"Mama," ucap Agatha yang terkejut dengan kehadiran Mama Mawar.
"Itu tadi siapa, Tha?" tanya Mama Mawar.
"Ohh itu teman Agatha, Ma. Tadi dia kasih tumpangan buat Agatha," jawab Agatha yang sama sekali tidak berbohong bukan.
"Mama kayak nggak asing sama motornya. Ohhh, iya kok kamu nggak pulang sama Angkasa tadi dan mama lihat dia kayak lebih diam begitu," ucap Mama Mawar.
"Bukannya Kak Angkasa suka diam ya, Ma," ucap Agatha.
"Diamnya beda. Tadi setelah pulang dia langsung masuk kamar dan belum ada ke luar sampai sekarang. Kalian lagi ada masalah ya?" Agatha menggeleng karena memang seingatnya ia tidak memiliki salah terhadap cowok tersebut.
"Yaudah kamu samperin deh. Siapa tau dia lagi pusing karena banyak ujian sekolah apalagi persiapan untuk kelulusan," ucap Mama Mawar dan Agatha mengangguk lalu memasuki rumah.
Tangan Agatha membuka knop pintu dengan perlahan, ia melihat Angkasa yang sedang belajar di meja belajar. Agatha memasuki kamar dengan perlahan agar tidak mengganggu cowok tersebut. Setelah membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya, Agatha duduk di pinggir kasur dan melihat Angkasa yang dari tadi hanya diam.
"Kak Angkasa." Tidak ada jawaban dari cowok tersebut dan membuat Agatha semakin merasa aneh.
"Kak Angkasa lagi ada masalah ya?" tanya Agatha selembut mungkin.
"Kak cerita aja sama Agatha mungkin Agatha bisa bantu," ucap Agatha yang berusaha untuk mendekati Angkasa.
"SATU-SATUNYA MASALAH DI SINI ITU CUMAN LO," bentak Angkasa dengan lantang dan membuat Agatha terhentak.
Angkasa menyesali perbuatannya, ia memang tidak bisa menahan egonya saat melihat Agatha bersama Alvaro. "Tha. Maksud gue bukan kayak gitu," ucap Angkasa yang takut Agatha akan salah paham.
Perasaan bersalah semakin menyelimuti Angkasa saat melihat bahu Agatha yang bergetar pertanda jika perempuan itu sedang menangis. "Akhirnya Kak Angkasa sadar kalau aku sumber masalah buat Kakak. Maaf, mungkin sekarang sudah waktunya buat Agatha pergi." Agatha mengangkat kepalanya dan berusaha untuk tersenyum dan itu membuat Angkasa semakin bersalah."Bukan. Maksud gue bukan kayak gitu, Tha," ucap Angkasa yang takut karena Agatha sudah salah mengartikan ucapannya.
Agatha berusaha untuk berdiri, ia melangkah menuju lemarinya dan mengambil koper miliknya. Ia meletakkan koper tersebut di atas tempat tidur lalu kembali menuju lemari."Tha lo mau ngapain?" tanya Angkasa saat melihat Agatha menyusun pakaiannya ke dalam koper.
Agatha hanya diam, ia hanya menunduk karena tidak mau Angkasa melihat dirinya menangis. Ia mengambil bajunya dan memasukkan ke dalam koper secara bergantian. Kenapa harus sekarang Angkasa menyadari jika dirinya pembawa masalah. Kenapa harus di saat Agatha sudah kembali menyukai cowok tersebut. Setelah menyusun pakaiannya, Agatha menutup kopernya lalu menghapus air matanya dan melihat Angkasa."Makasih Kak buat kebaikan Kakak selama ini. Ini semua udah sangat cukup membantu Agatha," ucap Agatha dan tetap berusaha untuk tersenyum.
"Maksud lo apa sih, Tha? Lo itu salah paham. Gue nggak berniat buat ngomong kayak gitu," ucap Angkasa.
Agatha hanya tersenyum tipis, ia menurunkan koper lalu menariknya menuju pintu. "Semoga setelah ini semua masalah kamu terselesaikan ya, Kak."Angkasa mengejar Agatha yang hampir menuruni anak tangga. Dengan sekali tarikan, Angkasa berhasil menggendong perempuan tersebut seperti karung beras. Tenaganya lebih besar daripada perempuan yang digendongnya itu walaupun Agatha sudah memukuli punggunya karena ingin turum. Ia menarik koper milik Agatha kembali masuk ke kamarnya. Angkasa menutup pintu kamarnya dengan kakinya lalu meletakkan Agatha ke atas tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agatha
FanfictionHamil di saat dirinya masih menginjak bangku sekolah. Di campakkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Siapa yang mau menemani seorang perempuan tak suci lagi sepertinya? 'Ini semua sudah menjadi takdir ku. Salah ku tak mendengarkan kata mereka hingga...