13. Baikan?

89 2 0
                                    


Rumah Ayra,

Sesampainya di rumah, Ayra langsung turun dari motor Azka. Jujur saja Ayra masih sedikit shock atas kejadian yang menimpanya tadi.

Azka yang sadar Ayra melamun langsung menyadarkan lamunan gadis itu. "Jangan takut. Ada gue." Ucap Azka kembali datar. Berbeda dengan waktu tadi Azka menolong Ayra.

Ayra langsung memanyunkan bibirnya, "apasi kok dingin lagi."

"Udah sana masuk Ra."

"Lo nya gak boleh dingin kalau lagi sama gue. Capek Azka ihhh."

Azka memutar bola matanya malas,

"gak usah drama. Masuk sana!" Azka kembali berucap tanpa ingin di bantah.

Mau tak mau Ayra melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumahnya. Dengan masih memasang wajah bt-nya ia terus melangkah, sesampainya di depan pintu ia langsung membuka pintu dan masuk kedalam rumah lalu membanting pintu itu cukup keras hingga membuat Azka terkejut.

Melihat tingkah Ayra, Azka hanya dapat menggelengkan kepalanya.

                               *****

Ayra melangkahkan kakinya dengan kesal menuju kelasnya. Sungguh jika tau seperti ini Ayra tidak akan masuk sekolah hari ini. Bagaimana tidak semua sahabatnya kompak tidak masuk hari ini. Yumna yang tengah sakit, Ripa yang ada acara keluarga, juga Via yang mendadak pergi ke luar kota untuk menghadiri pernikahan sepupunya.

Bukannya Ayra lebay karna ditinggal sahabat-sahabatnya tapi Ayra tetaplah Ayra si manja yang cuma di mengerti oleh keluarga dan sahabatnya.

Teman Ayra banyak tetapi tetap saja rasanya berbeda.

Setelah sampai di kelasnya, gadis cantik itu mendudukan dirinya dan kelas langsung terisi penuh oleh siswa-siswi lainnya. Pelajaran pun dimulai hingga tidak terasa waktu istirahat pun tiba.

Ayra melangkahkan kakinya keluar kelas dan menuju kantin. Iya Ayra hanya sendiri, teman sekelasnya sudah mengajak Ayra untuk ke kantin bersama namun Ayra menolaknya dengan alasan dirinya ingin me time.

Sesampainya di kantin Ayra mendudukan dirinya di kursi kantin, sebelumnya Ayra sudah terlebih dulu memesan makanan. Agar tak bosan, Ayra memainkan ponselnya sembari menunggu makanannya datang.

Di sisi kantin yang lain terlihat Azka beserta sahabatnya tengah duduk dengan anteng dengan pandangan yang mengarah ke arah Ayra. Kecuali Azka, karna cowok itu hanya diam.

"Ayra ajak kesini aja, kasian sendirian."

Ucap Satya yang di angguki oleh Bara dan Vano kecuali Azka.

Tidak biasanya melihat Ayra duduk sendirian, tumben sekali bukan.

"Elah Ka gayalo bilang aja kangen, gengsi terus yang gede." Sindir Vano tepat sasaran.

"Bacot."

"Bicit giti?" Satya tertawa hingga matanya menyipit. Namun tawanya tidak bertahan lama lantaran Azka memberikan tatapan maut untuknya.

"Hahahaha. Mingkem gak lo." Kiki Vano yang tertawa laknat.

Bara hanya menggeleng melihat tingkah sahabat-sahabatnya. Sedetik kemudian matanya melirik kembali ke arah Ayra.

"AYRAAA." Teriak Bara memanggil Ayra dengan melambaikan tangannya. Tak urung banyak pasang mata yang langsung tertuju.

Azka menghela napas lelah dan langsung menatap tajam kearah Bara.

"AYRA SINI RA." Satya pun ikut berteriak memanggil Ayra seraya ikut melambaikan tangannya.

Azka tersentak kaget, kenapa Satya malah ikut-ikutan.

"masih gue liatin belum gue tendang kalian berdua." Ucap Azka dingin.

Vano ingin mengeluarkan suaranya tapi ia urungkan karena Azka tengah menatapnya dengan tajam.

"Lo gausah ikut-ikutan!" tunjuk Azka pada Vano.

Azka menghela napas berat setelah dirasa Ayra telah sampai di tempat mereka.

Satya, Bara dan Vano pun menahan senyum mereka melihat ekspresi tertekan Azka saat ini.

"Hai semua." Sapa Ayra ramah.

"Hai Ra."

"Hai juga sepupu manja."

"Hai Ayraaaa." Ucap Satya sembari memberikan jus alpukat yang tadi ia pesan kepada Ayra.

Azka yang melihatnya pun mengeluarkan suaranya, "Dia gak suka jus alpukat."

Bara, Vano dan Satya saling pandang dan mulai menggoda Azka.

"Ehemmmm yang masih inget minuman favoritnya." Satya kembali menarik tangannya dan meminum sendiri jus yang tadi ia pesan.

Vano dan Bara pun tertawa renyah.

"Gengsi doang dia mah yang gede."

Sadar akan yang barusan ia ucapkan Azka diam di tempatnya.

Ayra hanya tersenyum tipis. Setelahnya Ayra memilih duduk di samping Azka.

"Mau ketawa tapi takut Azka makin ngejauh." Ucap Ayra seraya melihat ke arah Azka.

"Tumben lo sendirian. Sahabat-sahabat lo pada kemana Ra?" Tanya Satya heran.

"Oh itu mereka kompak gak masuk. Biasa acara keluarga." Balas Ayra pelan.

Mendengar penuturan Ayra, Satya  mengangguk.

Azka bangkit dari duduknya dan berniat untuk pergi,

Baru selangkah Azka melangkahkan kakinya Ayra meraih tangan Azka.

Azka menundukkan kepalanya dan melihat Ayra yang juga tengah menatapnya.

"Di samperin malah pergi. Gak sopan tau." Ucap Ayra cemberut.

"Lepas." Bukanya melepaskan, Ayra justru semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Azka.

Bara dan Vano terus memperhatikan keduanya. Satya juga ikut memperhatikan tanpa berani membuka suaranya.

Ayra ikut berdiri, "ikut gue bentar." Ayra mulai melangkah di ikuti Azka di belakangnya dengan wajah tertekan.

"Duluan gaess. Biasa, urusan rumah tangga perlu di kelarin dulu." Ucap Ayra kepada sahabat-sahabat Azka.

Bara, Vano dan Satya mengacungkan jempolnya.

"KITA DUKUNG RA."

_____________

-
-
-
See you next part;)

AZKAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang