5. Bara

90 4 0
                                    


Hari Senin adalah hari paling menyebalkan bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, pagi ini cuaca begitu terik dan harus melaksanakan upacara bendera.

Selesai melaksanakan upacara bendera semua murid SMA Tunas Kencana membubarkan dirinya masing-masing,

Ada yang langsung menuju ke kelas, ada yang ke kantin, dan ada juga yang masih di lapangan siapa lagi kalo bukan bapak ketos dan bawahannya.

Sedangkan Ayra cs memilih untuk pergi ke kantin.

Sesampainya di kantin,

"Duh anjir panas banget dah," keluh Ripa.

"Namanya juga abis upacara gimana si lo." Heran Yumna yang juga ikut mengipasi dirinya dengan tangan.

"Yeuuuu" Ripa menoyor pelan kepala Yumna.

"Sakit ege."

Melihatnya Ayra hanya menggelengkan kepalanya,

Sedetik kemudian matanya berfokus ke arah Bara, Vano dan Satya yang akan memasuki area kantin.

"Azka kok engga ada, kemana ya? Rapat osis kali ya." Pikir Ayra.

Tanpa Ayra duga sahabat-sahabat Azka justru menghampiri mejanya.

"CacamaRipa hei hei,"

"CacamaRipa hei hei," heboh Satya saat tiba di meja Ayra cs yang membuat seisi kantin tertawa oleh tingkah absurdnya.

"Lo ngeledek gue apa gimana?" Tanya Ripa sinis.

"Kagak. Orang gue nyanyi kok." Satya menaikan dagunya dan memberikan tatapan mengejek pada Ripa.

"Itu cacamarica syalan!"

"Lo berdua bisa diem?" Tanya Bara melirik tajam ke arah Satya dan Ripa.

Keduanya pun langsung kicep.

Via, Yumna dan Vano terkekeh pelan sembari berucap "mampus."

Sedangkan Ayra memperhatikan Bara yang sedari tadi menatapnya.

"Kenapa?" Tanya Ayra akhirnya.

"Bisa ikut gue bentar Ra?" Balas Bara.

Ayra mengerutkan keningnya heran,

"kemana? mau apa?"

"Udah Ra ikut aja, lo pasti aman kalo sama Bara beda sama si bangsat." Ucap Ripa seraya melirik kearah Satya.

"Nama gue SATYA. S A T Y A di mana letak bangsat itu kawan?" Tanya Satya mendramatisir keadaan.

Ripa memutar bola matanya malas.

Via yang dari tadi menyimak pun mengeluarkan suaranya, "Berjodoh kalian ntar gue mampus-mampus in."

"NAJIS." teriak Satya dan Ripa berbarengan.

                              *****

Semilir angin menerpa wajah dan rambut kedua remaja yang saling diam tanpa ada satupun yang memulai pembicaraan.

Iya, Bara mengajak Ayra ke rooftop untuk membicarakan hal yang ingin ia tanyakan.

Ayra memandang Bara yang juga tengah menatapnya.

"Sebenernya ada masalah apa lo sama Azka?" Tanya Bara akhirnya.

Ayra menghela napas berat, "gue juga gak tau. Azka tiba-tiba berubah dan ngacuhin gue kaya gini."

"Azka gak pernah cerita sama lo?" Tanya Ayra pada Bara.

Bara menggeleng. Sedetik kemudian terdengar helaan napas di sampingnya,

Bara melirik Ayra yang tengah menundukkan kepalanya.

Bara menepuk pelan pundak Ayra.

"Nanti gue bantu tanya sama Azka, udah jangan sedih."

Ayra mendongakkan kepalanya lalu tersenyum tipis, "tumben baik, gak kesambet kan lo?"

Bara menyentil pelan kening Ayra yang membuat gadis berambut panjang itu meringis pelan.

"Ishh Sakit tau." cibir Ayra dengan tangan yang mengusap keningnya.

"Dasar batu es,"

"Nyebelin. Bara nyebelin."

"Gue aduin Azka pokoknya!"

Bara menatap Ayra datar, "Bukanya Azka udah gak peduli?"

Wajah Ayra langsung berubah masam.

"Ya jangan di perjelas dong!"

Mendengarnya Bara tertawa pelan,

"udah sana balik ke kelas." Titahnya pada Ayra yang langsung di angguki Ayra.

Setelah kepergian Ayra, Bara duduk di sofa yg sudah terlihat usang dan mengambil rokok di saku seragamnya, lalu Bara menyalakan rokoknya.

Hingga datang suara rusuh yg membuat Bara kesal. Siapa lagi kalo bukan Satya.

Rip ketenangan Bara.

"Wah parah lo ngerokok gak ajak ajak " ucap Satya yang langsung mengambil satu batang rokok milik Bara.

Vano yang melihatnya pun menggelengkan kepalanya, "modal dong anjir."

"Yang punya nya aja gak masalah, kenapa lo yang repot." Balas Satya nyolot.

"Anak setan."

Bara hanya memandang kedua sahabatnya itu dengan datar.

Mereka berdua merokok tanpa ada hambatan. Kenapa cuma berdua? karna Vano memilih merebahkan dirinya di sofa.

"Gak mau lo?" tanya Satya melirik Vano yang sekarang tengah memejamkan matanya.

Tanpa repot-repot membuka matanya Vano berdehem, "gak. Gue ngantuk."

Detik berikutnya terdengar suara berat yang sangat familiar bagi ketiganya.

"Buang rokoknya atau kalian yang gue buang."

Deg

Suara berat nan dingin itu seketika membuat mereka bertiga merinding.

Bagaimana bisa Azka langsung ada di sini padahal tadi ia masih berada di lapangan.

"Gue gak ikutan Az," ucap Vano kemudian merubah posisinya menjadi duduk.

Bara dan Satya langsung menginjak rokok mereka masing-masing.

"Santai, serius mulu idup lo," ucap Bara.

Azka menatap datar Bara kemudian menatap tajam ke arah Satya yang membuat Satya panas dingin.

"Ampunnnn bapak ketos. Bara yang mulai" tunjuk Satya pada Bara.

Mendengarnya Bara berdecih.

Vano yang melihatnya pun tidak habis pikir, "mau heran tapi itu Satya."

Azka mengacak rambutnya pelan.

"Ngerokok nya di luar sekolah gak akan gue larang." ucap Azka lelah menghadapi sahabat sahabat sablengnya.

"Siap pak ketos!" Ucap Satya sembari hormat.

"Cabut, udah bel."

Mereka bertiga mengikuti langkah Azka lalu menuju ke kelas mereka.

_____________

-
-
-
See you next part;)

AZKAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang