3.3 - Goddess of Karma

5.1K 429 39
                                    


Rintik hujan terus membasahi tanah. Malam ini, langit benar-benar membuat siapapun ketakutan. Namun tidak untuk orang-orang yang memiliki jiwa lain itu.

Justru ini cuaca yang sangat mendukungnya.

Ditangan kanannya, sebuah revolver melekat dengan kilauan dari permukaan khusus berlapis emas. Sementara ditangan satunya, sebuah pisau lipat obsidian dengan ketajaman yang tak bisa diremehkan.

Pada wajah cantiknya, terukir senyuman manis, dengan tatapan yang berbeda. Dan siapapun yang melihatnya tepat disaat ini, adalah suatu kesialan.

Kemeja hitam sepahanya basah. Menampilkan lekukan seindah gitar spanyol itu. Namun berbanding terbalik dengan jiwanya yang kejam.

Kulit putih pucat miliknya menyatu dengan kegelapan. Seakan mereka menunjukkan siapa ratu nya.

Bukan ratu. Dia, adalah dewi dari segala karma.

Mourabelle Gnarly Odysea.

Bukan Belle. Dia, seorang jiwa mengerikan yang tak mengenal maaf, Gnarly.

Saat sepasang mata caramel yang menggelap itu menangkap keberadaan seseorang. Gnarly tersenyum menyeringai, karma nya sudah datang.

Di pikirannya terus terulang-ulang sebuah kalimat yang sama...

"Wanita itu sudah mengkhianati tuan muda sejak 3 tahun yang lalu dari 5 tahun hubungan mereka berjalan. Dan dengan akting kepolosannya, wanita itu berhasil memanfaatkan tuan muda secara perlahan. Bahkan beberapa kali memberikan obat-obatan yang bisa mempengaruhi tuan muda. Terakhir kali, tuan muda menangkap basah dia dan selingkuhannya disebuah hotel. Namun wanita itu bahkan tak mengakui tuan muda sebagai tunangannya didepan selingkuhannya itu. Hingga akhirnya tuan muda memutuskannya."

'AKHH!!!!'

Natashia merasakan perih yang amat disekujur bahunya yang terbuka. Saat ingin menoleh kebelakang, lagi-lagi perih itu menjalar di pipi berlapis makeup waterproof nya.

"H-hentikan!!! Siapa kau-akkhhh!!!!"

Matanya mendadak tertutup oleh sesuatu, namun Natashia merasakan bibirnya terbelah oleh sesuatu yang tajam. Menimbulkan luka parah dibibir tebal yang baru ia operasi.

"Bitch! Shut the fuck up!" ucap Gnarly dengan suara lembut nan seraknya.

Natashia berusaha keras melepas paksa tangan yang menutup matanya itu. Dengan menahan rasa sakit dan perih yang mendalam, ia membelalakkan mata birunya melihat siapa yang melukainya.

"B-belle?..." tanyanya tak percaya.

Gadis itu tersenyum miring, "It's Gnarly, bitch!"

'DOR!!!'

"AKHHH!!!!!!"

Gnarly menutup matanya sesaat meresapi alunan jeritan yang indah itu. Rasanya semangatnya semakin menjadi mendengar jeritan indah itu, ditambah aroma segar dari cairan merah yang mengalir diatas tanah itu membuatnya terpana.

"Fuck! You're such a motherfucking monster!- akhh!!!" umpat Natashia merasakan sakit yang menggila saat gadis itu menembak kaki kirinya.

"Ini hukuman untuk orang-orang yang melakukan kesalahan pada anggota keluarga Odysea Salvatore. Dan sang pemberi hukuman adalah aku, Gnarly Odysea." ucap Gnarly dengan nada penuh intimidasi.

'DOR!'

Tembakan kedua terlepas.

'DOR!'

Tembakan ketiga.

'DOR!'

Disusul tembakan keempat.

'DOR!'

Terakhir, tembakan kelima.

"Bitch, tembakan ini merayakan anniversary terakhir kalian. Selamat bersenang-senang di neraka!" lanjutnya.

Gnarly tersenyum manis menatap tubuh yang sudah terkulai tak berdaya itu.

Ditengah hujan yang mulai mereda, Gnarly menumpahkan minyak tanah ditubuh Natashia.

Mengeluarkan korek api, ia membakar tubuh yang sudah menjalani banyak perawatan mahal itu. Api yang menjalar ditengah hujan, Gnarly berlalu dari sana.

Kemeja hitamnya sudah penuh bercak darah. Ia membelah jalanan yang sepi dengan motor Harley Davidson nya.

Angin yang terus berhembus kencang, membuat rasa dingin terus menusuk tubuhnya yang hanya mengenakan kemeja tipis.

Gnarly merasakan tubuhnya menggigil. Ia tahu Belle tak bisa kedinginan. Kecepatannya ia naikan hingga hanya membutuhkan 15 menit untuk sampai ke apartemen seseorang.

Gadis itu menekan bel di pintu apartemen bernomor 010. Menunggu pintu dibuka dengan kepala yang mulai terasa berat.

Saat pintu terbuka, ia melihat seseorang yang selalu menjadi belahan hatinya. Archeille Salvatore.

"Baby B? What happened to you?" tanya Archie dengan panik melihat keadaan adiknya yang terlihat berbeda.

Saat ingin melanjutkan kalimatnya, Archie tersentak saat merasakan sesuatu yang terasa dingin menekan bibirnya. Menciumnya dengan rasa yang berbahaya.

Bahkan, lidahnya menelusuri masuk ke dalam mulut beraroma mint dan kayu manis yang menyegarkan itu.

Ciuman yang terasa lembut namun menuntut itu membuat Archeille akhirnya menyadari sesuatu...

Dia bukan Belle, adiknya.

"Gnarly?"

Mendengar namanya disebut, Archeille merasakan seulas senyuman ditengah ciuman mereka.

Gnarly mengeratkan pelukan mereka, merasakan kehangatan yang lebih dalam menjalar sampai ke dalam hatinya. Dan sesaat kemudian, kesadarannya menghilang.

Cukup lama, mungkin hampir sejam lamanya Archeille menunggu adiknya sadar dengan khawatir yang kentara.

Ia sudah memanggil dokter, dan memeriksa keadaan adiknya. Kata sang dokter Belle hanya sakit demam akibat kehujanan.

"Entah apa yang telah kau lakukan, Gnarly..." gumam Archeille masih memandangi wajah adiknya yang tetap cantik meski terlihat sangat pucat.

Jari-jari tangan Belle bergerak, matanya terus mengerjap menyesuaikan cahaya. Hal pertama yang dilihatnya adalah ekspresi kakaknya yang nampak khawatir.

Belle tersenyum, ia mengangkat tangan kanannya. Mengusap lembut pipi sang kakak. Ia tahu, sesuatu telah terjadi pada dirinya sebelum ini.

"Kau masih merasa sakit, baby B?" tanya sang kakak.

Belle terkekeh, "Aku hanya demam, bukan tertembak Archie."

Didepan publik, Belle tentunya harus memanggil Archeille dengan panggilan kakak. Namun jika mereka hanya berdua saja, maka gadis itu akan memanggilnya dengan panggilan Archie.

Belle tersentak sesaat, Archeille memeluknya erat. Sangat erat.

Ia menggerakkan tangannya mengusap lembut kepala sang kakak di dadanya. Sesekali beralih ke punggung yang bergetar itu.

Belle sekarang menyadari, Gnarly kembali.

"Maafkan aku, baby B. Aku tak bisa menjagamu dengan baik dari dulu. Aku bahkan gagal menjadi seorang kakak dan teman untukmu." ucap Archeille lirih.

Gadis itu tersenyum tipis, "Tidak ada yang gagal atau tidak baik di keluargaku. Dan kakak adalah kakak terbaik yang pernah kumiliki dalam hidupku."

Sesaat, Belle murung. Senyumnya perlahan pudar saat mengingat bagaimana masa kecilnya dulu. Hingga sosok Gnarly menjadi pelengkap dirinya, teman terbaiknya.

"Gnarly punya tugas khusus untuk kakak. Dia terus berjanji akan menjauhkanmu dari luka selama dia hidup." lanjut Belle kembali tersenyum.

Archeille menatap adiknya sendu. Semua ini karena dirinya, Belle harus merasakan masa kecil yang mengerikan. Dan pada akhirnya hanya Gnarly yang menjadi teman adiknya.

Penyesalan akan selalu ada, dan dia punya hal itu pada dua sosok yang telah mengalami hal yang tak seharusnya dialami.

Mourabelle Gnarly Odysea, nama yang selalu disembunyikan dari publik. Nama yang tak boleh diketahui siapapun. Nama yang menjadi rahasia Odysea Salvatore.

RAZZMATAZZ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang