04. FTMTD || Pernikahan

6.6K 768 67
                                    

Nathaniel

Acara pernikahan hampir di mulai, aku begitu bosan dengan acara sialan ini, begitu banyak gadis cantik yang kulihat tadi, aku ingin segera keluar untuk mencari mangsa baru untuk malam ini.

Aku membuat acara yang cukup besar, semua teman dan kenalan ku datang, begitu juga dengan para lady yang pernah menghabiskan malam dengan ku. Mereka terang-terangan memberikan ku tatapan menggoda, namun aku tak memedulikannya, karena aku tidak ingin tidur dengan orang yang sama dua kali.

Di tengah-tengah itu semua, tiba-tiba Cirrus datang mendekati aku, "Hey? Kau akan menikahi Lady Lunette, saudara kembarnya Lady Netta." Bisik Cirrus.

Aku tersentak, "Apa?" Tanya ku dengan emosi. Beraninya mereka melakukan hal ini padaku?!

"Tenanglah, itu karena Lady Netta melarikan diri." Bisiknya lagi.

Mendengar itu, aku semakin emosi di buatnya, apa mereka menganggap ku mudah? Mereka pikir mereka siapa berani menolakku? Akan ku pastikan kalian akan mendapatkan kejutan dariku.

Suara yang tadinya ramai tiba-tiba menjadi hening, bersamaan dengan itu seorang wanita bergaun putih dengan kepala yang di tutupin oleh veil sedang di tuntun oleh Merquess.

Melihat itu aku mulai di buat penasaran, apakah wanita ini sama cantiknya dengan Netta, gadis jalang sialan itu? Ataukah dia lebih buruk?

Bukankah dia melarikan diri dan jadi rakyat biasa? Kalau begitu dia pasti lebih buruk dari Netta bukan?

Namun aku tak perduli jika dia cantik atupun buruk rupa, yang ku pedulikan hanyalah kepuasan atas gairahku yang tak tertahankan ini.

Merquess dengan tak tahu malunya menyerahkan tangan putrinya padaku sambil tersenyum tanpa rasa bersalah, aku benar-benar muak menatapnya, namun aku terus menahan amarahku, aku tak ingin pesta ini di penuhi dengan darah.

"Demi tuhan, saya Nathaniel Erhe Luxar menerima engkau Netta Frandia Barca sebagai istriku dalam pernikahan yang--"

"Maaf, yang mulia. B-Bukan Netta, tapi Lunette Frandia Barca." Ujar Merquess dengan takut-takut.

Aku menatapnya tajam kemudian kembali menatap ke depan, "Saya Nathaniel Erhe Luxar menerima engkau Lunette Frandia Barca sebagai istriku dalam pernikahan yang suci, untuk di miliki dan di pertahankan sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka duka, sakit maupun sehat, untuk di kasihi dan di hargai sampai maut memisahkan." Ucapku lantang.

Setelah janji suci pernikahan itu di ucapkan, sekarang wanita di hadapan ku ini telah resmi menjadi istriku sekaligus Duchess Luxar. Namun dia hanyalah seorang istri dalam hukum, aku tak akan pernah memperlakukannya sebagai seorang istri, tak akan.

"Baiklah, Duke. Silahkan anda membuka veil pengantin anda." Ujar pendeta.

Tangan ku terulur menyentuh veil itu lalu mengangkatnya ke atas, dalam sekejap wajah itu kini terpampang jelas di hadapan ku, aku sampai tertegun di buatnya.

Dengan rambut hitamnya yang bergelombang, mata kuning seperti batu amber, juga kulit putihnya yang terlihat bersinar. Dia bahkan lebih cantik dari Netta.

Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya, dalam sekejap bibir kami bertemu, bibir manisnya membuat ku tak tahan ingin melumatnya, apalagi aku memang sudah menahan gairahku sejak tadi. Lama aku menciumnya, hingga tiba-tiba sebuah dorongan kecil ku rasakan di dadaku, dia mendorong ku menjauh.

Aku pun segera melepaskan pangutan kami, dia terlihat mengambil nafasnya, dalam. Apa-apaan? Apa ini ciuman pertamanya?

Suara tepuk tangan terdengar memenuhi kuil yang menjadi tempat pernikahan kami, sesungguhnya aku masih sangat kesal akan masalah ini, namun aku sadar di mana kami berada sekarang. Jika kami berdua, sudah pasti tanganku ini akan mendarat di pipi mulusnya itu.

Setelah acara pernikahan selesai, aku segera turun dari altar dengan menarik lengan istriku dengan kasar menuju kereta kuda untuk kembali ke kediaman.

Aku membawanya ke kamar ku lalu membanting tubuhnya di tempat tidur dengan begitu kasar, aku menarik veil yang ia pakai hingga membuat rambut hitamnya berantakan.

"Saya ingin bicara." Ujar ku tajam, aku masih kesal akan prilaku keluarganya padaku, mereka pikir siapa mereka berani menolakku? Sial.

"Tidak perlu seformal itu, aku sudah mengetahui semuanya, termasuk perjanjian kontrak." Jawabnya dengan datar.

Aku meremas tanganku kuat hingga membuat jari-jari ku memutih, aku mendorong wanita itu kasar hingga membuatnya terlentang di atas kasur lalu menindihnya sambil menatapnya dengan tajam.

"Aku sudah tidak perawan, kalau kau ingin tahu." Ujarnya tanpa dosa.

Aku mengernyit, apa wanita ini gila? Dia sungguh tidak waras. Dan prilakunya juga sangat berbeda dengan Netta, dia lebih kasar dan tidak lembut sedikit pun.

"Ha? Aku sudah menduganya saat melihat tubuh pelacur mu itu! Ku peringatkan padamu, jangan berharap padaku, dan jangan ikut campur dalam kehidupan ku." Tekan ku dengan kejam.

Awalnya aku ingin berbicara tentang penolakannya padaku, aku ingin membuatnya takut, namun aku mengurungkan niatku saat melihat tingkahnya yang memuakkan ini, dia seperti jalang.

"Tidak perlu di jelaskan, aku cukup pintar untuk memahami isi kontrak itu." Balasnya dengan acuh. Wanita ini seperti tak perduli dengan statusnya yang bisa menjadi janda kapan saja.

"Aku akan menceraikan mu jika waktunya tiba." Aku memerhatikan raut wajahnya.

"Status janda tidak begitu buruk. Lagi pula, aku memang sudah janda kau tahu? Aku bukanlah seorang gadis lagi." Ujarnya lagi.

Aku terdiam di buatnya, ada apa dengan wanita ini? Apa dia benar-benar gila? Saat bersama Netta, wanita sial itu terus menggodaku hingga membuat ku muak. Namun berbeda dengan wanita ini, dia seolah tak tertarik padaku bahkan sedikitpun. Mungkinkah dia tidak normal? Apa dia menyukai wanita--

"Aku masih menyukai batang, jadi berhentilah memikirkan hal yang tidak-tidak." Dia menjawab seolah tahu isi pikiran ku.

Tangannya terulur menyentuh dadaku dan mendorong, "Menyingkir."

Dia bangkit dan bangun dari tempat tidur, "Aku ingin mandi, di mana kamar kecilnya?" Tanyanya.

Aku menunjuk kamar kecil yang berada di dalam kamar, lalu wanita itu segera berjalan ke arah kamar kecil yang ku tunjuk.

Wanita ini benar-benar membuat ku takjub, mungkinkah dia wanita ajaib yang terlahir 100 tahun sekali? Dia sama sekali tak tertarik padaku, ini pertama kalinya aku merasa kalah oleh seorang wanita.

Namun jika di pikirkan kembali, bukankah ini baik? Jika dia mempertahankan sikapnya, mungkin kami bisa meneruskan pernikahan ini tanpa ada masalah selama 3 tahun ke depan. Dan dia tak akan mengganggu kehidupan malam ku.

Krieettt...

Pintu kamar kecil terbuka, dan dia keluar dengan memakai jubah mandi ku yang besar, saking besarnya jubah itu sampai memperlihatkan setengah payudara putihnya di tengah-tengah.

Aku kembali terdiam di buatnya. Sial, wanita ini benar-benar tidak waras. Dia sakit. "Mengapa kau memakai jubahku, bodoh?!" Tanya ku dengan tajam.

"Aku tak memiliki pakaian yang bisa di pakai di sini, lagi pula kau tidak mungkin bernafsu padaku bukan? Kau tidak menyukai ku, apalagi aku sudah tak perawan."

Bersambung.......

Kwkwwkk anjir
VOTE + KOMEN woy di tunggu

Forced To Marry The Duke || 𝓐𝓭𝓾𝓵𝓽 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang