Happy reading✨
Naya mengernyit mendapati Dion sudah didepan rumahnya dengan wajah babak belur. Gadis itu berlari kecil menghampiri Dion. Menelik setiap sudut wajah lelaki didepannya yang sangat berbeda dengan biasanya. Wajah tampan Dion kini berubah menjadi banyak bekas luka dan memar serta darah yang mulai mengering.
"Lo kenapa?" tanya Naya mengusap lembut sudut bibir Dion membuatnya meringis pelan.
"Jatuh," bohong Dion.
"Mana ada orang jatuh kaya habis digebukin warga satu komplek!" decak Naya kemudian menarik Dion untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Ceilaaahh dah ada cowok baru aja, noh si Bisma lo kemanain?" Niko datang dari dapur dengan segelas kopi. Tatapannya jatuh pada seorang lelaki yang asing baginya.
"Berisik lo!"
"Dih gue tanyain benar-benar juga."
"Bacot! Minggir, gue mau ambil p3k." Naya mendorong tubuh Niko kencang. Namun sama sekali tidak membuatnya terhuyung.
Niko menghampiri Dion. Menatap lelaki didepannya tajam. "Lo mau sama cewek modelan kaya dia? Adek gue tuh jarang mandi, kasar, terus tidurnya ngorok lagi," kata Niko sambil terkekeh.
"BANG MULUT LO GUE JEJELIN SAMPAH YA!" teriak Naya dari tempatnya.
Niko dan Dion terkekeh kencang mendengar Naya. "Lihat kan? Galak dia."
"Galak tapi ngangenin bang," celetuk Dion.
Niko terkikik geli, dasar anak muda sedang jatuh cinta pasti jadi bulol. Alias bucin tolol!
"Pesan gue, jagain dia. Jangan lo lukain adek gue atau lo bakal gue bunuh! Satu lagi, lo punya saingan berat dan lo pasti tahu siapa dia." Nicko menepuk pundak Dion kemudian berlalu ke kamarnya sebelum mendapat amukan dari Naya.
Naya kembali ke ruang tamu. Celingak-celinguk mencari keberadaan Abangnya.
"Si Niko tukang bacot kemana?"
"Kabur dia," kata Dion diakhiri dengan kekehan.
"Ya udah sini gue obatin dulu luka lo."
Naya duduk tepat disamping Dion. Menggeser tubuhnya agar bisa lebih dekat dengan cowok itu sehingga jarak keduanya terbilang sangat dekat. Naya membuka kotak p3k dan mulai berkutat dengan berbagai macam obat-obatan didalam sana.
"Pelan Nay," kata Dion ketika Naya hendak mengobati wajahnya.
"Giliran diobatin suruh pelan, tadi waktu lo berantem emang yang ninju lo pelan?" tanya Naya ganas.
Dion menggeleng pelan, membuat Naya menyentuh lukanya dengan sengaja.
"Akhh..." ringis Dion.
"Sakit?"
"Lumayan."
"Makanya gak usah berantem, lo pelajar bukan petinju!" omel Naya membuat Dion meringis.
"Cantik,"gumam Dion seraya memandang wajah Naya dari dekat.
"Kenapa?"
Dion menggeleng cepat kemudian memalingkan wajahnya. "Enggak."
"Udah," kata Naya sambil merapihkan obat-obatan itu.
"Kok cepet?"
"Mau yang lama?"
"Iya, biar bisa dekat-dekat sama lo," ucap Dion menatap dalam mata Naya yang begitu indah baginya.
"Sini, nih rasain!" Naya kembali menekan luka memar Dion membuat cowok itu meringis untuk kesekian kalinya.
"Rela gue dianiaya, asalkan bisa dekat sama lo," batin Dion.
"Lo kenapa senyam-senyum sendiri?" tanya Naya melihat Dion sedang tersenyum lebar.
"E-eh..." Dion dengan wajah cengonya langsung menggeleng.
Naya semakin mengernyit. "Kenapa?"
"Nay, mau keluar gak?" Bukannya menjawab pertanyaan Naya, Dion justru melontarkan pertanyaan lain.
"Boleh deh, gue bosen dirumah terus," sahut Naya setelah melihat jam di dinding yang baru saja menunjukkan pukul 20.00 WIB.
"Gue taruh ini dulu," kata Naya sembari menunjuk kotak p3k dan langsung diangguki oleh Dion.
Malam ini jalanan terlihat begitu ramai mungkin karena malam ini malam minggu. Banyak muda-mudi yang keluar sekedar untuk nongkrong. Ada juga pasangan remaja yang ngebucin di cafe atau di pinggir jalan.
Naya mengeratkan cardigan yang ia gunakan ketika rasa dingin menusuk masuk kedalam kulit mulusnya.
"Nay, lo udah makan?" tanya Dion dibalik helm full face miliknya.
"Hah? Lo ngomong apa?"
"Lo udah makan?" ulang Dion sedikit menaikkan nada suaranya.
"Iya," sahut Naya asal. Jujur saja dia tidak mendengar apa yang Dion katakan.
Dion terkekeh dibalik helm full face-nya. Menepikan motornya dipinggir jalan.
"Loh...loh..." Naya menepuk punggung Dion.
Dion memutar tubuhnya menghadap Naya yang masih setia duduk di jok belakang dengan wajah bingung.
"Gue tanya lo udah makan apa belum? Kenapa jawaban lo iya."
Naya membelalak, tangan kananya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "O-oh... Gue kira lo tanya apa."
Dion kembali terkekeh melihat wajah polos Naya. "Pertanyaan gue dianggurin nih?"
"Eh... Belum, gue belum makan."
"Oke." Dion kembali menjalankan motornya dan mengabaikan pertanyaan dari Naya.
"Makan dulu deh Nay. Lo gak papa makan ditempat kaya gini?" tanya Dion setelah sampai disebuah angkringan kecil dipinggir jalan.
Mata Naya berbinar senang dan menganggukkan kepalanya dua kali. "Gak papa, gue suka tempat kaya gini."
Dion tersenyum senang sembari memperhatikan wajah mulus milik Naya dengan bulu matanya yang lentik.
"Lo ngerasa gak sih, dua orang itu ngikutin kita?"
Dion mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Naya. Menyipitkan matanya guna memperjelas pengelihatannya. Di seberang sana ada dua orang lelaki dengan badan besar dan tegap sedanh menatap ke arahnya.
"Sialan!" batin Dion mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Naya.
"Perasaan lo aja Nay," ucap Dion dengan tenang.
"Mungkin," kata Naya mengabaikan dua lelaki disana.
TBC.
Lagi minim banget ide guys, jadi part kali ini gak jelas gitu xixixi.
Jangan lupa buat vote dan komen, huhu sedih banget minim vote sama komen.
Rar ada kepikiran buat unpublish cerita ini kalau vote sama komennya gak nambah, overthinking soalnya wkwk. Menurut kalian gimana nih?
See u.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISI
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM BACA] Happy reading✨ Bisma Aryandia Pratama cowok yang sempat menjalin hubungan dengan gadis bernama Naya Putri Anggraeni. Namun karena kebodohannya membuat hubungan mereka kandas ditengah jalan. Awalnya Bisma biasa saja ketika Naya...