Saat Elli sampai di kontrakannya. Terlihat Mande berdiri di depan pintunya sambil berkacak pinggang. Mande menatap Elli tanpa kedip seolah kalu berkedip sekali saja, Elli akan menghilang. Elli yang ditatap seperti itu berjalan kikuk menyadari kesalahannya.
"Kebangetan. Lo kata kagak lama, nyatanya sampai gue duduk lumutan kagak muncul tuh batang hidung lo." Mande berkata sarkastik. Karena marah, kedua lubang hidungnya kembang kempis saat menarik dan mengeluarkan napas dengan kasar.
"Sorry, gue lupa. Beneran deh." Elli meringis sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya keatas membentuk hurup v.
"Alah, sorry lo udah basi. Pokonya gue kagak mau tau, sarapan pagi dan makan malam gue lo yang tanggung. Kagak ada penolakan!" Mande menekankan pada kata 'penolakan'.
"Mana lagi orang yang loe suruh tahan merupakan titisan emak-emak kurang belaian. Idiiih geli gue." Mande bergidik mengingat pertemuannya dengan Rita. Namun karena pertemuannya dengan si Janda juga, Mande jadi selalu senyum-senyum sendiri saat ingatannya tertuju pada perempuan cantik bernama Sani.
Elli mengernyitkan dahi bingung saat melihat Mande yang katanya marah, tapi malah tersenyum. Sejurus kemudian senyum jahilnya terpampang di bibir. "Lo kata tadi emak kurang belaian, kok loe jadi senyum-senyum gitu. Cie, lo naksir sama tuh janda." Elli ngakak di akhir kalimatnya.
Mande menggetuk dahi Elli memakai penggaris yang dia bawa. "Oy, itu mulut mau gue cabein. Idih amit-amit naksir sama tuh janda." Mande bergidik. "Waktu itu gue ketemu sama perempuann. Tuh perempuan udah lemah lembut, sopan, keibuan, bening lagi." Mande melirik Elli dari atas sampai bawah. Wajahnya yang semula berseri-seri berbuah sinis ketika memindai penampilan Elli. Beda jauh sama lo. Udah burik, dekil, jorok, hidup lagi."
Sontak Elli memukulkan tas slempangnya ke punggung Mande sampai si empunya meringis sakit. "Jahat, lo. Pokoknya jatah sarapan lo gue tarik. Kagak ada penolakan!" Elli meniru kata-kata Mande, sengaja menekan kata 'penolakan'.
"Gila lo. Kagak bisa gitu. Gue udah cape-cape bantuin sampai hampir dijadiin simpenan tante girang, eh malah seenak udel lo tarik gitu. Kagak bisa pokonya!" Mande berkata berang.
Elli memerosotkan bahunya pasrah. Seakan semangat hidupnya berkurang lantaran jatah uang makannya akan berkurang tersedot Mande.
"Kagak usah pasang muka kaya orang yang terdzolimi, gue kagak kasihan." Mande memukul sekali lagi dahi Elli gemas. Bukan gemas karena lucu, tapi gemas karena kesel.
"Baik Paduka Mande Harahap." Elli membungkukan setengah badannya, lalu setelah menegakan kembali badannya tanpa perasaan Elli mendorong tubuh Mande yang sedang menyender di depan pintunya sampai hampir terjengkang. Dengan dramatis Elli mengangkat kedua tangannya layaknya berdoa.
Mulut Elli berkomat kamit dan diakhiri dengan mengusap wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Elli masuk tanpa menoleh sedikitpun kearah Mande yang mengernyit bingung.
"Loe baca Do'a sebelum masuk rumah?" Mande berteriak dari depan pintu. "Tumben inget?"
"Iyah. Gue, cuma jaga-jaga takut ada setan ikut makan di kostan gue." Elli balas meneriakinya dari dalam.
Mande yang mendengar balasan Elli sontak mendelik sebal. Mande yang niat hati ingin minta bayarannya mulai malam ini mengurungkan niat. Lebih baik beli nasi goreng spesial pakai dua telur Mang So-lee-hin di depan belokan, dari pada makan gratis di kostan Elli tapi di nyinyirin setan.
***
Elli melangkah dengan lesu di parkiran Rumah Sakit. Sudah tak terhitung berapa kali dia menghela napas seolah beban hidupnya sangat berat sampai bernapaspun sudah cape. Elli duduk didepan pintu sambil menopang dagu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya asyik mengais batu kerikil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Status Rahasia
ЧиклитElli Mahasiswa Kedokteran yang mempunyai sifat ceroboh, jorok, dan pemalas mendapat keberuntungan dapat Magang di rumah sakit Kasih ibu tempat di mana Rudy bekerja. Kedekatan mereka menjadi guncingan hot se antero rumah sakit dan se fakultas Kedokte...
