17.17 - Engagement?

2.5K 237 35
                                    


"Maaf, aku terlambat datang."

Semua orang di ruangan mengalihkan perhatiannya pada seorang pria muda yang kini bersitatap dengan Belle yang masih dikuasai keterkejutan.

Pria itu melangkah, ia duduk di kursi dihadapan Belle. Seulas senyuman tipis terbit di bibir nya ketika Belle masih terpaku diam.

Dan pernyataan selanjutnya membuat Belle semakin terperangah...

Wanita seumuran ibunya tadi, yang ternyata bernama Joane tersenyum lebar. Ia menatap semua anggota Odysea Salvatore bergantian.

"Ah, perkenalkan lagi. Dia putraku, Savaric."

"Maraschino Blaquer Savaric." tambahnya.

Apa-apaan ini?!

Jadi...selama ini Savaric yang tidak dapat ia ketahui identitasnya ada disini. Savaric yang pernah bertengkar dengan Xavier di arena balap adalah orang yang sama. Orang yang juga mengklaim bahwa ia miliknya adalah orang yang kini berada dihadapannya.

Savaric, pria Albania yang disebut dewa penakluk jalan kematian itu adalah seorang Maraschino Blaquer Savaric.

"Wah, Savaric menjadi semakin tampan dari terakhir yang aku lihat." puji Roseanne, nenek Archie-Belle.

Belle sontak menatap ke arah neneknya, bahkan seluruh keluarganya. Tidak. Sepertinya tidak cukup sampai disini, pasti ada hal lain yang menyangkut maksud 'pertemuan di masa lalu' mereka.

"Ya, Savaric dan Mourabelle benar-benar pasangan yang cocok." balas Joane memandang mereka dengan senyuman lebar.

Mourabelle hanya tersenyum canggung. Ia mengalihkan pandangan, apapun asal dia tidak menatap pria didepannya itu.

Bagaimanapun, kenyataan ini membuatnya tak bisa berkata-kata. Terlebih ketika Maraschino tak mengatakan apapun soal nama belakangnya yang jadi panggilan itu.

"Nah Savaric. Kau tentu mengingat Moura kan?"

Maraschino menoleh pada kakek dari Archie-Belle. Ia menunjukkan senyuman tipisnya, "Tentu saja kakek. Aku sangat-sangat mengingatnya." ucapnya seraya menatap Mourabelle penuh arti.

Sementara gadis yang dibicarakan itu hanya mendengus pelan. Ia tahu, perkataan Maraschino mengarah pada pertemuan terakhir mereka yang sampai berujung adegan panas.

Makan malam tiba, mereka makan dengan tenang. Tapi tidak dengan Belle, entah mengapa ia merasakan gejolak tidak nyaman di perutnya. Terlebih, kepalanya terasa berat akibat pusing yang kembali muncul.

Belle menghentikan makannya, sontak membuat orang-orang menatap heran padanya. Gadis itu berdiri, "Aku ingin ke kamar mandi sebentar."

Tanpa menunggu lama, Mourabelle melangkah cepat menuju kamar mandi disekitar sana.

Kedua tangan kecilnya bertumpu pada wastafel. Gadis itu memuntahkan isi perutnya yang tidak nyaman hingga hanya air saja. Kedua mata Belle memerah, menahan gejolak tidak nyaman itu.

Hingga dirasanya ada tangan kekar yang memijat tengkuknya. Belle menoleh, mendapati Maraschino yang menatapnya khawatir.

Belle mencuci mulutnya, menyambut saputangan milik Maraschino yang baru saja diserahkan padanya.

"Kita ke rumah sakit, okay?" tanya Maraschino dengan nada cemas yang kentara.

Gadis itu hanya menggeleng. Ia menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Sementara Maraschino mengelus tengkuk serta rambutnya dengan perlahan.

Melihat reaksi Belle, Maraschino semakin cemas. Ia mengangkat tubuh proporsional Mourabelle ala bridal style dengan mudah. Belle melingkarkan kedua tangannya di leher Maraschino.

Pria itu langsung membawanya ke dalam mobilnya. Ia memposisikan duduk gadis itu dengan hati-hati.

Setelah memasangkan seatbelt, mobil yang ditumpangi mereka mulai berjalan menjauh meninggalkan Blaquer's Hotel milik Maraschino.

Ia sudah menyuruh salah satu bodyguard untuk menyampaikan tentang ini ke seluruh anggota keluarganya dan Belle.

Salah satu tangan Maraschino yang bebas memijat pelipis Belle. Sesekali pandangannya ke arah gadis itu. Ia menyeka keringat dingin di wajah gadis itu.

Sesampainya di rumah sakit terdekat, kini Maraschino berulang kali menghela nafas. Ia khawatir dengan gadis yang sedang ditangani dokter itu.

Tak lama, ia mengalihkan perhatiannya pada keluarga Odysea Salvatore beserta orang tuanya yang berjalan ke arahnya.

"Bagaimana keadaan adikku?" tanya Archeille khawatir.

Maraschino menggeleng, "Dia sedang diperiksa dokter."

Belasan menit berikutnya, dokter yang mereka tunggu keluar. Sontak Maraschino menghampirinya, menunggu penjelasan tentang gadis itu.

"Tidak ada yang serius, pasien hanya mengalami nyeri di perutnya akibat terlambat makan. Oh iya...apa pasien pernah mengalami trauma dan amnesia?"

Shakiera mengangguk, sesaat bisa dilihat kilatan sedih di matanya. "Iya, dia mengalami trauma karena masa kecilnya, juga saat ia duduk di bangku sekolah menengah pertama, Mourabelle mengalami amnesia yang menyebabkan dirinya hilang ingatan meski hanya masa itu."

Mendengar penjelasan Shakiera, sang dokter menganggukkan kepalanya. "Kurasa saat masa itu terjadi ada suatu peristiwa penting dalam hidupnya?" lagi, Shakiera mengiyakan.

"Jika dibiarkan bisa memicu gangguan stress pascatrauma. Terlebih, berhati-hatilah dalam menjaga mentalnya. Pasien bisa dikatakan mengalami trauma hebat dan setelahnya kehilangan sebagian ingatan kecilnya. Mungkin dia terlihat baik-baik saja, namun bisa jadi mentalnya jatuh seiring waktu." tambah sang dokter kemudian berlalu dari sana.

Setelah diizinkan, Maraschino beserta anggota keluarga lain masuk ke dalam ruangan tempat Belle dirawat.

Bisa dilihat matanya terpejam dengan wajah pucat. Maraschino mengambil tangan gadis itu yang terasa dingin. Mengusapnya pelan seraya menatap pada wajah cantik itu.

"Savaric, kita tak mungkin menyembunyikan tentang kalian terlalu lama." ucap Alexandro, ayah Archie-Belle tiba-tiba.

Maraschino hanya diam, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya.

"Xavior yang meninggal bertepatan saat amnesia yang dialaminya membuat Belle tak mengingat peristiwa sebelumnya." lanjut Alexandro, melirik putrinya sekilas.

"Iya, dokter benar. Kita harus menjaga mental gadis ini. Dan harapan kami utama terletak padamu, Savaric."

Maraschino mengangguk pelan, tatapan mata hijau mint nya masih mengarah pada gadis itu. "Selalu, aku sudah menyerahkan seluruh ragaku untuk menjaga dan melindunginya sejak lama."

Atas keinginan Maraschino, orang tuanya juga orang tua dan kakek nenek dari Archie-Belle memilih pulang sebab sudah larut malam.

Sebelum melangkah keluar, kakek Mourabelle melangkah mendekatinya.

"Kau harus segera membicarakan soal pertunangan itu. Mourabelle harus tahu, peristiwa bahagia yang pernah terjadi dalam kepingan memorinya yang hilang." ucap sang kakek kemudian mengikut keluar.

Maraschino terdiam, matanya menatap kosong ke lantai. Kakek memang benar, ia harus segera membicarakan soal pertunangan ini.

Di sisi lain, Mourabelle yang sejujurnya sudah sadar sejak dokter keluar tadi hanya memejamkan matanya semakin rapat. Apa maksud keluarganya?

Pertunangan apa? Peristiwa bahagia siapa yang menghilang saat amnesia yang bertepatan dengan kematian Xavior?

Dan...apa hubungannya dengan pria ini?

RAZZMATAZZ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang