Langkah kaki Agatha bergerak pelan dengan kedua tas yang memegang tali tasnya. Setelah tiga minggu tidak masuk sekolah, ia berniat untuk kembali bersekolah saja. Untungnya tidak ada yang curiga bahkan para guru pun tak berani untuk bertanya mengenai hal itu yang mereka tau Agatha sedang sakit.
Seseorang menghampiri perempuan itu dan memegang bahunya. "Astaga," ucap Agatha yang terkejut lalu melihat ke belakang ternyata terdapat Dirma yang cengengesan.
"Kamu udah masuk sekolah, Tha. Astaga aku senang banget," ucap Dirma dan memeluk sahabatnya itu. Agatha hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Tuhan itu baik, Tha. Ya meskipun debay di sini di ambil. Tapi jadinya lo bisa sekolah lagi dan gue sama Junita nggak bakalan kesepian," seru Dirma.
"Jangan kuat-kuat, Dir." Dirma menutup mulutnya lalu tertawa kecil.
"Si Angkasa mana? Kok nggak nampak," tanya Dirma.
"Ohh tadi lagi bareng Kak Rikki," jawab Agatha sedangkan Dirma hanya mengangguk mengerti.
"Tha."
Agatha dan Dirma melihat ke belakang dan terkejut melihat Alvaro. Dengan gesit, Dirma maju menjadi dinding Agatha dan menaruh tangannya dipinggang. "Ngapain lo? Pergi sana," ucap Dirma mengusir Alvaro dengan kasar.
"Dirma. Aku sama Alvaro udah baikan kok. Jadi kamu nggak usah takut ya," jelas Agatha.
"Nggak, Tha. Lo nggak boleh temanan sama cowok ini, lo nggak kenal sama si munafik ini."
Alvaro hanya diam menatap Dirma, ia mendorong pelan bahu Dirma lalu menarik tangan Agatha untuk mengikutinya. Tak mereka sadari jika Angkasa dari tadi memperhatikan mereka dari jauh hingga Alvaro berani menarik tangan Agatha entah kemana
........
Agatha dan Alvaro sedang berada di taman tepat di bawah pohon tua rindang. Keduanya duduk di atas rerumputan yang masih segar sambil memegang dua botol air mineral. "Lo udah baikan, Tha?" Agatha melihat Alvaro lalu mengangguk.
Alvaro melihat keadaan perempuan itu sedang tidak baik. Masih tampak kesedihan diraut wajah perempuan tersebut. "Ohh iya. Lo udah lama kan nggak main ke toko buku kemarin? Gimana kalau weekend ini kita ke sana," ajak Alvaro.
"Var. Kamu nggak kesal sama sekali gitu sama aku?" tanya Agatha yang melihat pria di sampingnya itu banyak bicara.
Leher Alvaro menggeleng. "Ngapain gue kesal sama lo. Emangnya lo ada ngelakuin sesuatu," ucap Alvaro yang sebenarnya mengerti arah pembicaraan Agatha.
"Secara aku udah nge~~"
Dengan cepat Alvaro membawa Agatha ke dalam pelukannya, ia menaruh dagunya di atas kepala perempuan itu. "Dah, Tha. Lo nggak usah bahas itu lagi yang terpenting bagi gue itu lo," ujar Alvaro mengusap rambut Agatha.
Tak ada balasan dari Agatha, perempuan itu hanya menangis karena masih merasa bersalah kepada Alvaro. "Harusnya lo bersyukur karena hidup lo bakalan kembali normal lagi, Tha. Lo bisa sekolah lagi dan pastinya semuanya akan baik-baik aja. Gue juga gak masalah atau lo mau buat bareng gue lagi? " tanya Alvaro untuk menjahili Agatha.
"Gak lucu. Lagian aku udah ada Kak Angkasa, coba aja kalau berani."
Angkasa melihat mereka dari jauh, entahlah dia merasa jika dadanya sangat sesak saat ini. Melihat perempuan yang ia sayangi sedang dipeluk dengan pria yang notabennya adalah musuhnya. Ia membalikkan badannya dan meninggalkan keduanya di taman belakang.
"Udah jangan jadi mellow gini. Nanti ada yang nengok malah jadi salah paham," ucap Alvaro dan melepaskan pelukannya.
Agatha hanya tersenyum singkat dan menghapus air matanya yang tertinggal dipelupuk matanya. "Agatha balik ke kelas dulu ya, Al. Kamu jangan lupa belajar dan jangan bandel-bandel lagi," tawa Agatha dan berhasil membuat rasa hangat dihati Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agatha
FanfictionHamil di saat dirinya masih menginjak bangku sekolah. Di campakkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Siapa yang mau menemani seorang perempuan tak suci lagi sepertinya? 'Ini semua sudah menjadi takdir ku. Salah ku tak mendengarkan kata mereka hingga...