16. Pelajaran berharga

95 2 0
                                    


Weekend biasanya Azka akan menghabiskan waktunya dengan nongkrong bersama sahabat-sahabatnya, tapi sekarang sudah hampir 4 jam Azka duduk di teras rumah yang sedari kecil sering ia kunjungi, maksud hati ingin menemui Ayra dan meminta maaf kepada gadis itu, namun apa daya Ayra masih dengan pendiriannya. Iya, tidak ingin bertemu dengannya.

Bahkan di sekolah pun Ayra sengaja menghindari Azka.

Jika biasanya Ayra akan selalu menempeli Azka maka hal itu tidak terjadi lagi hingga membuat heran sahabat-sahabat Ayra dan juga sahabat Azka.

Azka menghela napas berat, entah harus dengan cara apa lagi agar Ayra mau menemuinya.

Puluhan chat bahkan ratusan chat sudah Azka kirim kan kepada Ayra, namun tidak satupun dibalas oleh Ayra. Jangankan di balas, di baca pun tidak.

Terdengar langkah kaki dan ternyata itu mama Ayra.

"Duh Azka gimana ya, tante udah bujuk Ayra tapi tetep aja dia gak mau turun."

"Gak papa tante, mungkin Ayra masih marah sama Azka." Jawab Azka.

Risa menghela napas pelan, "tante harap kamu ngerti ya, Ayra emang gitu anaknya." Ucap Risa tak enak hati. Bagaimana tidak Azka menunggu putrinya hampir 4 jam.

Azka tersenyum tipis lalu mengangguk.

Sedetik kemudian Mahesa keluar dengan secangkir kopi di tangannya.

"Anak gadis om mau di ajak kemana emangnya sama anaknya bunda Vanny yang ganteng ini?" Tanya nya setelah mendudukkan dirinya di kursi dan menyesap kopi yang ia bawa. Risa terkekeh pelan mendengar pertanyaan yang dilontarkan suaminya.

"Azka juga belum nentuin mau kemana. Gimana Ayra aja itu pun kalau Ayra nya mau." Ucap Azka terdengar frustasi di akhir kalimatnya.

Hesa tersenyum tulus,"itu Ayra lagi siap-siap kok."

"Serius pah?" Tanya Risa pada suaminya.

"Mama bujuk tadi gak mau," lanjut Risa dengan nada sedikit kesal.

Hesa tertawa mendengar ucapan istrinya, "papa kok di lawan."

Mendengar penuturan suaminya Risa memutar bola matanya malas.

Tak lama Ayra keluar dan langsung menghampiri kedua orangtuanya.

"Cantik banget anak papa." Puji Hesa kepada putri satu-satunya itu.

"Iyalah mamanya juga cantik." Balas Risa tak mau kalah.

Ayra hanya tertawa hambar, mood nya belum kembali.

Mata Hesa melirik ke arah Azka, dilihatnya Azka tengah memandangi putrinya dengan mata yang tak berkedip.

"Putri om cantik kan ya?" Tanya Hesa berniat menggoda Azka.

Azka mengerjap kemudian mengangguk. Malu hanya itu yang Azka rasa, bisa-bisanya Azka kepergok tengah mencuri pandang ke arah Ayra.

Risa tertawa pelan melihat ekspresi Azka.

"Biasalah pah anak muda." Bisik Risa pada suaminya yang masih dapat di dengar oleh Azka dan juga Ayra.

Ayra berdehem pelan setelah mendengar bisik-bisik mama-nya.

Melihat respon anaknya Risa dan Hesa pun tertawa geli.

Azka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian bangkit dari duduknya dan pamit kepada orangtua Ayra. Mencium punggung tangan keduanya lalu melangkah menuju motornya di ikuti Ayra di belakangnya.

*****

Langit biru yang terlihat sangat cantik ditambah cuaca yang cerah tapi tidak panas mampu membuat siapa saja ingin memotretnya, ditambah hembusan angin dan suara ombak yang bisa menyejukkan telinga.

AZKAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang