Koper pink itu mulai terisi sebagian oleh pakaiannya. Dari gaun, hingga pakaian wanita lain. Dan semuanya adalah milik Mourabelle.Tinggal menghitung 5 hari lagi, akhirnya ia akan bertemu dengan Maraschino.
Sesekali gadis itu bersenandung, senang akan suasana hatinya sekarang. Xavior pun sudah meminta izin pada pihak pusat rehabilitasi untuk mengizinkan gadis itu melanjutkan rehabilitasinya di Indonesia sekaligus menemui tunangannya.
Belle beranjak, membuka seluruh tirai di kamarnya yang biasanya tertutup rapat. Tak lupa membuka pintu balkon, membiarkan angin pagi yang segar masuk.
Ia teramat bahagia hari ini, rasa rindunya sebentar lagi akan terobati.
Suara pintu diketuk mengalihkan perhatiannya. Belle membukakan pintu kamar dan membiarkan Xavior masuk membawa beberapa paperbag berisi barang-barang yang dipesannya.
Setelah meletakkan paperbag tersebut diatas meja depan sofa kamar, Xavior mengedarkan pandangan. Menemukan sebuah koper yang diisi rapi.
Pria itu terkekeh pelan, terlebih menyadari ekspresi Belle yang lucu. Ia mendekat, mengacak-acak rambut pirang kecoklatan tersebut.
”Segitu senangnya, huh?“ ucap Xavior geli.
Mourabelle ikut terkekeh, ”Terima kasih.“ balasnya memeluk pria itu.
Xavior mengusap punggungnya, ia sangat menyayangi gadis ini. Terlampau sangat. Ia ingin selalu menjaga dan melindungi gadis yang menjadi satu-satunya sahabatnya ini.
”Bersiaplah, kita akan pergi ke Razzmatazz's Cafe, seperti permintaan tuan putri ini kemarin.“
Pekikan senang keluar dari mulut gadis itu, Xavior dengan gemas mencubit ujung hidungnya.
Setelah bersiap-siap, mereka menyusuri jalanan yang lengang sebab masih pagi. Pria itu menyetir mobil dengan tenang, sementara Belle sibuk dengan ponsel pintarnya.
Hanya keheningan yang menguasai mereka, hingga akhirnya Xavior berdeham. Membuka suara, ”Keluargamu dan keluarga Maraschino sudah menunggu kedatanganmu ke Indonesia. Katanya, ada hal penting yang ingin mereka bicarakan.“
Mengernyitkan keningnya, Belle mengalihkan perhatian pada pria itu.
”Hal penting seperti apa?“
Xavior menggeleng, ”Aku tidak tahu apa itu. Yang jelas, ini adalah hal yang sangat penting.“
”Kakekmu sendiri yang memberitahu hal itu padaku.“ lanjutnya.
Mourabelle terdiam, memikirkan hal penting apa yang akan dikatakan keluarganya dan keluarga Maraschino. Bahkan tanpa sadar, pikiran-pikiran negatif keluar.
Apa pertunangannya akan dibatalkan?
Memikirkan hal itu, Belle menggeleng kuat. Menepis pikiran buruk yang tidak jelas. Ia menghela nafas, tidak. Pasti sesuatu yang baik akan terjadi.
Berselang 19 menit, mobil Audi yang dikemudikan Xavior berhenti didepan sebuah kafe besar.
'Razzmatazz's Cafe'
Xavior turun, berlari kecil. Membukakan pintu mobil untuk Belle yang kini memasang raut wajah senang. Sejenak, melihat kafe ini membuatnya teringat kenangan pertama kali pertemuannya dengan Maraschino.
Melangkah masuk, Belle menghirup aroma segar dari dalam kafe tersebut. Tak banyak yang berubah, hanya saja ada lilin-lilin kecil beraroma menenangkan disetiap sudut kaca jendela.
Interior kafe masih sama meski sudah setengah tahun berlalu, tanpa sadar gadis itu tersenyum.
Ia mengambil tempat duduk yang persis sama seperti tempatnya dulu. Sementara Xavior duduk disamping kanan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZZMATAZZ (REVISI)
Novela Juvenil"Ada miliaran orang dan kamu hanya mengincarku?" Mourabelle. "Karena dari miliaran orang, hanya kamu yang mengacaukan diriku, lady Odysea." Maraschino. *** Menjadi putri dari keluarga Odysea-Salvatore yang terkenal akan pengaruhnya di dunia bisnis...