Agatha memasuki rumah Angkasa, ia sangat takjub dengan keadaan di dalamnya. Serdehana tapi elegan, ia masih tidak menyangka akan masuk ke dalam suasana keluarga ini. Keluarga Angkasa sangat baik padanya, mulai dari dalam mobil ia selalu diajak berbincang oleh Mama Mawar dan ternyata Papa Anggoro adalah orang yang sangat humoris.
"Kamu tidur di samping kamar Angkasa dulu ya, Sayang." Mama Mawar mengusap kepala Agatha sedangkan perempuan itu hanya mengangguk. "Angkasa kamu letakkan koper Agatha di samping kamar kamu. Habis itu mama dan papa mau bicara dengan kamu," sinis Mama Mawar sedangkan Angkasa hanya berjalan santai membawa koper milik Agatha.
"Kamu ikuti Angkasa ya," ucap Mama Mawar sambil tersenyum manis.
Agatha melihat Angkasa yang hanya diam lalu meletakkan kopernya ke atas kasur. "Jelasin semuanya. Sebenarnya kenapa Kak Angkasa ngelakuin ini?" tanya Agatha yang menahan lengan Angkasa.
"Gue udah bilang, gue cuman peduli sama manusia yang ada di dalam perut lo," jawab Angkasa tanpa memandang Agatha.
"Ini bukan perbuatan kamu untuk apa kamu sangat peduli dengannya. Bahkan, aku saja ingin membuangnya," ucap Agatha yang hendak memukul perutnya.
Angkasa menahan tangan Agatha dan membuat manik keduanya saling bertemu. "Kali ini gue minta sama lo supaya nggak kekanak-kanakan, Tha. Janin itu nggak pernah salah kalau disuruh milih dia juga nggak bakalan mau ada sebelum waktunya," ucap Angkasa.
"Jadi aku harus nunggu dia lahir baru ngebesarin dia sendirian gitu," ucap Agatha.
"Gue bakalan tanggung semuanya," ucap Angkasa.
"Terserah intinya cepat atau lambat aku bakal ngebuang dia dan nyawaku sendiri," ucap Agatha dan pergi memasuki kamar mandi.
Angkasa memasuki ruangan kerja papanya. Ia melihat kedua orang tuanya sudah berkumpul di situ dan melihat kehadirannya. "Kenapa nggak pake pengaman dulu sebelum mainnya?" tanya Papa Anggoro.
"Angkasa udah bilang kalau Angkasa disitu nggak sadar," jawab Angkasa dengan santai.
Mama Mawar melihat keduanya dengan tajam lalu menjewer telinga keduanya. "Ini urusan penting, kenapa kalian malah bercanda? Papa juga kenapa nanya kayak gitu," seru Mama Mawar yang melihat kelakukan anak dan ayah itu.
"Yaudahlah, Mah. Udah terjadi juga. Harusnya kita bersyukur ternyata anak kita masih normal karena masih suka sama beda jenis. Selama ini papa takut kalau anak kita itu udah nggak normal lagi," jawab Papa Anggoro.
"Kamu yakin, Sa. Nggak ada sembunyi-in sesuatu dari mama?" tanya Mama Mawar.
"Itu memang anak Angkasa, Ma karena Angkasa sendiri yang buat," jawab Angkasa.
"Ya iyalah masa anaknya Pak Camat sih," ucap Papa Anggoro.
"Pa!!! Mama lagi serius ini," marah Mama Mawar sedangkan Papa Anggoro hanya diam dan melanjutkan pekerjaannya.
"Semoga ini bisa jadi pelajaran buat kamu, Sa. Jangan berbuat semau kamu lagi. Kamu nggak lihat tadi bagaimana kecewanya keluarga Agatha. Sampai-sampai kedua orang tuanya sudah enggan untuk melihat Agatha. Mama yang nggak tega melihatnya," ucap Mama Mawar yang sedikit terisak.
"Angkasa minta maaf, Ma," ucap Angkasa sedangkan Mama Mawar hanya duduk bersender pada sofa.
Angkasa ke luar dari ruang kerja papanya. Dirinya melihat pantulan bayangannya dari kaca. Ia sendiri bingung apa alasannya untuk membela perempuan itu, ia hanya merasa kasihan tapi mengapa harus sebesar ini ia menolong perempuan itu. Kini semuanya telah terjadi, tujuannya adalah memastikan kejadian Alenna tidak terjadi pada Agatha dan akan membunuh si bejat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agatha
FanfictionHamil di saat dirinya masih menginjak bangku sekolah. Di campakkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Siapa yang mau menemani seorang perempuan tak suci lagi sepertinya? 'Ini semua sudah menjadi takdir ku. Salah ku tak mendengarkan kata mereka hingga...