Hari sudah malam, matahari sudah pergi dan tergantikan oleh bulan dengan bintang. Namun, Agatha masih saja berjalan dengan lesu di pinggir trotoar. Ia baru saja pulang dari rumah temannya untuk melaksanakan kerja kelompok tetapi taxi yang ia tumpangi mogok dan membuatnya mau tak mau berjalan menuju rumahnya yang masih jauh.
"Ponsel aku loubet lagi. Gimana mau hubungin orang rumah coba?" keluh Agatha sembari memencet-mencet ponselnya dan berharap agar ponsel itu hidup kembali.
Tiba-tiba hujan turun sangat deras mengguyur basah tubuh Agatha. Agatha segera berlindung di teras sebuah rumah kosong. "Haduh, hujan-hujan. Kamu nggak nengok apa kalau aku lagi di luar sendirian. Please berhenti dong," ucap Agatha sambil mengulurkan tangannya di bawah derasnya deraian hujan.
"Wih, bos ada adik manis, Nih." Agatha sangat terkejut saat melihat ke bekalang. Tubuhnya bergerak mundur saat melihat dua orang yang sedang mabuk menghampirinya.
"Halo manis," sapa salah satu dari mereka sambil memegang tangan Agatha.
Dengan cepat Agatha segera menepis tangan pria tersebut dan tetap melangkah mundur.
"Nggak usah sok cuek. Mending ikut sama Abang, kita bakalan party-party." Agatha hanya menggeleng tiba-tiba ia merasa suaranya tertahan di tenggorokannya.
"Nggak usah ganggu Agatha. Pergi sana," usir Agatha sedangkan dua pria tersebut hanya tertawa.
"AYOK IKUT." Mereka menarik paksa lengan Agatha sedangkan gadis itu hanya memberontak.
"Lepasin," lirih Agatha sambil menangis dengan keras.
Bugh
Agatha menutup mulutnya saat dua pria itu sudah terlempar kedinding. "Kak Angkasa," ucap Agatha saat melihat ternyata yang menolongnya itu adalah Angkasa Savero Perwira.
"Wah, ada yang mau jadi jagoan nih."
Pertarungan terjadi antara Angkasa dengan kedua pria tersebut. Agatha hanya bisa duduk jongkok sambil menutup kedua telinga dan matanya. Ia tidak akan mengulangi kesalahannya berjalan sendirian di malam hari.
"Bangun lo." Agatha membuka matanya dan mengangkat kepalanya. Ia melihat wajah Angkasa yang masih tetap sama dingin dan datar.
"Lain kali teriak yang keras jangan diam aja," tegas Angkasa. Agatha mengangguk dengan cepat, ia segera memeluk Angkasa dengan erat dan menangis dengan keras.
"Makasih Kak. Kalau nggak ada Kak Angkasa aku nggak tau lagi bakalan gimana," lirih Agatha sambil menangis dengan sendu. Angkasa hanya diam, ia bingung harus melakukan apa. Tangannya yang awalnya ingin mengusap rambut Agatha, perlahan menurun dan hanya membiarkan gadis itu memeluknya.
........
X
andro sangat terkejut saat melihat kepulangan adiknya dengan penampilan yang berantakan dan semua badannya basah. Tatapan tajamnya tertuju pada sahabatnya, Angkasa yang menghantarkan adiknya pulang. "Bang. Tadi Kak Angkasa yang nyelamatin aku dari orang jahat," jelas Agatha sedangkan Xandro hanya diam.
"Sekarang lo masuk dan thanks buat lo bro karena udah nolongin adek gue," ucap Xandro sedangkan Angkasa hanya diam dan kembali menuju motor hitamnya.
"Bunda, Ayah," teriak Agatha namun tidak ada jawaban apapun.
"Lagi pergi ke luar kota," ucap Xandro sedangkan Agatha hanya diam.
Frans yang baru siap mandi sangat terkejut saat melihat Agatha yang baru pulang. "Kamu apain Agatha?" tanya Frans pada Xandro.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agatha
FanfictionHamil di saat dirinya masih menginjak bangku sekolah. Di campakkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Siapa yang mau menemani seorang perempuan tak suci lagi sepertinya? 'Ini semua sudah menjadi takdir ku. Salah ku tak mendengarkan kata mereka hingga...