16. Tertuduh mengintip gadis mandi

1.3K 78 0
                                    

Sekeluarnya dari ruangan Rudy, Elli duduk di kursi tunggu di depan ruangan Rudy. Dia memikirkan kembali perkataan Nyonya Devi Saswito. Siapa Amelia, kenapa Mamah Devi mengatakan kalau Rudy harus melupakannya? Apa Amelia itu kekasih Rudy sebelumnya?

Elli tersenyum pedih membayangkan bila benar adanya kalau Amelia itu kekasih Rudy suaminya, Dok. Udin nya. Apakah kalau Amelia itu kembali, Rudy akan menceraikannya? Tak sadar, setitik air mata jatuh dari mata bulatnya.

Apakah selama ini dia sudah terlalu yakin kalau Rudy bisa balik menyukainya? Ternyata dia harus menerima kenyataan kalau cintanya kemungkinan besar bertepuk sebelah tangan.

Kurang lebih Elli kini mengerti kenapa selama satu tahun ini Rudy tidak pernah menyentuhnya, Rudy pasti teringat akan sosok Amelia itu. Apakah di sini orang yang jahat itu adalah dirinya, orang ketiga dalam hubungan antara Rudy dan Amelia?

Elli tersenyum kecil ketika mengingat kembali waktu pertemuannya pertama kali dengan Rudy. Waktu itu Elli tengah mandi di dekat sumur pemandian para warga Desa Asih, Desa tempat asalnya. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Rudy sudah berjongkok di balik bambu tempatnya mandi. Tentu saja Elli kaget, dia mengira Rudy tengah mengintipnya lalu berteriak kencang samapai mengundang warga berbondong-bondong menghampirinya.

Dari sana Rudy diseret untuk dibawa ke kantor kelurahan. Kebetulan, ternyata Nyonya Devi Saswito juga tengah ada di kelurahan mengobrol bersama Pak Groho Nugroho bin sugroho, kepala Lurah Desa Asih.

Nyonya Devi yang melihat anaknya diseret warga tentu saja kaget luar biasa. "Rudy?" Tanyanya bingung. Kemudian kekagetannya bertambah saat melihat seorang gadis yang terlihat sehabis mandi dengan masih menggunakan handuk yang digunakan untuk hijab kepalanya.

"Pak Lurah Groho, lalaki iyeu ngintip awewe anu ekeur mani. (Pak Lurah Groho, laki-laki ini mengintip wanita yang tengah mandi.)" Seorang bapa-bapa yang berpakaian dekil penuh lumpur berkata lantang melaporkan berdasarkan apa yang dilihatnya.

Rudy yang tangannya di pegang seorang bapa-bapa berpakaian kumal sontak mendelik karena baru saja didorong ke depan. Bila keseimbangan tubuhnya kurang bagus, sudah dipastikan Rudy akan terjatuh dengan posisi telungkup.

Pak Groho melihat ke arah lelaki tampan yang baru saja didorong warganya dengan lekat. Pak Groho hampir saja tak percaya dengan ucapan warganya itu karena melihat penampilan Rudy yang rapi dan seperti orang berilmu.

Pak Groho menggelengkan kepala tak berdaya. Memang jaman sekarang jangan tertipu dengan penampilan dan pendidikan yang tinggi. Jangan menilai buku dengan sampulnya, begitu pula jangan menilai orang dari penampilannya. Pak Groho membatin.

"Apa yang para warga katakan?" Nyonya Devi bertanya penasaran pada Pak Lurah Groho karena tidak mengerti dengan bahasa yang diucapkan warga.

Pak Lurah Groho menoleh ke arah Nyonya Devi. "Kata warga saya, lelaki ini sudah mengintip seorang perempuan mandi."

Nyonya Devi menutup mulutnya tak percaya. Sontak dia menoleh ke arah Rudy yang sama terkejutnya dengan dirinya. "Kamu." Nyonya Devi bahkan sampai kehabisan kata karena bingung harus berkata apa. Di percaya anaknya tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti ini, namun dia juga tidak dapat menampik ucapan para warga yang datang berbondong-bondong ini.

Rudy menatap ganas Elli yang tengah memandangnya sinis penuh cemohan. Dia menggertakan giginya kesal karena telah disangka macam-macam oleh para warga gara-gara gadis ini. "Heh, saya tidak bermaksud mengintipmu,  sauya hanya sedang bersembunyi dari seorang waria yang tengah mengejar-ngejar saya."

"Halah, alesan." Elli menatap laki-laki yang mengintipnya makin sinis.
Para warga ikut menyoraki Rudy heboh karena masih berkelit setelah jelas-jelas tertangkap basah.

"Harap tenang para warga-warga!" Pak Lurah Groho mencoba melerai keadaan yang makin memanas.

"Pak, saya benar-benar tidak mengintip gadis ini. Memang benar tadi saya bersembunyi di balik... apa ya, saya sendiri bingung menyebutnya. Pokonya bambu tipis dan bolong-bolong yang gadis ini pakai untuk menghalangi mandinya. Apakah pantas seorang gadis mandi dengan keadaan kondisi seperti itu?" Rudy balik mencemoh Elli.

Karena kesal, Elli maju selangkah dari jajaran para warga. Dia bertolak pinggang sambil mengangkat dagunya angkuh. "Oh, jadi kamu menghina tempat pemandian orang-orang kampung sini. Asal kamu tau, bukan hanya saya saja yang suka mandi di sana. Hampir...," Elli menunjuk semua warga yang hadir "semua warga sini memakai tempat yang kamu bilang bambu tipis dan bolong-bolong itu untuk mandi dan kebutuhan lainnya. Jadi, apakah baru saja kamu menghina semua warga disini?" Elli menyeringai licik.

"Pak Lurah Groho, lalaki iyeu kudu dihukum! Mentang-mentang orang kota dan kaya, main saenakna wae ngahina tempat urang sapopoe lumaku ka cai. Sombong pisan euy. (Pak Lurah Groho, laki-laki ini harus dihukum! Mentang-mentang orang kota dan kaya, main seenaknya saja menghina tempat kita sehari-hari memakai kamar mandi. Sombong banget ya.)" Bapak-bapak yang berpakaian kumal angkat bicara dengan menggebu-gebu. Dia tidak terima karena tempat dia menimba air dihina seenaknya oleh orang kota ini.

"Bener pisan Pak Lurah Groho! (Benar banget Pak Lurah Groho!)" Satu warga lagi angkat suara dan langsung ricuh diikuti para warga yang lainnya juga.

Keadaan sekarang sudah makin memanas karena para warga pada menuntut keadilan pada Pak Lurah agar menghukum laki-laki yang sudah berani mengintip seorang gadis mandi sekaligus telah menghina tempat pemandian mereka.

Nyonya Devi yang sedari tadi diam menyimak, sedikit banyak mengerti dengan keadaan yang kini tengah menyudutkan anaknya agar diadili oleh Pak Lurah Groho atas kelakuan tidak sopannya. Seketika dia memijit pelipisnya yang mendadak migran.

"Tenang para warga, tenang!" Pak Lurah Groho kembali angkat suara untuk menenangkan warganya yang mulai ricuh kembali. "Hayu urang rundingken secara kekeluargaan wae. Seret ayena mah mangga ka neng Elli uih ka bumi, gentos acuk kanu leres sareng sakalian ajak Mamak sareng Abah na ceunah dongkap ka kadieu. Jeung kango para warga sakalian, masalah pamandian mah kin deui urang rundingkena saatos beres masalah neng Elli. Ngartos warga-warga? (Ayo kita rundingkan secara kekeluargaan saja. Untuk saat ini silahkan saudari Elli pulang ke rumah, ganti baju yang lebih pantas dan sekalian ajak Mamah dan Bapannya biar datang ke sini. Dan untuk para warga sekalian, masalah kamar mandi nanti kita rundingkan lagi sesudah beres masalah saudari Elli. Mengerti warga-warga?)"

"HUUUUUH." Para warga menyoraki Pak Lurah karena tidak puas atas keputusannya.

"Kanggo ayeuna, mangga para warga bubar heula. Uih ka bumi na atanapi ka pekerjaan na masing-masing. (Untuk saat ini, silahkan para warga bubar dulu. Pulang ke rumah atau balik ke pekerjaannya masing-masing.)"

"Tong hilap Pak Lurah Groho, lalaki iyeu kudu dibere hukuman. (Jangan lupa Pak Lurah Groho, laki-laki ini harus diberi hukuman." Bapak-bapak yang memakai baju paling bersih di antara bapak-bapak lainnya angkat suara.

"Hayu bubar! (Ayo bubar!)"
Semua warga kini membubarkan diri mereka dan kembali ke pekerjaannya masing-masing menyisakan Elli dan Rudy yang kini tengah saling menghunus tajam.

"Elli, kunaon masih di dieu? (Elli, kenapa masih di sini?)" Pak Lurah Groho mengerjapkan matanya untuk mengkode Elli agar segera pergi mengikuti para warga yang lain.

"Pulang dulu Pak Lurah Groho. Nanti Elli bawa Abah dan Mamak ke sini."

"Tong hilap eta baju ganti." Pak Lurah Groho mengingatkan sekali lagi sebelum Elli melanfkah pergi.

"Ya."

Sepeninggalannya Elli, Pak Lurah Groho menoleh ke arah Rudy yang masih menatap kepergian Elli dengan tajam. "Nak Rudy, ada yang ingin saya bicarakan. Mari Nyonya Devi dan Nak Rudy ikut saya masuk ke dalam."

Pak Lurah Groho Nugroho bin Sugroho mempersilahkan Nyonya Devi dan Rudy untuk jalan duluan masuk ke dalam Ruangannya.

***

Status Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang