Like, coment, and follow yaa
Agatha berlari kecil menikmati udara kecil dan pemandangan danau kecil yang sangat indah. Sudah lama dirinya tidak bermain ataupun berjogging di daerah tersebut, ia mengeluarkan ponselnya dan memotret pemandangan itu.
"Sendirian aja, Neng." Tubuh Agatha segera membeku saat mendengar suara dan seseorang memegang bahunya, ia membalikkan badannya dan terkejut melihat Alvaro yang sedang melihatnya dengan heran.
"Ihhh, aku kira kamu itu pencuri tau," ucap Agatha sambil mengusap dadanya.
"Pencuri hati lo," gombal Alvaro sedangkan Agatha hanya memutar bola matanya.
Mata Agatha bergerak turun melihat penampilan Alvaro yang sama memakai style sepertinya.
"Kamu juga suka lari pagi di sini?" tanya Agatha dan mendapatkan anggukan dari cowok tersebut.
"Ohhh. Emangnya ru~"
"Nggak usah banyak nanya deh. Mendingan lanjutin larinya," potong Alvaro dan mendorong bahu Agatha dengan perlahan.
Gadis itu hanya diam, ia mengikuti langkah Alvaro dan berusaha untuk menyamainya. Melihat gadis yang di sampingnya itu kesusahan, Alvaro memperlahankan larinya dan membuat Agatha tersenyum.
"Selain bogel ternyata lo juga lambat kayak siput ya," ejek Alvaro dan membuat gadis itu naik darah.
"Jadi kamu nantangin aku. Ayok kita lomba lari dari sini sampai pohon besar itu. Siapa pun yang kalah harus nurutin semua permintaan yang menang. Gimana setuju?" tanya Agatha dan menjulurkan tangannya.
"Gue suka tantangan," balas Alvaro dan menjabat tangan Agatha.
Alvaro dan Agatha sudah siap diposisi masing-masing. Keduanya saling melihat dengan gentir karena tidak mau dikalahkan. Agatha berlari terlebih dahulu dan membuat Alvaro melihatnya dengan heran dan segera berlari menyusul gadis itu. Sebenarnya tidak susah untuk mengejarnya, hanya dengan beberapa langkah ia berhasil berada di samping gadis tersebut.
"Gue nyium bau kekalahan nih," sindir Alvaro dan mempercepat langkahnya.
Agatha mempunyai ide bagus, ia terduduk di atas tanah sambil memegangi salah satu lututnya.
"Aduhh!" teriak Agatha dan membuat Alvaro menghadap belakang, ia segera menghampiri gadis itu dengan khawatir.
"Lo nggak papa," ucap Alvaro dan ikut duduk di sampingnya. Agatha tersenyum simpul dan mendorong Alvaro kemudian berlari sekencang mungkin menuju pohon besar yang tidak jauh lagi.
"Yeee, Agatha menang dan Alvaro kalah. Wlekkk," ucap Agatha menaruh telapak tangannya di kepala dan mengeluarkan lidahnya. Alvaro berlari menghampiri Agatha dan mengangkat gadis tersebut.
"Ehhh kamu mau ngapain," teriak Agatha saat melihat dirinya sudah berada dalam dekapan Alvaro.
"Mau kasih hukuman buat orang yang udah curang," ucap Alvaro dan memutar badannya dengan Agatha. Agatha mengalungkan kedua tangannya pada leher Alvaro dan membenamkan wajahnya di sana.
"Ampun, ampun, ampun." Alvaro tidak berhenti tetapi malah memperkuat putarannya.
Ia segera memberhentikan badannya dan membaringkan Agatha di atas rumput lalu ikut berbaring di sana.
"Aduhh kepala aku pusing banget," ucap Agatha saat melihat bintang berputar disekelilingnya.
"Tapi Agatha tetap menang. Yee," seru Agatha. Alvaro segera mengangkat kepalanya dan melihat Agatha tepat di atasnya. Keduanya saling melihat satu sama lain, terutama Agatha saat terkejut melihat Alvaro dari jarak yang sangat dekat. Agatha dapat merasakan aroma mint dari nafas Alvaro, ia menutup matanya saat Alvaro mendekatkan wajahnya.
Bughh... Satu tendangan tepat pada pinggang Alvaro dan membuat cowok itu terpelanting. Untung keadaan sedang sepi dan tidak memicu perhatian. Agatha yang mendengarkan suara itu segera membuka mata dan terkejut saat melihat Alvaro yang sudah memegangi pinggangnya, ia melihat ternyata pelakunya itu adalah Angkasa.
"Kakak apaan sih!!!" teriak Agatha dan menghampiri Alvaro yang kesakitan.
Angkasa menepis tangan Agatha yang ingin memegang perut Alvaro, ia menarik tangan gadis itu dan membawanya jauh menuju parkiran. Gadis itu menarik tangannya dari genggaman Alvaro dan melihatnya dengan datar.
"Kak Angkasa ngapain di sini dan nendang Alvaro yang nggak ada salah," marah Agatha.
"Udah gue bilang jangan dekat sama si Alvaro," ucap Angkasa dengan nada yang meninggi.
Agatha menaikkan sebelah alisnya dan menunjukkan senyuman yang tak bisa diartikan.
"Apa hak kamu bisa ngatur aku, terserah aku mau dekat-dekat sama siapa. Lagian kamu juga yang nyuruh aku buat ngejahuin kamu tapi kenapa Kak Angkasa malahan berusaha buat aku ngejauh dari dia," sinis Agatha dan melipat tangannya didada.
"Karena dia brengsek. Lo lihat sendiri kan dia mau ngecium lo, padahal lo sama dia baru saling kenal. Bahkan lo belum tau asalnya" ucap Angkasa dan membuat Agatha berdecih kesal.
"Terserah dia dong mau ngelakuin apa sama Agatha dan kenapa kamu sibuk," ucap Agatha.
Angkasa sudah naik pitam. "Jadi kenapa lo harus takut diganggu sama preman waktu itu, harusnya lo rela jadi mainan mereka berdua dan nggak usah sok munafik kalau ujung-ujungnya lo rela si Alvaro ngelakuin itu sama lo." Agatha mengepal kedua tangannya, hatinya seperti terkena sengatan yang sangat kuat. Ia membalikkan badannya dan pergi menghampiri Alvaro yang masih sendirian dan kesakitan.
Alvaro memegang batang pohon dan berdiri dengan perlahan, ia memegang perutnya yang masih kesakitan. Tatapannya tertuju pada Agatha yang kembali lagi menghampirinya tetapi kali ini gadis itu sedang menangis.
"Lo kenapa?" tanya Alvaro sedangkan Agatha sudah terduduk memeluk kedua lututnya dan terisak.
"Jujur, Agatha nggak ada niatan buat ngelakuin itu tapi kenapa Kak Angkasa selalu berpikir buruk tentang Agatha. Hati Agatha terasa sakit banget dan Agatha nggak terima dengan perkataan Kak Angkasa," isak Agatha dengan derain air mata.
Tubuh Agatha sedikit membatu saat merasakan sebuah pelukan ditubuhnya, rambutnya dibelai dengan lembut membuat Agatha merasa lebih baik. Agatha membalas pelukan Alvaro dan menangis di dada cowok itu.
"Udah nggak usah cengeng. Lo nggak pantas buat tangisin cowok brengsek kayak gitu," ucap Alvaro sedangkan Agatha hanya diam.
.........
Agatha sudah berada di kamarnya, kejadian itu sungguh sangat tidak terduga. Saat Alvaro memeluknya dan mengusap pelan rambutnya. Ia tersenyum sendiri dan segera melompat di atas tempat tidurnya. "Rasanya aku udah mulai gila deh," gumam Agatha sambil menggigit ujung bantalnya.
Mata Agatha tertuju pada sebuah foto polaroid yang menunjukkan wajah Angkasa, itu adalah foto yang ia ambil dan cetak dengan susah payah. Agatha mengambil semua foto yang bergelantungan itu dan memasukkannya ke dalam laci. Sungguh, ia belum bisa menerima ucapan Angkasa yang seolah menjatuhkan dirinya.
"Kalau Kak Angkasa bisa jauh dari aku. Artinya aku juga bisa jauh dari Kak Angkasa," ucap Agatha dan menutup laci itu dengan kuat.
Tubuh Agatha memeluk guling pinknya dan berkhayal jika dirinya sedang memeluk Alvaro sama seperti tadi.
"Good Bye Angkasa and Welcome Alvaro," ucap Agatha.
Ponsel Agatha berbunyi dan menunjukkan notifikasi pesan dari nomor yang tidak ia kenali.
"Jangan sedih lagi, karena sang pangeran sangat tidak kuat melihat putrinya menangis." Agatha membaca pesan tersebut dan melihat foto profil yang menunjukkan wajah Alvaro yang sedang berada di pantai bersama beberapa cowok lain.
Ingin rasanya Agatha berteriak dengan sangat kencang dan mengeluarkan segala kesenangannya, tetapi ia ingat jika seluruh keluarganya tadi sedang berada di ruang tamu. Jika dirinya berteriak itu akan membuat semuanya khawatir dan berpikir yang aneh. Agatha memeluk gulingnya dan menggigiti sarung guling tersebut.
Jarinya mengetik di atas benda pipih itu dan memberikan nama ALVARO:) pada kontak cowok tersebut. Ia merasa jika jantungnya kini perlu dilem agar tidak meledak atau berguguran ke mana pun.
......
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agatha
FanfictionHamil di saat dirinya masih menginjak bangku sekolah. Di campakkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Siapa yang mau menemani seorang perempuan tak suci lagi sepertinya? 'Ini semua sudah menjadi takdir ku. Salah ku tak mendengarkan kata mereka hingga...