Bab 46. Dipaksa meminum racun

1.1K 65 2
                                    

"Oh," Elli membulatkan bibir tanda mengerti.

Bukan Elli tidak terkejut saat mengetahui dirinya diculik, sungguh Elli juga memiliki rasa takut sebagaimana orang lain pada umumnya saat tahu dirinya ada dalam bahaya. Namun, karena latihan yang ia dapat dari masa kuliah hingga koas, Elli terbiasa menghadapi hal-hal yang mengejutkan.

Mendapati sang penculik ternyata berwajah cantik dan tidak ada kesan menyeramkan, Elli berusaha membuat mimik wajah sebiasa mungkin. Ia harus tahu alasan yang perempuan cantik di depannya ini menculik dirinya, lalu ia juga harus tahu siapa perempuan ini sebelum Rudy datang menjemput.

"Ellyana Rahmawati, itu namamu." Perempuan cantik itu berjalan mendekat ke arah Elli, lalu berjongkok dengan lutut beradu pada lantai. "Wajahmu biasa saja, tapi kenapa Rudy mau menikahi kamu? Kalau tidak dijebak, pasti kamu menggunakan cara mengemis agar Rudy terpaksa menikahi kamu karena kasihan."

Cantik-cantik tapi mulutnya ngeselin, cibir Elli dalam hati.

"Mbak, si tampan tidak melulu untuk si cantik, ada kalanya aku yang buruk rupa ini mendapatkan pangeran tampan berkuda putih. Kalau Mbak iri karena Dok. Udin yang tampan luar biasa malah mau menikahi aku, jangan juga sampai culik aku segala. Sebab aku menamakan pernikahan aku dan Dok. Udin itu sudah jadi rezeki anak solehah." Elli menjawab dengan nada bangga, nyengir lebar seolah apa yang baru saja ia ucapkan adalah hal yang teramat membanggakan.

"Memangnya kamu solehah?" Perempuan cantik itu menyeringai, sengaja mengejek Elli. "Lihat dirimu! petakilan, jorok, dekil, Rudy itu paling anti dengan seseorang yang seperti kamu. Kamu masih mau berbangga hati menyombongkan pernikahan kamu yang hanya status itu?"

"Yang penting Dok. Udin udah bilang cinta sama aku," Elli menjawab sambil manyun.

Perempuan cantik itu hampir tersedak ludahnya sendiri begitu mendengar jawaban Elli. Wajahnya merah padam, jelas marah dan tidak terima bercampur menjadi satu. "Bagaimana bisa Rudy menyatakan cinta semudah itu? Pasti kamu berbohong 'kan?"

Elli makin manyun saat perempuan cantik itu menuding wajahnya sambil melotot galak. "Ngapain bohong, dosa tahu. Dok. Udin memang bilang cinta, Mbak cemburu?"

Perempuan cantik itu mendengkus dingin, berdiri dan menbelakangi Elli. Kedua telapak tangannya terkenal erat, hatinya panas luar biasa. Di liriknya Elli melalui ujung matanya, lalu kembali membuang wajah saat ia begitu yakin tidak ada yang spesial dari Elli.

"Sial, sebenarnya apa yang Rudy lihat dari perempuan ini?" Ucap perempuan cantik itu dengan gumaman.

Tapi rupanya Elli masih mendengar gumamam perempuan yang membelakanginya ini, hingga ia dengan berani menimpali. "Mungkin Dok. Udin menyukaiku karena aku ini manis, punya lesung pipi, terus tidak jahat seperti Mbak."

"Berani kamu," perempuan itu langsung berbalik, berjongkok di depan Elli dengan mata melotot. "Saya tahu jelas bagaimana selera perempuan yang Rudy inginkan, jelas kamu jauh dari kriterianya."

"Iya, aku juga tahu, Dok. Udin sukanya sama perempuan pintar dan cantik, tapi kan kalau jodoh yang ngatur bukan manusia melainkan Tuhan. Kalau jodohnya Dok. Udin yang sudah tertulis adalah aku, Mbak bisa apa?" Elli nyengir sambil menjawab, melengoskan wajah saat mendapati perempuan di depannya malah terlihat bertambah marah.

Apa yang salah coba? Elli cuma mengatakan yang sebenarnya. Heran.

plak

"Aw," Elli langsung mengusap pipinya yang haru saja kena tampar, bahkan wajahnya ikut berpaling ke samping saking kelasnya tamparan. Sakit, tentu saja. Bahkan Elli kini merasa pipinya panas dan berdenyut. Kalau sudah masuk ke ranah adu fisik, Elli siap membalas.

plak

Perempuan di depan Elli sampai tercengang saking tidak menyangkanya Elli akan berani balik menamparnya. Ia mengusap pipinya yang terasa panas, menatap Elli penuh permusuhan.

"GOLER," teriak bernada murka perempuan itu pada anak buahnya. Napas dia tak beraturan, saat anak buahnya datang tanpa segan langsung mencengkeram dagu Elli hingga wajahnya terdongak ke atas. Perempuan itu berani kembali menyiksa Elli lantaran tahu kini ia ada yang melindungi, setidaknya kalau Elli tiba-tiba kembali balik menyerang ia sudah cukup tahu akan ada yang menangkis.

"Ish, Mbak, dagu aku sakit." Elli mengeluh sambil mencoba melepaskan cengkeraman pada dagunya. Bukannya apa, tapi kuku perempuan ini menusuk kulitnya hingga terasa perih. Sakit cuy, Elli bukan seorang masokis yang menyukai rasa sakit.

"Saya gak peduli," Perempuan itu menimpali sinis. Ia melirik Goler--anak buah yang ia suruh menculik Elli. "Bawakan air yang sudah saya campur racun!"

"Baik."

Mendengar kata racun otomatis mata Elli bergetar takut, ia meringsut mundur karena tidak mau kalau sampai dipaksa meminum racun itu. Sekarang baru Elli menyesali keputusannya tadi yang tidak bergegas mencari jalan ke luar, sebab tidak tahu kalau orang yang menculiknya ternyata punya niat membunuh dalam waktu dekat.

"Ha ha ha, kenapa mundur? Takut? Tadi saja kamu berlagak seolah pemberani, tapi nyatanya kamu hanya seorang pengecut seperti tikus tak berdaya. Sampah!" Perempuan itu tergelak puas melihat sorot ketakutan pada wajah Elli, tertawa sampai air matanya mengalir.

Hei, siapa yang tidak akan takut bila ia akan disuruh meminum racun? Hanya orang tidak waras saja yang akan kesenangan bila disuruh minum racun, dasar perempuan bodoh! Rutuk Elli dalam hati.

Elli menghitung jam dalam hati, perkiraannya saat ini Rudy baru ke luar dari ruang operasi. Itu pun kalau operasinya berjalan lancar dan cepat, tapi bila ada problem maka tambahan waktu lagi tidak menutup kemungkinan. Ia harus bisa mengulur waktu, tapi bagaimana?

Goler datang dengan secangkir air di tangannya, ia memberikan pada sang bos. Di saat perempuan itu memberikan kode, Goler langsung mendekati Elli dan memegang kedua lengannya dengan erat agar tidak bisa memberontak.

"Buka mulutnya!" Perempuan itu mengintruksi.

"Lepaskan!" Elli tentu saja memberontak, tapi tenaganya kalah jauh dari Goler. Elli tidak bisa melawan saat mulutnya dipaksa di buka, hingga sesuatu yang basah sulit ia muntahkan dan akhirnya tertelan ke dalam mulut.

pranggg

Perempuan itu melempar cangkir ke arah sembarangan begitu saja, menyeringai puas saat racun sudah tertelan oleh Elli. Melihat Elli yang berusaha memuntahkan racun yang sudah masuk ke dalam tubuhnya, perempuan itu hanya mendengkus dingin sebelum kemudian berdiri angkuh.

"Tenang saja, saya punya penawar racun yang kamu telan barusan. Racun itu akan bekerja selama satu jam, lalu setelah satu jam maka tubuhmu akan kesulitan bernapas dan pada akhirnya mati bila tidak cepat meminum penawarnya. Kalau kamu menginginkan penawarnya, maka lakukan apa yang saya perintahkan."

Elli yang tengah menekan dada langsung mendongak, menatap perempuan itu dengan penuh aura permusuhan. Tidak ada yang Elli katakan, tapi dari sorot matanya jelas ia menunggu perempuan itu kembali melanjutkan ucapannya.

Perempuan itu menunduk, balas menatap Nuri dengan riak penuh licik pada sorot matanya. "Mudah, kamu hanya perlu menelpon Rudy dan katakan padanya kalau kamu ingin bercerai dari dia sekarang juga."

***

Status Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang