Dalang teror?

1.4K 129 6
                                    

Happy reading✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading✨

"Ini mana dah penjahatnya? Kaki gue pegal nih, mana encok lagi!" gerutu Tio sambil memegang pinggangnya yang terasa pegal.

"Sabar njir, lagi ngopi kali tuh penjahat," sahut Cecep dengan mata yang terus menatap lurus.

Krekk...

Cecep dan Tio sama-sama terkejut mendengar suara yang berasal dari belakang mereka. Bulu kuduk mereka berdiri mengingat jika dibelakang mereka terdapat rumah kosong yang terlihat begitu menyeramkan.

"Gue udah bilang, jangan nunggu disini, ngamuk kan penjaga rumahnya!" omel Tio sambil mencengkram pundah cecep.

"Kalau gue tau kejadiannya kaya gini juga gue gak bakal mau nunggu disini," sahut Cecep menaikkan nada bicaranya.

"Terus ini gimana njir?!"

"Mending kita kabur sekarang daripada tuh setan makin ngamuk," ujar Cecep mendapati anggukan pertanda setuju dari Tio.

"Hitungan ketiga langsung cabut, jangan tengok ke belakang," intruksi Tio.

"Satu, dua, ti...."

"Lo ngapain nahan pundak gue?" tanya Cecep.

"Dih siapa juga yang nahan lo," ketus Tio.

Bughh...

"Anjing! Lo ngapain mukul kepala gue bangsat?!" tanya Tio dengan emosi.

"Yeh tangan gue dua-duanya disini njing!"

"Terus...."

Tio menoleh menghadap Cecep. "Jangan-jangan...."

Dengan badan gemetar Cecep dan Tio perlahan menoleh ke belakang. Mulut mereka saling berkomat-kamit membaca doa.

"Sialan gue lupa ayat kursi gimana," celetuk Tio lupa dengan ayat selanjutnya.

"Gini bodoh, Allahumma laka shumtu..."

Tio menonyor kepala Cecep kasar. "Itu doa buka puasa bego!"

"Terus ayat kursi gimana anjir?! Gue tiba-tiba kafir." Cecep menggaruk tengkuknya.

"Allahu laa ilaaha illaa Huwal Hayyul Qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa nauum, la Huu maa fis samawaati wa maa fil ardh, mann dzalladzii yasyfa’u ‘inda Huu, illa bi idznih, ya’lamu maa bayna aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiituuna bisyayim min ‘ilmi Hii illaa bi maa syaa’, wa si’a kursiyyuus samaawaati walardh, wa laa yauudlu Huu hifdzuhumaa, wa Huwal ‘aliyyul ‘adziiim."

"Aamiin," celetuk mereka berdua.

"Katanya lo lupa?" tanya Cecep pada Tio.

"Bukannya lo yang baca?"

Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang