Matahari yang tampak malu-malu menunjukkan dirinya menjadi pemandangan sepasang manusia ini. Terhitung masih cukup pagi untuk menikmati ciptaan Tuhan tersebut.Inilah cara Maraschino menghibur gadisnya. Seseorang yang sejak tadi hanya memandang kosong pada lantai, seakan semua objeknya terletak pada benda itu.
Gadis itu bermimpi buruk dan dokter mengatakan gangguan stres pascatrauma yang dimilikinya kembali. Membuat pria itu sekali lagi, merasakan sakit yang teramat melihat kondisi gadis yang dicintainya tersebut.
Sedikit lagi yang mampu memicu gangguan tersebut mengelilingi pikirannya, maka bisa dipastikan Belle sudah kehilangan akal sehatnya.
Tetap saja, mata sehijau mint itu hanya menatap gadisnya dengan tatapan penuh cinta, meski banyak orang menatapnya dengan rasa kasihan.
"Gadis ini, kurasa meskipun seluruh terapi dan obat-obatan telah dilakukan. Tapi satu hal, sepertinya hanya masa kecilnya yang buruk itu harus diperbaiki. Dan bagian itulah yang sulit, seluruh memorinya terlanjur mengingat jelas semua hal tragis itu."
Maraschino terdiam. Ucapan dokter tersebut memang satu-satunya jalan yang mampu menyembuhkan gadis itu.
"Aku akan melakukan apapun, untuk melihat senyuman yang tulus dari hatinya. Hanya untuk melihat mata caramel itu berhenti menunjukkan kilatan luka."
Mourabelle tersentak ketika tangan kanannya digenggam lembut, oleh pria yang kini ia ingat merupakan tunangannya.
Melihat senyuman pria itu, tanpa sadar menular ke bibirnya. Belle tersenyum manis ketika dibawa menuju sebuah taman yang penuh dengan balon gelembung.
Entah sejak kapan Maraschino menyiapkannya, yang pasti kini pria itu malah terpaku pada senyuman yang melelehkan hatinya itu.
Saat beberapa gelembung tersebut mengenai wajahnya, Belle tertawa kecil. Sesekali gadis itu berusaha menangkap beberapa gelembung yang terbang ke atasnya.
Semuanya diluar kendali, dan saat itu...Mourabelle tanpa sadar bisa melupakan semua traumanya sesaat.
Maraschino terkekeh ketika Belle meniup balon gelembung tersebut ke wajahnya. Pria itu memeluk Belle yang akan lari hingga tawa gadis itu kembali terdengar ketika Maraschino menggelitikinya.
Terkadang, Belle menampilkan ekspresi yang lucu ketika lidahnya tanpa sengaja mengenai gelembung yang pecah. Namun setelahnya gadis itu malah tertawa.
"Do you like it?" Mourabelle mengangguk antusias.
Sontak, Maraschino merasakan kehangatan yang teramat dalam hatinya. Ketika Belle memeluknya erat, "Thank you, it's the first time in my life." bisiknya lirih.
Pria itu mengode suruhannya agar cepat melakukan apa yang tadi ia suruh sebelumnya.
Paham, suruhannya mengangguk kemudian memberitahukan pada yang lain. Tak sampai 5 menit, Maraschino kembali membawa gadis itu.
Ketika berbalik, Mourabelle terperangah. Matanya berkilat senang saat melihat banyak anak-anak yang membawa coklat dan kue berwarna pink, warna favoritnya.
Belle menghampiri mereka, menatap mereka semua yang tengah menampilkan senyuman ceria.
Satu anak laki-laki membawakan sebuah balon pink bertuliskan 'keep happy'.
Mourabelle menyambutnya dengan mata berkaca-kaca, merasa ada sentuhan menenangkan di lengannya gadis itu berbalik. Ia seketika menutup mulutnya yang semakin tak mampu berkata-kata ketika Maraschino membawa sebuah balon hitam bertuliskan,
'your smile is my heartbeat'.
Setetes air mata jatuh dari mata caramelnya. Setelah 18 tahun hidupnya, untuk pertama kalinya gadis itu meneteskan air mata bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZZMATAZZ (REVISI)
Fiksi Remaja"Ada miliaran orang dan kamu hanya mengincarku?" Mourabelle. "Karena dari miliaran orang, hanya kamu yang mengacaukan diriku, lady Odysea." Maraschino. *** Menjadi putri dari keluarga Odysea-Salvatore yang terkenal akan pengaruhnya di dunia bisnis...