Bab 45. Elli diculik

914 67 1
                                    

Pulang dari pesta Elli hanya sendiri, sebab Rudy tiba-tiba mendapat telpon dari rumah sakit dengan keadaan darurat. Dengan perasaan tidak menentu Elli melihat jalanan dari kaca mobil, saat ini Elli tengah menuju kosan miliknya dengan menaiki taksi online.

Begitu turun dari mobil, langkah Elli langsung terhenti begitu mendapati dua orang laki-laki yang berdiri di depan pintu kosan. Elli tidak mengenali siapa mereka, perasaannya mulai tidak tenang.

"Kalian siapa?" Elli bertanya sedikit gugup, takut kalau dua orang ini berbuat macam-macam padanya. Tak dapat dipungkiri begitu dua orang ibu berbalik ke arahnya, bulu kuduk Elli langsung merinding ngeri begitu melihat betapa menyeramkannya wajah dua laki-laki ini.

Bukannya menjawab pertanyaan Elli, dua laki-laki itu malah saling pandang sebelum kemudian menyeringai berbahaya. Perlahan Elli mundur begitu melihat dua orang di depannya maju.

"MANDE," Elli berteriak sambil melanbaikan tangan.

Dua orang itu langsung menoleh ke arah belakang untuk mencari orang yang Elli panggil 'Mande', tapi yang mereka temukan hanya kosong tidak ada ada siapapun. Sadar mereka sudah kena tipu, mereka langsung membalik wajah dan mendapati Elli sudah lari terbirit-birit.

"Sial, dia kabur. Cepat susulan!" Salah satu dari mereka merutuk marah, dengan cepat berlari menyusul Elli yang lainnya sangat kencang.

Napas Elli memburu akibat ia berlari sekencang yang ia bisa, berusaha meninggalkan dua orang laki-laki di belakangnya yang terus mengejar. Entah siapa mereka, tapi yang jelas Elli merasa mereka berdua bukan orang baik dan punya niat jahat padanya.

"Alamak, jangan ...  sampai aku ... tertangkap. Aku masih perawan, tolong, ini gimana sih." Ucap Elli dengan putus-putus di sela larinya.

Setiap beberapa detik sekali Elli akan menoleh ke belakang, memastikan kalau dua laki-laki itu tidak dapat mengejarnya. Elli sadar batas ia berlari hampir habis, jadi demi mempertahankan diri Elli memilih tempat yang bagus untuk dijadikan persembunyian.

Elli langsung membekap mulutnya sendiri tatkala melihat dua kaki di depannya berhenti, sedangkan dirinya kini berada di belakang tong sampah dan kepalanya ditutup Kardus robek. Elli sadar dia tidak pandai memilih tempat persembunyian, potensi ia tertangkap sangat besar.

Dengan cepat Elli mengeluarkan ponsel yang sebelumnya sudah ia matikan suara. Setelah mengirim pesan pada Rudy, Elli menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.

Tidak, Elli baru sadar satu hal. Rudy tidak akan membaca pesannya karena sekarang pasti tengah di ruang operasi. Saat Elli kembali mengeluarkan ponsel, ia memekik tertahan begitu mendapati kaki dua orang laki-laki tadi yang sempat menjauh kini sudah berdiri tepat di depannya.

Tangan Elli yang memegang ponsel bergetar, matanya terpejam dengan mulut terus melapalkan 'mereka gak lihat ... mereka gak lihat'.

"Aaaa," Elli menjerit saat kardus yang menutupi kepalanya ada yang mengangkat, saat ia mendongak langsung nyengir tatkala mendapati dua orang tadi kini sudah menunduk sambil menatapnya bengis. "Eh Abang, aku ketemu ya?"

"Ikut kami," dua orang itu langsung menarik Elli.

Elli tidak menolak atau memberontak, sebab ia sadar kekuatannya kalah jauh dari dua orang yang kini memegang masing-masing tangannya. Namun, jangan kira Elli tidak punya rencana cadangan, ia sudah mengaktifkan GVS agar nanti pangeran tak berkuda datang bak pahlawan super untuk menyelamatkannya.

Elli menatap bangunan kosong di tempatnya, tiba-tiba saja perasaan was-was langsung menelusup masuk. Sungguh ia masih tersegel dan ting-ting, kalau dua orang laki-laki ini berbuat macam-macam padanya yang bisa menghilangkan keperawanan bagaimana? Rudy saja belum menyentunya, masa harus orang lain yang lebih dulu?

"Kenapa kalian berdua membawaku ke sini? Jangan macam-macam ya, suami saya itu orangnya menyeramkan." Elli mencoba menakut-nakuti, berharap dua orang ini tidak berbuat lebih padanya selain hanya menyekap saja.

"Diam, orang diculik jangan banyak bicara!" Salah satu dari dua laki-laki ini berucap kesal, menarik Elli masuk ke dalam bangunan kosong.

bruk

"Aw," Elli meringis saat kedua lututnya mengantuk benda di depannya, ia jatuh berlutut di atas lantai kotor dan penuh debu karena dua orang laki-laki yang membawanya melempar tubuh dengan sembarangan.

"Diam di sini sampai bos kami datang, kalau tidak kamu habis sampai ke tulang-tulang!"

Elli bergidig takut saat melihat mata kedua orang itu seperti hendak menggelinding ke luar, ngeri saja kalau itu benar-benar terjadi saking melototnya mata mereka saat berucap.

"Sepertinya dia ada bawa ponsel, ambil gih!" Suruh satu kawanan laki-laki pada temannya. Ia ingat tadi sempat melihat ponsel di tangan tawanannya.

"Oke," sang kawan menurut, segera mendekati Elli dan merebut ponsel dari tangan pemiliknya. Dengan sekali banting, ponsel cukup jadul tapi masih lumayan berguna milik Elli hancur berkeping-keping. Tidak hanya sampai di sana, laki-laki itu juga menginjak ponsel Elli sampai benar-benar remuk redam.

Puas dengan pekerjaan kawanannya, mereka berdua ke luar dari ruangan kumuh yang hanya diterangi okeh lampu gantung berwarna kuning. Elli harus pasrah, menerima takdirnya yang kini menjadi sekapan orang tak dikenal.

Tanpa mau berusaha mencari jalan ke luar, Elli menguap dan memilih pindah tempat. Setidaknya ia harus mencari kardus atau kain untuk dijadikan ampar nanti ia berbaring.

Senyum Elli mereka saat melihat ada sebuah kardus berisi kain-kain, dengan semangat ia mengatur tempat untuknya berbaring. Puas akan hasil karyanya membuat tempat tidur sendiri, Elli menguap dan memilih berbaring sambil memejamkan mata.

Kalau tidak salah itungan, sekitar satu jam lagi Rudy pasti datang untuk menyelamatkannya. Elli hanya memanfaatkan waktu untuk dipakai tidur, sebab jujur saja kemarin malam ia kebagian shif malam dan paginya harus menggantikan Monalisa menjadi asisten Dokter di ruang operasi.

Bukankah dirinya harus tidur? Elli langsung mengangguk untuk menjawab pertanyaannya sendiri.

Baru saja Elli memejamkan mata, suara kunci diputar terdengar. Ia mengerang karena pastinya  tidur ia akan terganggu. Dengan mata mengerjap ia menatap ke arah pintu terbuka, memperlihatkan dua kaki jenjang yang terlihat mulus.

"Aku saja yang perempuan terpesona, bagaimana kalau jadi laki-laki ya?" Elli terkekeh dengan pemikirannya sendiri.

Begitu Elli bangun duduk, ia kini sepenuhnya dapat melihat wajah cantik dengan rambut bergelombang berdiri di depannya. Seketika Elli menyebut alhamdulillah dalam hati, sebab ternyata ada yang jauh lebih cantik dari pada dirinya di sini. Jadi potensi ia menjadi lalab gratis untuk dua preman tadi bisa langsung musnah.

"Mbak diculik juga ya?" Elli bertanya dengan plosnya.

Wajah cantik itu mengerutkan dahu, tatapan tak senang langsung diperlihatkannya. "Saya yang menculik kamu."

***

Maaf ya aku agak lelet update, happy reading.

Status Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang