12. PACARAN

126 13 1
                                    

Keluarga Saditha sedang berkumpul menyantap sarapan bersama. Agatha mengoles selai coklat di roti tawar dan langsung menggigitnya. Bunda Evi datang membawa sebuah baskom yang berisi nasi goreng dan membuat Xandro sangat antusias ingin memakannya. Agatha menghidupkan ponselnya dan melihat pesan dari Alvaro yang memberi tau jika dia sudah berada di depan teras rumahnya.

Tinnn

Agatha melihat keluarganya dengan panik terutama Ayah Albar yang sibuk membaca koran, ia merangkul tas ranselnya lalu meminum susunya hingga tandas.

"Biar gue yang buka." Agatha menahan tubuh Xandro yang hendak berdiri, ia menggelengkan kepalanya.

"Itu teman Agatha. Hari ini Agatha bareng dia," jelas Agatha sedangkan Xandro tidak percaya. "Agatha pamit dulu, ya." Agatha mencium pipi Bunda Evi dan Ayah Albar lalu berlari dengan cepat sebelum Bang Xandro yang kepo menghampirinya.

Agatha terkejut saat melihat Alvaro yang bersender pada mobil bewarna hitam tetapi tidak memakai seragam sekolah. "Alvaro nggak sekolah? Terus ngapain jemput Agatha?" tanya Agatha dengan bingung.

Alvaro hanya diam ia menarik perlahan tangan Agatha dan memasukkannya ke dalam mobil. Ia berlari kecil dan kembali duduk di kursi pengemudi. "Gue mau ajak lo jalan," ucap Alvaro.

Sedikit terkejut, ini pertama kalinya Agatha akan bolos. "Agatha takut kalau nanti ketahuan," ucap Agatha. Alvaro memakai kacamata hitamnya dan menoleh pada Agatha, tangannya perlahan mengusap rambut gadis itu. "Lo tenang aja. Gue udah atur semuanya," ucap Alvaro.

.........

Di sekolah bel istirahat telah berbunyi. Xandro yang dari tadi menyari keberadaan adiknya tidak kunjung bertemu. "Aduhh dimana tuh bocah. Kayaknya gue harus ketekin dia terus deh," ucap Xandro yang sedang kebingungan. Tatapan Xandro tertuju pada dua gadis yang tidak asing baginya. Ahhh, benar mereka adalah sahabat Agatha. Xandro melihat sekeliling dan keadaan sedang sepi, ia berlari kecil menghampiri mereka.

"Kalian sahabat adek gue kan? Lo berdua nampak adek gue?" Dirma dan Junita melihat Xandro dengan heran.

"Agatha hari ini nggak masuk, Kak. Tadi kata Bu Vivi dia ijin," jawab Dirma.

Xandro melihat keduanya dengan terkejut, bukankah tadi pagi Agatha sudah berangkat terlebih dahulu. "Gue lupa, Thanks ya," ucap Xandro berbohong dan meninggalkan Dirma dengan Junita yang sangat aneh melihat Xandro.

Jantungnya berdebar tidak karuan dan tangannya sibuk menempelkan benda pipih itu pada telingnya dan puluhan kali tidak mendapatkan jawaban dari seseorang. Xandro mengetik lagi diponselnya dan kembali menempelkannya. "Angkat dong, Dek." Xandro berbolak-balik seperti setrika di hadapan sahabatnya termasuk Angkasa yang sedang membaca bukunya. "Apa perlu gue lapor sama polisi, ya kalau adek gue hilang," ucap Xandro dan membuat sahabatnya terkejut.

"Yaelah, Ndro. Please deh nggak usah lebay, palingan adek lo itu bolos," ucap Rikki sambil bermain kartu bersama Julprin.

"Masalahnya adek gue nggak pernah dan nggak bakalan berani buat ngebolos," ucap Xandro.

Berbeda dengan keadaan Xandro yang sedang khawatir, Agatha sendiri sedang berada di puncak bersama Alvaro. Agatha sudah mengganti seragam sekolahnya dengan baju pemberian Alvaro dan kini mereka sedang berjalan menelusuri perkebunan teh dan stoberi.

"Alvaro udah sering ke sini, ya?" tanya Agatha pada cowok di sampingnya. Alvaro mengangguk.

"Di sini ada villa punya keluarga gue dan gue janji suatu saat lo bakalan gue ajak ke sana," ucap Alvaro sedangkan Agatha hanya diam.

Ia melirik ponselnya yang mati akibat lobet padahal dirinya sangat ingin berfoto di kebun tersebut. Alvaro menarik pergelangan tangan gadis itu dan membawanya duduk pada sebuah bangku panjang yang bewarna putih dan terletak di bawah pohon yang rindang.

My Little Agatha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang