Gadis itu menatap pantulan dirinya di kaca. Mengamati arti setiap seringaian yang mengerikan. Serta berusaha mengingat segala hal yang tak pernah dilakukannya.Perlahan, ia menghapus riasan tipisnya. Menampakkan mata yang membengkak seakan habis menangis semalaman.
Kini, ia pikir, gadis itu sudah tenggelam terlalu jauh. Mengingat seharusnya ia sudah mati sejak dahulu. Sialnya, setiap rasa sakit yang ia terima sejak kecil, gadis itu tak bisa meninggalkan dunia.
Kenapa hidupnya terasa hancur sekarang?
"Akhh!!!" Mourabelle berteriak kesal. Lalu meninju kaca di depannya hingga menimbulkan keretakan yang parah.
Darah segar terus bertitikan mengotori lantai marmer yang dingin itu. Tidak ada yang tahu seberapa kacau gadis ini. Seberapa sulit dia menahan trauma, depresi dan setiap bayangan tragis di masa lalunya.
Sedikit kesalahan saja, maka jiwa yang rapuh itu akan benar-benar hancur.
Mourabelle membasuh wajah dan lukanya. Kemudian membalut luka itu dengan kasa. Ia melangkah ke dalam walk in closet, mengganti pakaiannya dengan kaos hitam kebesaran.
Tatapannya berubah datar, Belle tersenyum simpul. Sebentar lagi, ia akan mengucapkan selamat tinggal pada seseorang.
Beberapa pelayan mansion sempat melirik nona muda mereka itu. Namun tak ada yang berani bertanya atau menegurnya, sebab rumor Mourabelle yang memiliki temperamental buruk sudah menyebar di telinga mereka.
Belle menekan tombol pada sebuah remote control hingga garasi otomatis terbuka.
Ia mengambil salah satu kunci dan bersiap mengendarai motor Harley Davidson nya. Gadis itu meraung-raungkan suara gas motornya dan secepat kilat berlalu membelah jalanan yang agak sepi.
Mendadak, langit menjadi mendung. Sambaran kilat menghiasinya. Seakan mereka tahu, ada kekuatan lain yang akan menjadi sebuah kesialan untuk seseorang hari ini.
Hanya butuh waktu 11 menit, dan Belle telah sampai disebuah bangunan bertingkat itu.
Ia melepas helm dan memarkirkan motornya agak jauh dari sana. Apartemen ini benar-benar sepi, dan menjadi sebuah keberuntungan untuk Belle menjalankan misinya hari ini.
Setelah memakai jubah hitam panjang, serta topeng bergambar tengkorak, gadis itu melangkah dengan sebuah kapak di tangan kanannya.
Dari deretan tangga, suara benda yang diseretnya itu terdengar nyaring. Perlahan, Belle menaiki setiap anak tangga dengan senyum menyeringai.
Sekarang, dia bukan Mourabelle.
Dia, adalah jiwa lain dibalik kerapuhan itu...
Gnarly Odysea.
Xavior yang sibuk menyusun rencana untuk memiliki gadis yang ia cintai didalam sana tak sadar jika kode apartemen nya ditekan oleh seseorang.
"Sebentar lagi, aku pasti akan memilikinya seutuhnya. Hm, aku sangat berterima kasih untukmu kembaran ku. Aku jadi bisa menggunakan wajah sialan ini." gumam Xavior seraya menatap jendela besar di balkon.
Gnarly yang masih bersandar di dinding penyekat ruang tamu hanya terus menyeringai dalam topengnya. Kapak miliknya sudah terangkat perlahan.
Kaki jenjangnya mendekat hingga berada tepat dibelakang Xavior. Tepat saat pria itu berbalik badan, daging pipinya terkelupas ketika kapak itu membelah samping kiri wajahnya.
"Akkhh!!! Siapa kau?!!" pekik Xavior kesakitan.
Xavior mencoba menghajar orang tersebut namun kini giliran daging pundak hingga tangannya terkelupas. Kapak itu benar-benar tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZZMATAZZ (REVISI)
Teen Fiction"Ada miliaran orang dan kamu hanya mengincarku?" Mourabelle. "Karena dari miliaran orang, hanya kamu yang mengacaukan diriku, lady Odysea." Maraschino. *** Menjadi putri dari keluarga Odysea-Salvatore yang terkenal akan pengaruhnya di dunia bisnis...