Bab 43. Pesta Annifersary

985 58 4
                                    

Elli melihat sederet gaun yang menggantung dengan  rapi di depannya, berwarna warni dan indah. Rudy memang membawanya ke butik, bukan mall seperti nyonya Devi waktu itu. Jadi, rencananya pupus sudah untuk menjajah ATM milik Rudy itu.

Di sini pula, Elli tidak dapat memilih gaun sendiri karena Rudy sudah memilihkannya. Dia jadi sebel sendiri, dia kira Rudy itu orang yang cuek pada hal begini terutama penampilan.

"Ayo, sana coba dulu!" Rudy datang-datang sudah memerintah dirinya. Elli mengikuti perintah Rudy dengan ekspresi manyun karena kesal.

Setelah menerima gaun pemberian seorang pegawai butik, Elli masuk keruang ganti. Di ruang ganti Elli tidak langsung mencoba gaun, dia malah membuang gaun itu lalu duduk lesehan di bawah.

"Lalu, gunanya gue di sini cuma jadi bahan percpbaan saja." Elli meremas kepalanya karena kesal pada Rudy.

Tidak terasa Elli sudah duduk lesehan selama 15 menit lamanya. Di luar, Rudy sudah berjalan mondar mandir karena khawatir. Namun, seorang pegawai wanita yang tadi memberikan baju pada Elli mengatakan tidak ada orang yang keluar dari bilik ganti sedari tadi.

"Lalau kenapa bisa sampai selama ini?" Rudy mendesis jengkel. Bukan, Rudy bukannya marah pada pegawai wanita itu. Tapi, dia marah pada Elli yang berganti satu baju saja kayak orang lagi mencoba seluruh baju di butik.

"Maaf, pak. Apa sebaiknya saya coba lihat kedalam saja?" Pegawai wanita itu memberikan solusi agar dapat memastikan wanita yang tadi menerima gaun darinya baik-baik saja.

"Ya, lakukan itu. Kalau sampai dia tidur atau malah melamun, panggil saya saja."

"Baik, pak." Pegawai wanita itu mengangguk. Dia menunduk saat melewati Rudy, kemudian berdiri di depan pintu. "Bu, apakah ibu sudah selesai bergantinya?"

Todak ada tanggapan dari dalam membuat Rudy ada sedikit khawatir. "Kamu yakin kalau Elli belum keluar dari dalam sana?"

"Saya yakin, pak." Pegawai itu menjawab pasti.

"Biar saya yang coba." Rudy mendekat setelah pefawai wanita itu mundur beberapa langkah. Dia mengetuk pintu. "Elli, apa yang kamu lakukan di dalam sana?"

Karena masih tidak mendapat jawaban, Rudy membuka pintu itu. Namun, yang dia temukan adalah Elli yang tengah menurunkan baju sampai pinggang sehingga memperlihatkan pudak mulus putih dan bagian yang tertutup bra. Seketika Rudy merasa mati kutu, apalagi saat ini Elli juga sama-sama sedang menatapnya dengan ekspresi terkejut.

Buru-buru Rudy menutup kembali pintu, dia menyandarkan tubuhnya di balik pintu sambil memegangi dadanya. Apa yang baru saja dilihatnya? Kenapa terbayang sekali di ingatannya? Buru-buru Rudy menggelengkan kepala untuk mengusir pemikiran otaknya yang mendadak traveling setelah melihat Elli.

"Kenapa wajah Anda sangat merah, pak?" Pegawai wanita itu melihat pipi sampai ketelinga Rudy memerah sebenarnya dapat menebak apa yang dilihatnya di dalam sana. Namun, dia tidak ingin menyimpulkan sendiri makanya bertanya untuk memastikan.

Rudy merapikan kembali bajunya yang sama sekali tidak kusut, lalu bertingkah biasa seolah tidak melihat apa-apa barusan. "Bukan apa-apa. Kalau dia sudah keluar, panggil saya."

"Baik, pak."

Rudy mendudukan dirinya di sopa khusus bagi pelanggan yang menunggu. Setelah beberapa menit kemudian, pegawai wanita itu datang bersama seorang gadis dengan gaun warna silver dengan hiasan bagian pinggang kiri kebawah. Gadis itu nampak cantik dan anggun saat berjalan, apalagi dengan wajah memerah malu seperti itu.

"Pak." Pegawai wanita itu memanggil, tapi tidak ada tanggapan dari orang yang dipanggilnya. Ternyata pelanggannya ini malah terdiam melihat gadis yang datang bersama dengannya.

"Dok. Udin, jangan bengong!" Elli meneriaki Rudy sampai si empunya tersentak lalu sadar dari lamuananya.

Rudy mendelik, citra gadis cantik nan anggun Elli kini runtuh di pikirannya seiring dengan nada bicara jutek dan kesal Elli. "Kamu kenapa?"

"Gak apa-apa. Udah ayo kita berangkat, gak takut telat apa?" Elli menimpali lebih jutek lagi.

Setelah membayar, Rudy dan Elli pergi ke pesta anniversary temannya Rudy. Begitu sampai, mereka dapat melihat keindahan pesta ala dongeng pangeran dan putri terutama Frozen.

Saat melihat temannya tengah bersalaman dengan para tamu, bergegas Rudy menarik Elli untuk menghampirinya.

"Rudy, saya tau kamu pasti datang kawan." Pria dengan kulit eksotis itu memeluk erat Rudy. Sedangkan wanita di sampingnya hanya menatap mereka sambil tersenyum manis.

"What." Pria itu terkejut begitu menyadari Rudy tidak datang sendiri, melainkan bersama seorang perempuan cantik berhijab. "Siapa gadis cantik ini, Rudy? Apa dia Amelia?"

Elli melirik ke arah Rudy, tidak ada raut terkejut atau penolakan di wajahnya, tetap biasa seperti awal datang menjumpai temannya ini. Apa semua teman dan orang dekatnya Rudy memang sudah mengetahui perihal tunangannya Rudy itu? Seketika Elli menginginkan orang-orang agar mengenalnya sebagai istrinya, bukan Amelia tunangan Rudy.

Rudy menarik Elli agar lebih dekat denagnnya, lalu sebelah tangannya menyelinap masuk kepinggang ramping Elli sehingga memeluk posesif dari samping. "Perkenalkan ini Elli." Kemudian Rudy berbisik dan hanya Temannya ini yang dapat mendengar. "Istri saya."

"Wohaaaaa!" Pria itu terkejut dengan informasi yang dia dapatkan sekarang. Namun, dengan bijak dia juga tidak terlalu bertanya lebih jauh mengenai gadis cantik yang Rudy akui sebagai istrinya ini dan bukan Amelia. Tentunya semua orang punya privasi masing-masing, dan dia cukup tahu akan hal itu.

"Selamat atas anniversary kalian yang ke 8 tahunnya, Sastra dan Emely." Rudy melirik kanan kirinya mencari putri kecil dari pasangan yang sedang  merayakan anniversary-nya ini. "Di mana Tulip? Kenapa saya tidak melihatnya?"

"Tulip lagi main sama om nya, tuh mereka." Emely menunjuk seorang anak perempuan sekitar 6 tahun dan seorang laki-laki remaja keturunan kora Indonesia.

Elli yang juga ikut menoleh sontak membulatkan matanya begitu mengenali siapa laki-laki remaja yang disebut om-nya Tulip. Elli berdoa dalam hati, semoga laki-laki itu tidak kesini. Namun, harapannya harus kandas begitu Emely memanggilnya.

Begitu Tulip dan om-nya datang, Elli berusaha menyembunyikan wajahnya menggunakan tas tangan yang dibawanya. Rudy yang mengerti hanya diam, sedangkan Emely dan Sastra yang aneh sontak saling pandang.

Laki-laki remaja yang menjadi om-nya Tulip memperhatikan perempuan yang datang bersama Dokter Rudy, Is sedikit memiringkan kepalanya untuk mencuri pandang. Namun, dia tidak dapat menebak siapa itu karena wajahnya ditutupi tas. Hanya saja apa yang Elli lakukan justru membuat Ray makin penasaran. Siapa perempuan yang terlihat menyembunyikan wajah darinya ini?

***

Status Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang