tiba jadi selemah ini?Aku menarik tangannya yang berusaha menutupi wajahnya, dalam sekejap aku bisa melihat wajahnya yang memerah dan di penuhi air mata, bahkan dia semakin bergetar menatap ku.
"Tatap aku, Lunette." Pintaku, namun dia menatap ku enggan.
"Diam dan nikmati jika kau tidak ingin merasakan sakit." Ujar ku dingin. Dia hanya mengangguk pasrah sambil membuang wajahnya ke samping.
Aku benar-benar bingung, sangat bingung. Selama ini aku tak pernah berlaku lembut pada wanita yang tidur denganku, meski mereka perawan atau tidak, aku benar-benar tak pernah memberikan kelembutan pada mereka. Namun ini? Dia bahkan berhasil membuat ku berpikir dua kali.
Aku ingin melepaskan pakaian yang sekarang dia pakai, namun tangannya tiba-tiba terulur menahan tanganku, kami pun sontak saling bertatapan.
"Tunggu." Dia mendorong tubuhku dan bangkit lalu berjalan ke kamar kecil.
Aku menatap kepergiannya ke kamar kecil tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ahh! Mengapa aku membiarkannya?!
*****
Lunette
Aku terdiam di dalam kamar kecil tanpa tahu apa yang akan ku lakukan, pandangan ku turun menatap ke bawah dengan pikiran ku yang berkecamuk.
Jujur saja, sejak awal aku sudah menduga hal ini akan terjadi, cepat atau lambat kami akan menyatu. Karena kami adalah pasangan suami istri, walau hanya di atas kertas.
Meskipun aku tahu ini akan terjadi, namun aku sama sekali tak siap untuk itu, aku masih sangat takut. Aku takut kenangan menyakitkan itu akan kembali terulang. Memikirkannya saja aku tak bisa.
Aku takut jika aku menyerahkan tubuhku, maka hatiku juga akan ikut. Dan pada saat itu hanya aku yang akan tersakiti, akulah satu-satunya yang akan terluka. Aku tak ingin sakit hati saat melihatnya bersenang-senang dengan gadis panggilannya, dan aku tak ingin menjadi salah satu dari mereka. Itu bahkan lebih buruk dari pada kehilangan keperawanan karena kecelakaan.
"Lunette!" Aku bisa mendengar teriakannya dari luar sambil menggedor-gedor pintu di kamar kecil di mana ada aku di dalamnya.
Aku tak menjawabnya, aku berjalan ke arah bathub dan membersihkan diriku sebersih mungkin sambil terus berpikir. Apakah ini saatnya aku memenuhi tanggung jawab ku sebagai seorang istri? Inikah saatnya aku menjadi istri sesungguhnya seorang Duke Nathaniel Erhe Luxar?
Meski tak ada cinta di dalam pernikahan ini, setidaknya dengan kepuasan masing-masing. Apakah ini saatnya aku menghilangkan trauma rasa sakit akibat pemerkosaan itu? Tapi, bagaimana jika rasanya sama saja? Bagaimana jika hanya rasa sakit yang aku dapatkan sama seperti saat itu?
Tok! Tok! Tok!
"LUNETTE!" Teriaknya lagi.
Ahh, baiklah aku akan mencobanya! Lagi pula aku tak akan pernah tahu jika tidak mencobanya, bukan?
Aku hanya berharap, semoga aku tak akan menyesal karena menyerahkan tubuhku padanya, dan semoga dia akan menghilangkan kebiasaan buruknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced To Marry The Duke || 𝓐𝓭𝓾𝓵𝓽
Fantasy⛔ 𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 𝐂𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍𝐓 ᴅᴜᴋᴇ ɴᴀᴛʜᴀɴɪᴇʟ ᴇʀʜᴇ ʟᴜxᴀʀ, sɪ ᴘᴇᴛᴜᴀʟᴀɴɢ sᴇʟᴀɴɢᴋᴀɴɢᴀɴ ᴘᴇʀᴀᴡᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ᴋᴇʜɪᴅᴜᴘᴀɴ ᴍᴀʟᴀᴍ ʟɪᴀʀ ᴅɪ sᴇᴛɪᴀᴘ ʜᴀʀɪɴʏᴀ ʜᴀʀᴜs ᴍᴇɴɪᴋᴀʜ ᴋᴏɴᴛʀᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ʟᴜɴᴇᴛᴛᴇ ʏᴀɴɢ sᴜᴅᴀʜ ᴛᴀᴋ ᴘᴇʀᴀᴡᴀɴ. ᴅᴇᴍɪ ᴍᴇᴍᴇɴᴜʜɪ ᴋᴇɪɴɢɪɴᴀɴ ᴛᴇʀᴀᴋʜɪʀ sᴀ...