Aku tak bisa menjawab perkataannya lagi. Dia benar, aku tak menyukainya, dan dia sudah tak perawan, entah sudah berapa penis yang masuk dan memompa lubang kotornya itu.Tanpa ingin menjawab perkataan, aku segera bangkit dan pergi ke kamar kecil untuk membersihkan diriku sekaligus menenangkan milikku yang sudah meronta ingin di manjakan di bawah sana.
Setelah menyelesaikan masalahku, aku segera keluar dari kamar kecil dengan hanya memakai kain yang menutupi bagian bawahku, aku melihatnya sudah mengenakan gaun biru gelap, namun dia terlihat kesusahan di sana.
"Bisa kau bantu aku?" Tanyanya tanpa memedulikan penampilan ku sekarang. Jika gadis lain, mungkin mereka sudah terpaku dengan pipi yang bersemu sekarang, namun dia? Dia bahkan tak tertarik.
"Hmm." Jawabku dengan malas.
Aku berjalan ke arahnya dan berhenti tepat di belakang wanita itu, "Kaitkan pengaitnya di belakang, aku tidak sampai." Ujarnya.
Aku menyibak rambut hitamnya ke samping hingga terpampang lah leher jenjang dan indah tanpa cacat itu. "Jika ada yang melihat, mereka pasti akan mengira kita pasangan yang menikah karena cinta." Dia terkekeh.
Aku menatap ke arah cermin di mana ada pantulan kami di sana. Dia benar, jika di lihat dari posisi kami saat ini, tak di ragukan lagi orang-orang mengira kami benar-benar saling mencintai.
Aku tak ingin menjawab, aku segera menyelesaikan pekerjaan Ku, "Selesai, ada lagi?" Tanya ku tepat di telinganya, namun dia menggeleng.
Setelah itu aku berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian ku di sana, aku melepaskan kain yang terlilit di pinggang ku tepat di depannya. Dia menatap ku heran, bahkan dia menatap tubuh ku terang-terangan seolah tengah menilai.
Aku tahu dia tidak waras, namun bisakah dia menatap tubuh pria dewasa dengan begitu santainya? Dia memang tidak waras, tingkahnya membuat ku semakin yakin jika dia sudah melihat banyak kejantanan pria, memikirkannya saja membuat ku mual.
"Hmm.," Dia menatapku heran.
"........?"
"Besar juga, bagaimana jika bangunnya?" Ucapnya dengan enteng.
Aku tersentak kaget di buatnya, aku bahkan sampai tersedak ludah ku sendiri hanya karena mendengar kata-katanya itu. Wanita gila ini!
"Apa ada wanita baik-baik yang melihat kejantanan pria terang-terangan seperti mu?!"
Dia hanya tersenyum tanpa dosa ke arahku, "Aku tak pernah mengatakan jika aku wanita baik-baik." Jawabnya santai.
"Cepat pakai pakaian mu, apa kau tidak kasihan melihat adik kecil mu kedinginan?"
"Bisakah aku mencekik dan membunuhnya sekarang?"
"Besok aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan kamar untukmu, jadi malam ini kau akan tidur di sofa itu." Ujar ku, aku tak akan sanggup jika tinggal satu kamar dengan wanita gila sepertinya.
Tok Tok Tok
Krieettt...
"Kawan? Semua tamu sudah menunggu, ini waktunya tokoh utama pesta untuk muncul." Ujar Luxio yang saat ini tengah berdiri di depan pintu, untungnya aku sudah memakai pakaian ku lengkap.
"Kami datang."
"Kawan? Kalian terlihat serasi!" Ujar Luxio lagi.
"Kau berisik!"
Luxio memasuki ruangan dan berjalan menghampiri Lunette, "Apa kau tahu, Nona? Ku kira Nathaniel adalah homo." Ujarnya pada Lunette. Apa-apaan? Bukankah dia tahu kebiasaan ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced To Marry The Duke || 𝓐𝓭𝓾𝓵𝓽
Fantasy⛔ 𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄 𝐂𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍𝐓 ᴅᴜᴋᴇ ɴᴀᴛʜᴀɴɪᴇʟ ᴇʀʜᴇ ʟᴜxᴀʀ, sɪ ᴘᴇᴛᴜᴀʟᴀɴɢ sᴇʟᴀɴɢᴋᴀɴɢᴀɴ ᴘᴇʀᴀᴡᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ᴋᴇʜɪᴅᴜᴘᴀɴ ᴍᴀʟᴀᴍ ʟɪᴀʀ ᴅɪ sᴇᴛɪᴀᴘ ʜᴀʀɪɴʏᴀ ʜᴀʀᴜs ᴍᴇɴɪᴋᴀʜ ᴋᴏɴᴛʀᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ʟᴜɴᴇᴛᴛᴇ ʏᴀɴɢ sᴜᴅᴀʜ ᴛᴀᴋ ᴘᴇʀᴀᴡᴀɴ. ᴅᴇᴍɪ ᴍᴇᴍᴇɴᴜʜɪ ᴋᴇɪɴɢɪɴᴀɴ ᴛᴇʀᴀᴋʜɪʀ sᴀ...