Elli melipat tangan di depan dada sambil mengangakat dagunya angkuh. Dia layaknya seorang ratu yang tengah memandang bawahannya. "Ingin pembuktian?"
Wajah yang Suster Mia pasang ankuh tadi perlahan surut berganti dengan ketakutan yang berusaha dia sembunyikan. Apa benar Si anak magang ini punya bakingan Direktur rumah sakit ini? Suster Mia membatin panik.
Elli memiringkan sedikit kepalnya, diam-diam menyeringai. Ternyata mudah saja menakut-nakuti Suster Mia ini, hanya dengan ancaman akan dikeluarkan saja sudah mati kutu begini. "Ayo, jawab!"
"Gak, usah. Lagian saya juga tidak mendengar apa-apa tadi." Suster Mia memalingkan wajahnya karena terpaksa menurunkan egonya. Dia sampai menggigit lidah agar tidak keceplosan memaki anak magang kurang ajar ini yang berani-beraninya mengancam senior seperti dirinya.
"Bukan tidak mendengar, tapi anggap saja tidak mendengar apa-apa. Karena saya tau, sebenarnya Suster Mia memang mendengar semua pembicaraanku dengan Momo. Kalau tidak, bukan hanya dikeluarkan dari Rumah sakit ini, tapi Suster Mia juga akan mendapat balasan dari Dok. Udin alias Dokter Rudy S.U.A.M.I. SAYA."
Kali ini Elli tidak ragu mengatakan kalau Rudy adalah suaminya. Dia juga tidak ragu menjadikan ibu mertuanya tameng untuk mengancam Suster Mia agar tidak bermulut ember. Toh suami dan ibu mertuanya juga tidak akan marah, malah mungkin akan melakukan lebih dari apa yang Elli lakukan sekarang.
"Ja-jadi benar kamu dan Doter Rudy sudah menikah?" Suster Mia bertanya putus asa. Jadi, penantiannya selama 3 tahun ini adalah ke sia-siaan semata.
Sebenarnya Monalisa juga sama penasarannya dengan pertanyaan yang baru saja Suster Mia ajukan. Dia tadi sepontan mengamankan Suster Mia dari ember bocornya agar tidak sampai terdengar oleh dua Suster yang tadi masuk ke dalam wc. Namun, bukan berarti dia juga langsung mempercayai apa yang Elli bilang terakhir kali padanya. Dia ingin mendengar sekali lagi agar yakin bahwa pendengarannya tadi tidak salah dengar.
"Ya." Elli menjawab lugas.
"Lalu, kenapa waktu itu lo bilang istrinya Dokter Rudy itu bukan lo?" Monalisa menatap Elli tak percaya. Jadi, waktu itu dia dibohongi. Kampret.
Elli menggaruk kepalanya walau tidak gatal karena bingung ingin menjawab apa. Akhirnya dia hanya bisa nyengir kaku, merasa bersalah karena sudah membohongi temannya ini.
Monalisa yang tau arti raut wajah Elli sontak mendengus kesal. "Kenapa waktu itu lo bohong?"
Elli kembali memperlihatkan cengirannya, kali ini bahkan lebih lebar. "Kepepet, mo."
"Halah, alasan macam apa itu." Suster Mia menimpali dengan sinis. Dia melirik Monalisa yang tengah berdiri di sampaing Elli. "Pasti si Elli ini cuma cari alibi saja. Buktinya, tidak ada raut bersalah sama sekali di wajahnya setelah membohongi kamu yang notabennya sahabat dekat."
Tak segan, Elli menabok tangan Suster Mia sampai si empunya mengaduh sakit. "Sembarangan kalau ngomong. Gak lihat, nih." Elli menunjuk wajahnya sendiri. "Tidak ada raut bersalah bagian mananya, Suster Mia?"
"Tuh." Suster Mia menunjuk acak wajah Elli sambil memalingkah wajah. Dia tidak tau saja, kalau jari telunjuk yang dia pakai untuk menunjuk wajah Elli, tepat berada di depan gigi Elli. Tanpa prikejarian, Elli menggigit kuat Jari telunjuk Suster Mia yang mengarah ke wajahnya.
"Aw." Suster Mia memekik sakit. Buru-buru dia menarik jarinya. Sakit, jari telunjuknya serasa nyut-nyutan. "Kurang akar banget, sih!"
"Ups, maaf sengaja." Elli pura-pura terkejut dengan tujuan meledek Suster Mia.
"Kamu...," Suster Mia berhenti ketika mendapati teriakan Monalisa.
"BERHENTI!" Monalisa berteriak frustasi. Kenapa bisa Suster Mia yang sudah berusia 28 tahun dan Elli yang katanya sudah menjadi istri masih berkelakuan kekanak-kanakan begini? Hanya dirinya yang dewasa di sini. Monalisa membatin frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Status Rahasia
ChickLitElli Mahasiswa Kedokteran yang mempunyai sifat ceroboh, jorok, dan pemalas mendapat keberuntungan dapat Magang di rumah sakit Kasih ibu tempat di mana Rudy bekerja. Kedekatan mereka menjadi guncingan hot se antero rumah sakit dan se fakultas Kedokte...