1 Elli si Dokter magang

7.8K 262 6
                                    

Untuk ukuran seorang Mahasiswi Kedokteran, Elli sangatlah jorok. Baju kotor, bra, cd, bahkan kaos kaki tidak di cuci selama satu minggu berserakan di seluruh penjuru kamar kostannya.

Elli adalah gadis desa yang cukup beruntung karna terlahir dari keluarga mampu. Ibunya seorang guru di sekolah dasar, sedangakan Ayahnya bekerja di kelurahan sebagai Sekretaris Kelurahan. Mereka juga mengelola kebun pepaya yang menjadi sumber terbesar keuangan keluarganya.

Elli itu polos-polos menyebalkan. Dia naksir Dokter Rudy Hoerudin. Dokter konsulin di Rumah sakit tempat dia Koas sekarang. Elli memanggilnya Dok. Udin karena katanya biar samaan kaya lagu Udin yang bisa ada di mana-mana. Tentu saja Rudy tidak mau di panggil begitu, walaupun benar di akhir namanya ada kata Udin.

"Dok. Udin, kamar 122 waktunya pengecekan ulang." Elli berdiri disebrang meja dengan ceria, bahkan senyumannya sampai membuat kedua matanya menyipit.

Rudy mendelik tak suka ketika gadis terlanjur ceroboh itu memanggilnya begitu. Dia sendiri heran, kenapa gadis jorok dan ceroboh seperti dia bisa masuk ke fakultas kedokteran. " jauh-jauh kamu dari saya." Rudy mendorong jidat Elli pelan menggunakan pulpen yang dia pegang.

sebelum melangkah kekamar pasien yang dituju, Rudy merapikan jas almamaternya sebentar, baru Rudy melangkah dengan berwibawa.

"He he, modus dikit Dok. Udin." Elli nyengir kuda. Dia mengejar langkah lebar Rudy menuju ruangan pasien yang disebutkannya tadi.

"Kamu itu calon Dokter, penting menjaga sikap."Rudy mencoba sabar. Dia tidak bisa untuk tidak berpikir, kenapa dia harus mempunyai anak didik seperti Elli. Apakah ini cobaan atau peringatan untuknya karena lalai dalam ibadah. Rudy mengelus dada sabar.

Elli menggaruk lehernya karena bingung. "Emang sikap aku gimana Dok. Udin?" Elli bertanya polos.
Rudy melirik Elli sekilas. Ada nada kejengkelan dalam suaranya.

"Petakilan."

"kalau gitu Dok. Udin ajarin aku tentang etika yang baik. Dokter kan konsulen aku?" Elli cengengesan tidak tau diri.

"Waktu saya gak seluang itu sampai harus ngajarin etika ke kamu." Rudy berkata ketus. Sulit memang menjaga citra ramah dan sopan santun kalau sudah berhadapan dengan Elli sibiang rusuh. Bahkan kini Rudy harus mempercepat langkahnya agar orang yang melihat perseturuannya dengan Elli tidak di lihat lebih banyak orang.

Bibir Elli manyun. Namun, sekejap kemudian dia cengengesan kembali. "Kalau gitu kapan Dok. Udin punya waktu luang?" Tanyanya penuh harap. Binar dimatanya sangat jelas menggambarkan emosi suka cita.

Rudy mengerjap. Elli didepannya mengingatkan pada mioww, kucing kecil dirumahnya ketika hendak diberi makan. Rudy sampai sedikit ling-lung karena terpesona dengan mata kucing Elli yang menggemaskan. "kenapa tampangmu makin bodoh saja?" Rudy melengos mengenyahkan pikiran bahwa Elli sangat manis dan imut.

Mata kucing milik Elli sontak meredup. "Gak peka." Dumelnya kesal.

Rudy melirik Elli sebentar sebelum membuka pintu kamar pasien. Ketika Elli hendak ikut masuk, Rudy menahannya dengan menyimpan jari telunjuk didepan jidat Elli. "Jangan membuat masalah!" peringatnya.

Bukan tanpa alasan Rudy memperingati Elli terlebih dahulu, untuk mengantisipasi agar Elli tidak mengulangi membuat keributan di kamar pasien, khusnya ruangan yang akan mereka masuki saat ini.

Elli hanya bisa mengangguk patuh seperti anak baik. kemudian dia mengikuti Rudy yang sudah terlebih dahulu masuk.

"Saya periksa dulu,ya!" Rudy berkata lembut pada Kakek Jojo, pasien yang saat ini Rudy periksa. Rudy mengarahkan Steteskop ke arah dada pasien sekaligus pengecekan lainnya.

Status Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang