Stefanie, Marissa, Airena serta Jihana dan Belle kini sibuk menikmati menu manis dari Razzmatazz's Cafe.Sesekali Airena mengajak mereka berfoto ria untuk mengisi media sosialnya. Karena Airena dikenal sebagai influencer seperti Marissa juga Stefanie.
"Iya loh, bener kata B. Ternyata ini kafe bagus parah." celetuk Airena menatap kagum sekelilingnya.
Kafe ini sudah sangat ramai, untungnya mereka masih kebagian tempat. "Kalo pas senja sih gue saranin ke lantai 2 aja, soalnya disitu kalian bisa lihat pemandangan langit lewat dinding kaca." ucap Belle.
Marissa mengangguk, "Ntar gue bawa deh ayang Adrian kesini. Buat liat senja, romantis kan? Daripada di pantai udah biasa."
"Halah, nah ya gue tuh liat lo tiap jalan sama Adrian tuh kek nyeret manekin hidup tau gak." sinis Stefanie dibalas tawa dari teman-temannya kecuali Marissa.
"Ayangnya gue itu istilahnya kek es batu. Gue harus selalu jadi hangat buat perlahan ngelelehin es itu." balas Marissa.
Stefanie hanya tertawa geli, sama dengan Airena, Belle juga Jihana.
"Guys, kita pulang yuk. Udah hampir malem, gue belum izin sama ortu soalnya." Jihana berdiri diikuti yang lain.
"Yoi, eh Belle lo gak ikut kita?" tanya Marissa melihat gadis itu yang hanya duduk santai.
Belle menggeleng, "Enggak, kalian duluan aja. Gue masih mau disini, ntar gue pulang bisa aja kok nelfon Leon."
"Okay." balas Jihana. Setelahnya, mereka berlalu dari sana sambil melambaikan tangan padanya. Belle mengode pelayan untuk membersihkan meja nya. Dan mengganti dengan beberapa menu baru untuk dirinya.
Mourabelle menatap sekitarnya, ada banyak anak muda yang entah bersama teman-temannya atau mengajak pacarnya. Meski sesekali ia tahu, ada banyak cowok-cowok yang memperhatikannya.
Kemudian salah satu dari mereka menghampirinya, dengan niat ingin duduk di kursi depan Belle yang kosong.
Namun gadis itu malah menarik kursi tersebut hingga terhimpit meja. Sebagai tanda jika ia tak menginginkan orang lain duduk menemaninya.
Belle mendelikkan matanya kesal. Menghela nafas, gadis itu memilih menikmati pesanannya yang baru datang.
Sampai sesuatu kembali membuatnya mengalihkan perhatian. Kursinya ditarik dan ditempati seorang pria yang bersandar santai menatapnya.
Mourabelle mendongakkan kepalanya, menemukan 4 tatto logo elemen itu lagi. Setelahnya, ia tersenyum lebar.
Pria itu terkekeh saat Belle tiba-tiba memeluknya. Ya, dia Maraschino Blaquer.
"Maraschino!!!" sapa Belle senang. Bagaimanapun, dia satu-satunya pria selain Archeille dan Leonard yang membuatnya nyaman meski baru pertama kali bertemu.
"Hey, shawty." balas Maraschino.
Semburat kemerahan muncul di pipi gadis itu. Ia tentu tahu arti manis dari panggilan tersebut.
Maraschino menggeser kursinya hingga berada tepat disamping Mourabelle. Sementara Belle memilih melanjutkan makannya.
Astaga, ini seperti De Javu bagi Belle. Mungkin juga bagi Chino.
"Kau juga tinggal di Indonesia sekarang? Atau...kau hanya sementara disini?" Ada nada murung ketika gadis itu mengucapkan kalimat terakhir.
Pria itu tersenyum tipis, tangannya mengacak pelan rambut pirang Belle.
"Depends on you, baby." katanya.
Sudahlah, Belle hanya gadis biasa yang tentu bisa merasa salah tingkah. Astaga, mengapa Maraschino bertingkah seperti ini padanya. Huftt...
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZZMATAZZ (REVISI)
Dla nastolatków"Ada miliaran orang dan kamu hanya mengincarku?" Mourabelle. "Karena dari miliaran orang, hanya kamu yang mengacaukan diriku, lady Odysea." Maraschino. *** Menjadi putri dari keluarga Odysea-Salvatore yang terkenal akan pengaruhnya di dunia bisnis...