Happy reading✨
"Kamu tau? Kemarin tuh Bisma galau banget gara-gara kamu jalan sama Dino-dino itu. Dia udah kaya gembel, duduk didepan pintu kamar sambil misuh-misuh gak jelas."
Bisma melotot tajam mendengar ucapan Evara yang jujurnya bukan main. Ia turun dari anak tangga sambil setengah berlari, bisa hancur reputasinya jika semua kejadian kemarin diceritakan ke Naya.
"Jangan dengarin Bunda," ujar Bisma membuat dua wanita itu terkejut karena kehadirannya.
"Lah, emang benar kan kamu kemarin kaya gembel lagi sakit hati," celetuk Evara membuat Naya terkekeh.
"Bun, jangan buka kartu dong. Malu-maluin aja," bisik Bisma.
"Halah biasa malu-maluin juga sok jaim!" cebik Evara mendorong bahu Bisma pelan.
"Nay, mending kita pergi ke mana gitu jangan disini." Bisma meraih tangan Naya hendak membawanya pergi.
"Mau dibawa kemana calon mantu Bunda?"
"Jalan-jalan, males disini. Bunda ganggu," ujar Bisma jujur.
Evara menatap sinis Bisma lalu berdecih. "Awas aja kamu ya, uang jajan kamu Bunda potong lima bulan!" ancam Evara sambil mengetik sesuatu diponselnya.
"Jangan dong Bun, ah Bunda gak asik ngancem gitu!"
"Biarin, salah siapa laknat jadi anak! Tau gitu Bunda buang kamu ke selokan biar kaya gembel beneran!"
Naya dan Bisma meringis mendengar ucapan Evara yang terdengar sangat dingin dan kejam seperti ibu tiri.
"Astaghfirullah, apa salah dan dosaku sayang?"
"Banyak, dosa kamu tuh banyak banget. Orang suka ngibulin Bunda!"
"Enggak Bun, mana pernah Bisma ngibulin Bunda. Bisma kan anak baik hati, rajin menabung dan tidak sombong."
"Kamu anak baik hati kan?"
Bisma mengangguk. "Iya."
"Besok pel atap rumah ya, jam dua belas siang."
Bisma melotot. Atap rumah? Yang benar saja!
"Gak sekalian pel atap rumah tetangga?" tanya Bisma sinis.
"Boleh juga tuh. Kemarin tetangga sebelah cerita atap rumahnya habis dikencingin kucing, kamu bersihin sekalian."
***
Icha dan Sisi memandang heran Naya yang terlihat berseri tidak seperti beberapa hari lalu. Dengan tidak sopannya Sisi mengangkat dagu Naya. Memicingkan matanya sembari menatap tiap inci wajah gadis itu.
"Lo kenapa? Muka lo seperti sedang memancarkan kebagahagian?" tanya Sisi membuat Naya mengerutkan dahinya.
"Apa sih lo? Gue gak kenapa-kenapa." Naya memalingkan wajahnya ke jendela kelas.
Plakk...
"Aduhhh... Sakit bego!" Naya mengusap keningnya yang baru saja terkena pukulan dari sahabat laknatnya itu.
"Maap, sengaja sih..." sahut Sisi kemudian terkekeh.
Naya melirik sinis Sisi sambil menggerutu kesal. Kalau aja ada pasar loak disekitar sini sudah dipastikan Naya akan menjual Sisi disana.
"Lo habis menang lotre Nay?" tanya Icha santai.
"Ngaco lo!"
"Terus lo kenapa?" tanya Sisi dan Icha bersamaan.
"Gak papa."
"Kek cewek aja lo jawab gak papa!" cibir Sisi dengan tangan sibuk memoleskan liptint ke bibir ranumnya.
"Lah gue emang cewek!"
"Oh iya, gue kira waria."
"Anjrit!" umpat Naya kesal.
"Jadi lo kenapa Naayyy??" gemas Icha memalingkan wajah dari ponselnya.
"Gue habis baikkan sama Bisma," sahut Naya sekenanya.
"Widiww, pantesan tuh muka bersinar udah kaya triplek masjid, ternyata balikan sama Bisma," ledek Sisi.
"Baikan bukan balikan!" koreksi Naya ngegas.
"Whatever, nanti juga balikan. Ya, kan Cha?"
Icha yang tengah sibuk dengan ponselnya lantas mengangguk. "Iya."
"Lo tumben main handphone terus?" tanya Naya memicingkan matanya.
"Jangan-jangan lo punya cowok tapi gak cerita sama kita, ngaku lo! Atau kalian backstreet?" cecar Sisi heboh. Ia sudah duduk disamping Icha sesekali mengintip ponsel sahabatnya.
"Bacot banget lo! Nih gue lagi buka gc ml, ntar malem mau mabar." Icha menunjukkan ponselnya ke depan Sisi membuat gadis itu mencibikkan bibirnya kesal.
"Gue lihat, gak usah dekat-dekat juga!"
"Lagian lo heboh! Boleh gak sih Nay kita jual dia ke pasar loak?" tanya Icha pada Naya.
Naya mengangguk. "Boleh sih, tapi sahabat model kaya dia limited edision."
"Iyalah Sisi gitu, pasti kalian gak akan tega jual gue." Sisi mengibaskan rambutnya lalu berkaca di cermin kecilnya.
"Limited edision, soalnya cuma dia yang punya suara kaya kaleng rombeng," celetuk Icha membuat Naya terbahak-bahak berbeda dengan Sisi yang sudah merubah wajahnya menjadi masam.
"Rela gue di body shammingin, mau di bully tiap hari juga gak papa asalkan kita bisa balik kaya gini, gak kaya kemarin berantem mulu."
Naya dan Icha berhenti tertawa. Mereka saling menatap dengan perasaan bersalah. Ternyata persahabatan mereka sudah renggang dari jauh-jauh hari tapi sama sekali tidak ada yang sadar kecuali Sisi.
"Maaf..." cicit Naya yang sadar jika dirinya terlalu sibuk dengan masalah percintaannya hingga melupakan para sahabatnya.
"Gue juga minta maaf," ujar Icha menunduk.
"Udah deh, ini gak lagi lebaran. Jangan pada maaf-maafan gitu, sekarang yang penting kita bisa kumpul lagi." Sisi mendekat ke arah Naya dan Icha lalu memeluk kedua sahabatnya itu erat dan langsung dibalas oleh keduanya.
"Rasanya ada yang kurang ya," kata Sisi sambil melepaskan pelukannya.
"Apa?" tanya Naya bingung.
"Putri..."
Naya menghembuskan nafasnya. Ah ya dirinya sudah jarang sekali berbicara dengan Putri. Gadis itu juga seperti sedang menjaga jarak dengannya.
"Please, kali ini jangan bahas dia dulu." Icha menatap Sisi dengan memohon.
"Iyaa, gue gak bahas dia lagi."
"Janji?"
Sisi diam, tidak lama dari itu ia mengangguk walaupun rasa ragu mendominasinya.
"Berpelukan..." sorak Sisi merentangkan tangannya memeluk kembali kedua sahabatnya.
---TBC❤---
Ciee dapet double up, gimana suka gak?
Niatnya sih bukan sekarang kasih double up-nya tapi berhubung udah lama gak up jadi rar kasih double. Jangan lupa vote dan komen ya.
Semakin banyak yang baca, vote dan komen semakin sering juga rar up.
See u next chap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Mantan! [END]// TAHAP REVISI
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Happy reading✨ Bisma Aryandia Pratama cowok yang sempat menjalin hubungan dengan gadis bernama Naya Putri Anggraeni. Namun karena kebodohannya membuat hubungan mereka kandas ditengah jalan. Awalnya Bisma biasa saja ketika Naya...