Sinar matahari mengintip dari celah tirai cream yang tipis. Mengisi sebagian cahaya dalam ruangan yang temaram itu. Ruangan sunyi yang hanya ada suara detak jarum jam besar di sudut ruangan.Suhu dingin dari pendingin ruangan menusuk kulit pucatnya yang hanya dilapisi kaos hitam kebesaran hingga menutup setengah paha.
Gadis itu memejamkan matanya, merebahkan kepalanya diatas pangkuan seseorang yang kini tengah menatapnya penuh makna.
Mata hitam kelam yang tajam itu tak berhenti memperhatikan gadis yang sudah mengisi tempat di hatinya sejak lama.
Tangan dengan tonjolan urat serta tatto sayap kecil tersebut mengusap lembut rambut pirang kecoklatan yang baru saja diubah gadis itu sehari yang lalu.
Senyuman tipis tercetak di bibir pria itu, mengagumi kecantikan yang menguar dari gadis ini meski wajahnya tanpa riasan.
”Kau tidak bosan seperti itu?“ tanya gadis itu masih memejamkan mata.
Tawa kecil terdengar mengalun merdu dari suara bariton yang agak serak itu. Ia mengecup ujung hidung mancung gadis itu sekilas.
”Aku tidak akan pernah bosan memandangi kecantikan ini.“ balasnya ringan.
Gadis itu tersenyum miring mendengarnya. Jauh di dalam hatinya, rasa rindu yang menyeruak ingin sekali ia tumpahkan pada pria di dekatnya ini.
Semuanya terlalu tiba-tiba. Berubah secepat membalikkan telapak tangan. Sepertinya, gadis itu memang dilahirkan dengan alur hidup seperti ini.
Mourabelle Gnarly Odysea, she is the reason why hell is so hot.
Gadis itu kembali, namun bukan dengan status sebagai tahanan yang direhabilitasi. Melainkan seorang gadis yang telah menjadi korban.
Dia serigala bermulut ular. Dia licik dan berbisa.
Mourabelle membalikkan semua fakta. Ia telah merencanakan semuanya dengan pria disampingnya ini. Pada akhirnya, Daniella yang sebelumnya menjadi penuntut yang menerima hukuman mati.
Menerima semua tuduhan penuh dusta yang telah diciptakan seorang gadis yang punya sejuta emosi dalam raganya.
”Kenapa kau kembali?“ Belle bertanya kembali.
Tanpa melunturkan senyumnya, pria itu menjawab. ”Aku tahu saat itu bukanlah dirimu. Aku tahu Sea-ku masih secantik dan semurni lautan.“
Kini giliran Mourabelle yang tertawa kecil. Tangan kecilnya bergerak mengusap pipi dari wajah yang menenangkan itu. Melihat setiap detail tanpa celah dari wajah pria itu.
Beberapa menit setelahnya, Mourabelle beranjak menuju dapur. Memeriksa kue blueberry yang sudah tepat satu jam berada di oven.
Mengambil sarung tangan, Belle tersenyum puas saat harum kue itu menyerbak. Hasilnya begitu cantik dan rapi.
Ia mengambil krim yang telah disiapkan tadi, menghias kuenya dengan teliti. Setelahnya mengambil lilin kecil berwarna ungu gelap.
Belle menyalakan lilinnya, berjalan perlahan dengan kue tersebut diatas kedua tangannya.
Memasang senyum manisnya, Mourabelle melangkah mendekati seorang pria yang kini tengah sibuk dengan laptopnya.
”Selamat ulang tahun, Xavior!“
Pria itu tersentak sesaat, kemudian tersenyum lebar dan mengucapkan harapan terbaik untuk gadis didepannya. Kemudian meniup lilin hingga hanya tersisa asap kelabu.
Xavior memeluk gadis itu erat. Ia sangat bahkan terlalu jauh menyayangi gadis ini. Gadis yang punya bagian dalam hatinya yang sebelumnya tersembunyi.
Mourabelle balas memeluk pria itu, mengecup pipinya sekilas. Tak ada kata yang bisa menggambarkan betapa ia sangat merindukan Xavior-nya.
Merindukan seorang Arnius Xavior Oshe yang sebenarnya.
Xavior menyuapi gadis itu sepotong kue, membuat selai blueberry berantakan dipinggir bibirnya. Pria itu mendekatkan wajahnya, menjilat semua selai yang tersisa di bibir ranum itu.
Saat akan menjauhkan wajahnya, Mourabelle menarik tengkuknya mendekat. Menempelkan kembali bibir mereka dalam arti ciuman yang sesungguhnya.
Butuh beberapa detik hingga pada akhirnya Xavior juga membalas ciumannya dengan lembut.
Memiringkan wajahnya, dengan agresif Belle bermain dalam mulut super manis itu. Ia mengalungkan kedua lengannya dileher Xavior, perlahan-lahan mendorong pria itu ke dinding dibelakangnya.
Ia melepaskan ciumannya sesaat, mengambil oksigen yang mendadak terasa menipis.
Gadis itu membawa Xavior ke ranjang ditengah kamar serba putih itu. Ia mendorong tubuh pria itu hingga terlentang dan merangkak naik diatas tubuhnya.
Mourabelle menduduki perut pria itu, melanjutkan ciuman yang sempat tertunda seraya mencengkram rambut hitam legam itu disela-sela jari lentiknya.
Belle melenguh pelan ketika tangan yang hangat itu menyentuh dadanya yang masih terbalut bra dalam kaosnya.
Menggigit daun telinganya pelan, Xavior mengumpat saat gadis itu menyentuh titik sensitifnya tersebut. Ia membalikkan posisi mereka hingga kini Mourabelle berada dibawah kungkungan nya.
Xavior mengendalikan dirinya, mengontrol gairah yang tak diinginkannya merusak gadis ini.
Cukup jauh, mendadak Xavior menghentikan kegiatan panas mereka.
Mourabelle membenarkan kaosnya dengan nafas memburu. Ia menatap pria yang juga tengah menatapnya itu. ”Kenapa kau membantuku?“
Xavior terpaku diam, mengingat ucapan seseorang yang datang dengan hati baiknya. Orang yang membuatnya berhutang budi hingga selamanya, namun pria baik itu hanya meminta satu balasan padanya.
Menjaga seorang Mourabelle Odysea dan melindunginya ketika pria baik itu tak ada disisinya.
”Karena seseorang telah mengubahku sesuai jalan hidupku, yaitu melindungi gadis yang ia cintai itu.“
Belle mengernyitkan dahinya, ”Siapa orang itu?“
Xavior tersenyum, ”Seorang pria berhati malaikat yang ditakdirkan untuk membantumu kembali ke jalan yang benar, Sea.“
Mendadak, keheningan menyelimuti mereka. Belle memikirkan setiap kata yang baru saja diucapkan Xavior. Ia masih memperhatikan punggung yang telah berlalu keluar dari kamar itu.
Apa yang diinginkan Tuhan kali ini? Mengapa setelah Belle benar-benar melepaskan malaikatnya untuk selamanya, pria itu malah kembali ke hadapannya dengan aura yang sama, tetap seperti dulu...membuatnya nyaman dan merasa tenang.
Namun dengan tatapan yang berbeda. Pria itu menatapnya kini lebih seperti seorang penjaga yang melindungi orang yang harus ia jaga.
4 tahun berlalu sejak kematian Xavior, pria itu tiba-tiba muncul dihadapannya setelah 3 bulan masa rehabilitasinya.
Tentu saja, Mourabelle tak percaya pada awalnya. Xavior yang dengan mata kepalanya sendiri telah ditemukan tak bernyawa ketika menyelamatkannya kini kembali.
Xavior bilang, saat itu ia masih bisa diselamatkan meski jantungnya mengalami kerusakan. Dan yang dimakamkan itu bukanlah ia, melainkan orang yang hampir melecehkan gadis itu dulu.
Sayangnya, keluarganya tak ada yang berniat untuk melakukan transplantasi jantung dan malah meninggalkan Xavior yang tengah berjuang antara hidup dan mati sendirian.
Ketika semuanya hampir berakhir, ternyata Tuhan berkata lain. Seseorang membayarkan operasi transplantasi jantungnya dan semua biaya rumah sakitnya yang lain disaat Xavior tak memiliki apa-apa lagi.
Hingga saat ini, Xavior tak mengetahui siapa orang yang baik hati itu. Bahkan Mourabelle rasanya ingin mencari tahu. Ia ingin berterimakasih dan membalas kebaikan orang itu yang telah mengembalikan Xavior-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZZMATAZZ (REVISI)
Teen Fiction"Ada miliaran orang dan kamu hanya mengincarku?" Mourabelle. "Karena dari miliaran orang, hanya kamu yang mengacaukan diriku, lady Odysea." Maraschino. *** Menjadi putri dari keluarga Odysea-Salvatore yang terkenal akan pengaruhnya di dunia bisnis...