8.8 - God of the Road of Death

3.8K 331 11
                                    


Ditengah gelapnya langit malam, suara deru mesin mobil yang saling bersaing menghiasi dini hari di ibukota. Membuat keributan tak terelakkan dalam keheningan.

Para muda-mudi dengan hidup penuh kebebasan terlihat ramai berbicara, juga mempersiapkan aktivitas gila yang katanya melibatkan legenda penguasa jalanan.

Ya. Sang legenda penguasa jalan kematian itu kembali.

Bukan tanpa alasan, jalan yang sudah sangat lama tak digunakan sebagai arena balapan liar ini memang terhitung sangat berbahaya untuk ditaklukkan.

Dari berbagai rumor, hanya dua pria yang mampu mengendalikan jalanan maut ini.

"Fuck! Itu Xavior woi!" pekik seorang pria dengan tindik dikedua telinganya. Membuat perhatian seluruh orang disana terpusat pada satu objek dengan mata elangnya...

Arnius Xavior Oshe.

Nama yang menjadi ketakutan orang-orang. Seseorang yang sudah berulang kali menaklukkan tantangan kematian. Bersama tatapan hitam kelam, menghunus siapa saja yang berani menganggu ketenangannya.

Suasana mendadak diliputi keheningan. Tak ada yang berani mendekati pria yang dengan santainya menghisap rokok seraya duduk diatas kap mobil Pagani Huayra biru navy itu.

Belum selesai dengan aura mencekam seorang Xavior, datang satu mobil yang mengeluarkan percikan api merah terang. Terus bergerak memutar dengan cepat hingga menimbulkannya tertutup oleh kabut asap.

Seketika, lagi-lagi keheningan diikuti rasa terkejut orang-orang membuat suasana mencekam itu semakin terasa.

Sang dewa jalan kematian itu datang, dengan tujuan yang tak siapapun mampu menebaknya.

Xavior menyeringai, berjalan ke arah pria itu. Ia menepuk pundaknya, membuat pria itu menolehkan kepalanya. Kemudian ikut tersenyum smirk. Mereka berpelukan sekilas ala musuh rasa teman.

"Savaric, Albanian man. And god of the road of dead." ucap Xavior.

Pria dengan panggilan Savaric itu memancing perhatian seluruh orang. Terlebih, pria Albania itu ternyata adalah orang yang dijuluki sebagai dewa jalan kematian.

Bugatti Chiron shadow grey tersebut mulai menunjukkan eksistensinya. Sang pemilik mobil, Savaric beserta Xavior dengan mobil miliknya bersiap.

Membelah jalanan yang hanya ditujukan untuk orang-orang penyuka tantangan. Bukan sekedar tantangan, namun lebih pada taruhan nyawa.

Siapapun yang menantang kematian, maka dialah yang menjadi pengendali atas segala ketakutan.

Dan dua orang yang mampu menguasai hal itu kini sedang sibuk membelah jalanan.

Menaikkan kecepatan tanpa peduli dengan segala ketakutan yang tak mampu muncul dalam diri mereka. Menahan segala rasa sakit, dendam, kemarahan, kecewa, segalanya.

Malam ini mereka menggila.

Melampiaskan seluruh beban yang selalu tersembunyi dalam wajah lain. Bulan sabit menjadi saksi, betapa indah dunia yang kejam ini.

Beberapa tanjakan yang curam semakin mengacu adrenalin. Kedua mobil itu saling pamer kekuatan. Membuat tak ada satupun orang yang mengalihkan perhatian dari objek secepat kilat itu.

Udara malam yang dingin mulai menusuk kulit. Tetap saja tak bisa mengurungkan semua orang untuk berhenti menyaksikan dua penguasa jalanan kematian itu saling bertarung dan berteman dalam kegelapan.

Mobil abu Savaric terus bergerak liar dengan cepat diikuti mobil navy milik Xavior yang sesekali juga melakukan atraksi berbahaya.

Ketika hampir mencapai akhir jalan, mereka saling berkolaborasi. Menciptakan kombinasi yang gila dari dua raja balap liar itu. Semua orang berdecak kagum, tidak ada yang bisa meremehkan mereka.

Xavior mengendalikan setirnya dengan liar. Sesekali menginjak pedal gas kuat, juga memacu suara gesekan antar aspal dan ban mobil.

Ketika berpapasan, kedua pria itu saling menyeringai. Menikmati hal yang sudah lama tak mereka rasakan. Membiarkan seluruh raganya menyatu dengan kegelapan malam.

Kedua mobil mewah itu melesat cepat. Menjadi sang pemegang kendali. Saatnya, membiarkan dunia tunduk dihadapannya.

Mereka akan membuat siapapun tahu, seseorang yang menginginkan mahkota. Harus menanggung berat mahkota itu.

'DOR!'

Satu tembakan ke udara dilepaskan oleh Savaric. Ia tersenyum miring, menandakan kemenangan untuk kesekian kalinya.

Semua orang bersorak ketika Xavior dan Savaric lagi-lagi membuktikan bahwa mereka memang layak menjadi penguasa.

Xavior dan satu pria Albania itu berhasil membuat para wanita tergila-gila dengan ketampanan mereka yang penuh aura misterius yang memesona. Terlebih Savaric, mata hijau mint nya terlihat berkilau dibawah sinar bulan.

"You want something, right?" tanya Xavior pada pria disampingnya.

Savaric mendengus, masih menampilkan seringaiannya, "Yeah. And I hope you don't approach her."

Xavior terkekeh, "Sayangnya aku sudah melakukannya." balasnya membuat Savaric mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku jarinya memutih.

Kemudian pria itu menepuk bahu Savaric, ia tersenyum remeh.

"Kita bukanlah musuh ataupun teman. Dan apapun yang ingin kau lakukan, maka lakukanlah. Anggaplah kita berada dalam arena yang bukan hanya mempertaruhkan nyawa, namun juga bertaruh hati."

Savaric menatap tajam pada punggung Xavior yang mulai menghilang. Apa yang diucapkan pria itu benar.

Mereka bukan hanya bertaruh nyawa, namun juga bertaruh soal cinta...

RAZZMATAZZ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang