5.5 - Despierta del Pasado

4.4K 398 17
                                    


Melepaskan kacamata hitamnya, gadis itu tersenyum sangat tipis. Tak banyak yang berubah, tanah kelahirannya masih belum terlalu berbeda.

Meski senyumnya sempat memudar sesaat, mengingat apa yang telah terjadi disini.

Mengabaikan mimpi buruk itu, dengan rambut pirang dan mata caramel terang. Gadis itu berhasil menyihir siapapun yang melihatnya. Terlebih dengan tubuh setinggi 175 cm, melebihi rata-rata perempuan Indonesia.

Masih mempertahankan wajah datarnya, Belle menunggu dengan sabar bodyguard khusus suruhan ayahnya untuk dirinya.

Bagaimanapun, Mourabelle akan menjadi bagian pewaris kedua Odysea Salvatore. Tentu saja, karena pewaris utama adalah kakaknya, Archeille Salvatore.

Sampai sebuah Range Rover hitam tiba tepat dihadapannya. Belle membiarkan bodyguard itu membukakan pintu untuknya.

Tersenyum tipis, ia menyandarkan punggungnya yang lelah berdiri selama beberapa menit. Kepalanya pun terasa agak pusing, karena tak memakan apapun pagi ini.

Merasakan kursi pengemudi telah diisi. Belle hanya melirikkan matanya melihat siapa bodyguardnya.

Oh, hanya Leon. Pikirnya.

Tunggu....apa?! Leonard?!!

Gadis itu mendadak tersenyum lebar. Ia membalikkan tubuh sepenuhnya pada pria bertubuh kekar dan atletis disampingnya ini.

"Leonard!!!" serunya senang.

Pria bernama Leonard yang menjadi bodyguardnya tersentak ketika mendadak pekikan itu terdengar menyebut namanya.

Apalagi, kini gadis itu seperti anak kucing yang menempel pada induknya.

Mendadak, Leon tak fokus dalam kegiatannya namun masih bisa terkendali. Belle terus-terusan memeluknya, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang itu.

"Moura...." ucap sebuah suara berat yang terdengar tulus.

Belle tersenyum semakin lebar, ia bahagia bisa bertemu dengan kakaknya yang kedua baginya, Leonard Damourgan.

Tangan kanannya yang kosong mengelus pelan rambut pirang yang sehalus kapas itu. Perlahan, senyum yang sangat-sangat jarang ia tampakkan mengembang.

Mourabelle pertama kali bertemu pria itu ketika latihan menembak. Saat itu ia benar-benar tak mau ikut latihan. Namun ketika Leonard turun tangan membujuknya dengan aura misterius itu membuat Belle menyetujui latihan tapi hanya bersama Leon.

Tidak ada yang tahu siapa keluarga pria itu, identitas lengkapnya, atau bagaimana kehidupannya sehari-hari.

Leon seperti bayangan. Lebih tepatnya bayangan dimalam hari. Pasalnya pria itu semakin menguarkan aura misteriusnya dibawah kegelapan rembulan.

"Apa kau selama ini di Indonesia? Tidak ikut Archie ke Italy? Atau kau bersama kakek di Swiss?" tanya Mourabelle beruntun.

Membuat Leon terkekeh pelan, dengan suaranya yang berat namun terkesan lembut. Belle terkesima, pria itu menjadi lebih tampan dan dewasa dari yang terakhir ia lihat. Tepatnya, 3 tahun yang lalu.

"Tidak. Aku tinggal di Jerman."

Leon merasakan ada yang bersandar di bahunya. "Dan hanya karena seorang gadis penggila pink inilah aku datang kembali ke Indonesia." lanjutnya.

Mourabelle tersenyum manis, ia mendongak menatap pria yang berjarak lebih tua 4 tahun darinya itu.

Ia senang saat Leon masih mengingat obsesinya sejak kecil yang memang penggila warna pink. Bahkan dulu, demi ia bersedia mengikuti latihan menembak, Leon bela-belaan membelikan bunga, boneka, permen, coklat, serta gulali. Dan semuanya berwarna pink.

"Apa kau akan mengantarku ke sekolah nanti? Pasti iya kan?" kata Belle memaksa.

Jari-jari tangannya yang kecil nan lentik terasa lucu dalam telapak tangan Leon yang tentu sangat berbeda dengannya. Sementara Leon membiarkan saja gadis itu memainkan jarinya.

Menyelimuti tangannya dengan tangan besar Leon, Belle diam-diam tersenyum manis. Merasakan kehangatan itu lagi.

Leon tersenyum juga tanpa sadar, "Baiklah, aku akan mengantar dan menjemputmu selama sekolah." balasnya.

Lagi-lagi Belle menahan senyuman simpulnya agar tak terbit. Ia kembali bersandar pada dada bidang itu. Seraya memeluk tangan kekar dengan tatto serigala dan bulan sabit dibawah siku.

Sangat. Ia sangat merindukan sosok kakak setelah Archeille itu.

Sementara mobil terus membelah jalanan dengan kecepatan normal, Belle merasakan lelah yang teramat. Hingga tertidur beberapa menit setelahnya.

Merasakan nafas yang mulai teratur, Leon menengok sekilas. Ternyata dugaannya benar, gadis itu kelelahan.

Sungguh, awalnya Leon tak menyadari jika gadis ini adalah gadis yang sama dengan gadis pemaksa, manja dan pemalas itu.

Penampilannya bahkan berubah. Rambut pirang berkilau yang pas dengan mata caramelnya, diikuti warna kulit pucatnya. Dan....

Leon menghela nafas, ia mengambil jaket yang tersimpan dibelakangnya. Menutupi tubuh indah itu agar tak terekspos jelas.

Cara berpakaiannya berubah. Dulu Belle tak suka pakaian terbuka. Namun sekarang, dengan turtle neck lengan panjang beberapa jengkal diatas paha. Dipadukan dengan boot heels senada bajunya, merah.

Butuh waktu sekitar 58 menit hingga sampai di mansion Odysea Salvatore yang sudah disediakan khusus untuk gadis itu.

Leonard tak memedulikan tatapan para pelayan yang heran melihatnya keluar dan berjalan santai menggendong nona muda mereka ala bridal style.

Ia sudah tahu dimana letak kamar nona muda ini di mansion. Leon mengulas senyum geli melihat Belle yang mendusel-dusel dadanya mencari kenyamanan, lalu setelahnya tertidur kembali.

Di kamar serba pink tersebut, Leon membaringkan tubuh Belle perlahan. Berusaha tak mengusiknya agar tak terbangun.

Pria itu menatap dalam wajah cantik Belle, ia menaikkan selimut sampai ke bahu. Perlahan tangannya mengusap pipi gadis itu lembut. Setelahnya, Leon tersenyum dan berlalu dari sana.

Pintu tertutup, bertepatan dengan Belle yang membuka mata. Ia sudah bangun daritadi sebenarnya. Hanya saja ia ingin melihat bagaimana Leon memperlakukannya.

Lagi-lagi rasa hangat menyelimuti perasaannya. Leon benar-benar tak merubah perilakunya, memperlakukannya selayaknya seorang putri raja. Namun memberikan kebebasan dalam batas yang tak mengekang dirinya.

Gadis itu menaikkan selimut hingga ke bahu, saat instingnya merasakan kedatangan seseorang.

Benar saja, pintu terbuka. Dan Leon kembali entah karena apa. Namun pria itu hanya bersandar diambang pintu.

Sebentar, lalu menutup pintu kembali. Belle terkekeh pelan, mungkin Leon sudah merasakan tadi jika ia sebenarnya bangun.

RAZZMATAZZ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang